Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah desa dan kelurahan memiliki peran penting dalam penurunan angka stunting, terutama melalui program Bina Keluarga Balita (BKB). Plt Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN RI, Dr Irma Ardiana menyatakan bahwa ada delapan indikator utama dalam percepatan penurunan stunting sesuai Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021.
Dalam webinar 'Praktik Baik Desa/Kelurahan Bebas Stunting (De’Best) 1000 HPK tahun 2024', Irma menjelaskan bahwa indikator pertama adalah mengakhiri kebiasaan buang air besar sembarangan. Selain itu, ada implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), peningkatan alokasi dana desa untuk intervensi spesifik, serta integrasi program penurunan stunting dalam dokumen perencanaan desa.
Advertisement
Program Bina Keluarga Balita juga menitikberatkan pada pengasuhan selama 1000 hari pertama kehidupan. Pentingnya pelatihan guru PAUD terkait pengasuhan dan penanganan stunting juga ditekankan.
Kerja Sama dan Kesetaraan Gender
Plt. Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Rini Handayani menyoroti bahwa isu stunting berkaitan erat dengan kesetaraan gender. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan anak berisiko stunting. Selain itu, perkawinan anak dapat memicu kemiskinan pada perempuan dan membatasi akses mereka terhadap pendidikan dan informasi.
Rini menekankan perlunya kolaborasi pentahelix dan dukungan regulasi untuk menangani isu stunting, karena ini tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga terkait isu sosial dan budaya.
Inovasi Desa dalam Penurunan Stunting
Desa Tegaren di Jawa Timur memperkenalkan inovasi 'Raja Keren Berdasi' untuk mencegah stunting. Program ini mencakup berbagai intervensi spesifik, seperti skrining anemia pada remaja putri, perawatan antenatal (ANC) enam kali selama kehamilan, pemenuhan gizi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, dan imunisasi dasar lengkap.
Desa Tegaren juga melaksanakan edukasi pengasuhan dan penatalaksanaan gizi, serta mengadakan program Rantang Berjalan yang menyediakan makanan tambahan kaya protein hewani untuk balita.
Selain itu, mereka mempromosikan lingkungan bebas asap rokok dan buang air besar sembarangan, serta pengembangan kebun pangan lestari dan kegiatan sosial lainnya.
Data monitoring dan evaluasi pada tahun 2023 menunjukkan bahwa inovasi-inovasi ini berhasil meningkatkan gizi balita, remaja, ibu hamil, lansia, dan penyandang disabilitas.
Program ini juga berkontribusi pada perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan pemberian ASI eksklusif, serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Advertisement
Kesuksesan Desa Bambadaru
Desa Bambadaru di Sulawesi Barat juga berhasil menurunkan stunting melalui berbagai inovasi, seperti pertemuan bulanan Kelompok BKB, kelas ibu hamil, pemberian makanan tambahan, penyuluhan pencegahan stunting, dan pengolahan amplang ikan bandeng untuk balita. Desa ini juga mengadakan diskusi bersama keluarga balita, makan bersama pak desa (Mabar Pakde), dan sosialisasi gerakan makan ikan melalui lomba memancing.
Desa Bambadaru juga mengembangkan Kebun Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) dengan berbagai jenis sayur yang hasilnya dibagikan kepada ibu hamil dan keluarga baduta. Program lainnya meliputi penyediaan bibit jagung, fasilitas ambulance desa, layanan BPJS, dan akta lahir.
Berbagai inovasi ini terbukti efektif dalam menurunkan stunting dan mengatasi anemia pada ibu hamil. Keluarga berisiko stunting di desa ini juga mendapatkan akses air bersih dan makanan bergizi seimbang.