Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua KPAI Jasra Putra mengatakan, Peringatan Hari Anak Nasional diwarnai lonceng keras dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) soal ramainya kasus cuci darah terhadap kelompok anak yang mengalami gangguan ginjal persentasenya 1 dari 5 anak dalam usia berdasarkan kajian IDAI dan di usia 12 tahun ke atas.
“Kita punya persoalan, di tengah kemajuan industri makanan, dan mudahnya mendapatkan makanan yang mengandung gula, lemak dan garam. banyaknya anak anak yang datang ke fasilitas cuci darah. Karena mengkonsumsi gula, garam, dan lemak tanpa kontrol. Ini peringatan keras buat kita semua,” kata Jasra melalui keterangan tertulis, Minggu (28/7/2024).
Advertisement
Jasra menyebut, lonceng keras IDAI juga menjadi tantangan besar, untuk lembaga pengawasan obat dan makanan dalam menghadirkan uji lab makanan di tengah masyarakat. Tujuannya agar ada pengawasan ketat terhadap kesehatan anak-anak.
Sementara itu, Jasra juga menyoroti soal makan siang gratis yang menjadi program unggulan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran. Menurut dia, jangan sampai program yang bertujuan baik tersebut hanya bicara soal makanan yang dimakan tanpa memperhatikan soal kandungannya.
“Kita juga berharap program makan gratis, tidak hanya bicara makanan, bagaimana ada mekanisme sistem yang bisa melindungi, mengendalikan industri makanan kita, melalui program makan gratis ke depan, sosialisasi gejala ginjal pada anak, bagaimana pengawasan makanan dan uji lab makanan bisa hadir di tengah masyarakat,” wanti dia.
Sosialisasi Bahaya Penyakit Ginjal
Sebagai pencegahan dan deteksi dini, saran Jasra, penting segera ada sosialisasi gejala sebelum terganggu ginjalnya dan cuci darah. Dia mencatat, konsumsi banyak air putih menjadi hal yang perlu diperhatikan, termasuk konsumsi zat pembuat manis, garam dan lemak.
“Kita juga perlu membudayakan olahraga di keluarga, sekolah dan masyarakat, di tengah kurang bergeraknya anak karena gawai perlu menggiatkan lagi olahraga dan budaya,” dorong Jasra.
Jasra meminta, negara harus hadir untuk mengatur, mengendalikan, juga memberi sanksi terhadap segala hal yang membahayakan kesehatan anak. Sebab, tanpa hadirnya kebijakan dari negara maka akan kegagalan melindungi anak Indonesia.
“Karena mereka tidak tahu bagaimana proses makanan sehat. Yang mereka tahu makanan itu viral, jajanan itu viral, makanan kekinian, dimakan oleh figur yang ia suka. Sehingga ketegasan pemerintah dalam pengawasan obat dan makaman perlu terus ditingkatkan,” Jasra menandasi.
Advertisement