Melihat Tren Rumah Seken di Jakarta Jelang Lepas Status Ibu Kota

Bagi pencari properti yang ingin memiliki rumah di tengah kota, rumah seken di Jakarta tetap menjadi opsi hunian yang menarik.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Jul 2024, 06:03 WIB
Sebuah maket perumahan di tampilkan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Sepanjang semester I-2016, pertumbuhan KPR mencapai 8,0%, sehingga diperkirakan pertumbuhan KPR hingga semester I-2017 menjadi 11,7%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tangerang menjadi wilayah terpopuler dengan popularitas sebesar 15% dari total listing enquiries rumah di Indonesia pada bulan ini. Hal ini terlihat dari Rumah123 Flash Report edisi Juli 2024.

Setelah Tangerang diikuti oleh dua wilayah di Jakarta, yakni Jakarta Selatan (11,3%) dan Jakarta Barat (10,5%).

Jelang rencana pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Rumah123 mengungkap tren terkini dan potensi pasar hunian di Jakarta ke depannya.

Head of Research Rumah123 Marisa Jaya, menuturkan, di Juli ini pertumbuhan popularitas tahunan masih dipimpin kota-kota di Jakarta dan sekitarnya. Pada Juni 2024, pertumbuhan permintaan (enquiries) terhadap rumah di Jakarta yang disewa tumbuh 59,8% dan hunian yang dijual sebesar 114,9% secara tahunan.

"Secara keseluruhan, pertumbuhan permintaan terhadap rumah tapak di Jakarta pada bulan Juni tercatat sebesar 90,1% secara tahunan." jelas dia Minggu (28/7/2024).

Dari segi harga, jika dibandingkan dengan kota satelit sekitarnya, seperti Tangerang, Depok dan Bogor, pertumbuhan harga di Jakarta relatif stagnan. Sepanjang Semester I 2024, pertumbuhan harga hunian di Jakarta setiap bulannya berkisar antara 0,8% hingga 1,4% secara tahunan, cenderung rendah dibandingkan dengan kota lain, seperti Bogor yang berkisar antara 4,6% hingga 7,7%.

Ada sejumlah alasan Jakarta mencatatkan stagnasi harga dibandingkan kota lainnya di Jabodetabek. Pertama, Jakarta merupakan salah satu pusat aktivitas ekonomi dan bisnis terbesar di Indonesia sehingga memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Pengembangan properti di Jakarta pun telah tersaturasi sehingga tidak lagi banyak pengembangan di Jakarta, terutama untuk sektor perumahan.

Pengembangan baru pun umumnya apartemen dengan memaksimalkan lahan yang terbatas. Jakarta juga sudah difasilitasi dengan aksesibilitas dan jaringan transportasi publik yang baik, sehingga berbeda dengan area lain yang dapat mengalami lonjakan harga secara signifikan dengan adanya pengembangan baru yang dapat meningkatkan aksesibilitas, seperti tol ataupun Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

“Meskipun kenaikan indeks harga stagnan, rumah seken di Jakarta masih menjadi opsi utama bagi pencari properti yang mencari hunian di tengah kota namun dengan harga terjangkau. Hal ini mengingat suplai rumah seken yang ditawarkan di Jakarta terbilang masih sangat beragam dan memiliki rentang harga yang bervariasi, sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan atau preferensi kelas menengah, menengah-atas,” ujar Marisa.


Generasi Muda dan Dewasa Produktif Mendominasi

Sebuah maket perumahan di tampilkan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Penurunan DP KPR rumah kedua dan ketiga juga turun masing-masing menjadi 20% dan 25%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Preferensi di setiap wilayah Jakarta menunjukkan karakteristik segmentasi pasar yang berbeda. Beberapa wilayah memiliki proporsi preferensi yang cukup besar untuk harga rumah di atas Rp5 miliar, seperti Jakarta Selatan (38,5%), Jakarta Utara (37%), dan Jakarta Pusat (27,6%). Sementara di Jakarta Timur, permintaan untuk rentang harga tersebut hanya sekitar 4,6%.

Di Jakarta, pencari properti umumnya berasal dari kelompok usia 25-34 tahun, dengan proporsi mencapai antara 33% hingga 35,9%. Diikuti kelompok usia 45-54 tahun yang mencakup 19,9% hingga 21,9%. Data ini menunjukkan bahwa generasi muda dan dewasa produktif adalah kelompok utama yang aktif mencari properti di Jakarta.

Dari segi asal, sebagian besar pencari properti di Jakarta berasal dari dalam wilayah itu sendiri. Namun, kota-kota satelit di sekitarnya juga mencatatkan proporsi pencarian yang signifikan.

Misalnya, individu yang berasal dari Tangerang merupakan kelompok pencari properti kedua tertinggi di Jakarta Barat dengan proporsi 6,6%. Sementara itu, pencari dari Depok dan Bekasi menjadi yang kedua tertinggi di Jakarta Selatan dengan proporsi 4% dan Jakarta Timur dengan proporsi 4,6%.

“Bagi pencari properti yang ingin memiliki rumah di tengah kota, rumah seken di Jakarta tetap menjadi opsi hunian yang menarik. Dengan variasi harga yang mampu menjangkau kelas menengah hingga menengah-atas, Jakarta menawarkan pilihan yang beragam bagi para pencari hunian,” tutur Marisa.


Tren Harga Rumah Naik 2,3 Persen

Pengunjung melihat maket perumahan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Dengan dilonggarkannya rasio LTV, BI optimistis pertumbuhan KPR bertambah 3,7%year on year (yoy) hingga semester I-2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sedangkan secara umum, berdasarkan Indeks Harga Rumah Seken Rumah123, tren harga rumah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2,3% pada Juni 2024 dibandingkan dengan Juni 2023. Denpasar menjadi kota yang mengalami kenaikan harga tahunan tertinggi, sebesar 16,1% diikuti Bogor 7,7% dan Semarang (3,4%).

 Di kawasan Jabodetabek, selain Bogor, ada empat kota yang mencatat kenaikan tipis harga tahunan hunian, yakni Tangerang (1,9%), Depok (1,5%), Jakarta (1,2%) dan Bekasi (0,4%).

Sementara di Pulau Jawa, selain Semarang, tiga kota juga mengalami kenaikan harga tahunan secara tipis, seperti Bandung (1,2%), Yogyakarta (1,1%) dan Surakarta (0,8%). Di luar Pulau Jawa, kenaikan harga tahunan tak hanya dialami Denpasar. Medan turut mencatat kenaikan sebesar 3,2%.

Adapun dari segi selisih pertumbuhan harga dengan inflasi tahunan, tiga kota yang memperoleh selisih tertinggi dicapai Denpasar (12,2%), Bogor (5%) dan Semarang (1,1%).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya