Disabilitas dan Kreativitas Tanpa Batas

Meski berkebutuhan khusus, tak menyurutkan tekad penyandang disabilitas untuk meraih masa depan dengan segudang kreativitasnya tanpa batas.

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 30 Jul 2024, 04:00 WIB
Yaya sedang menunjukan hasil lukisannya di Sanggar Disabilitas Prestasi Rindani Kota Jambi, Jumat (19/7/2024). Yaya merupakan disabilitas tunarungu yang berprestasi berkat bakatnya sebagai pelukis. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Liputan6.com, Jambi - Fakhira Annisa (12) sibuk menggoreskan pensil di atas buku gambarnya. Di samping kirinya, empat kawannya juga sedang sibuk; menggambar, membatik, hinga pertunjukan mode busana. Pada Jumat sore, 19 Juli 2024 itu, sejumlah anak berkebutuhan khusus atau disabilitas sedang sibuk berkreasi dan mengasah bakat di Sanggar Disabiitas Prestasi Rindani, Kota Jambi.

Setelah sekitar satu jam berkutat dengan perkakas menggambarnya, Yaya--sapaan akrab Fakhira menunjukkan hasilnya. Sosok kartun anime girl menjadi fokus lukisannya. Koleksi lukisan Yaya yang tersimpan di dalam buku gambar dan tablet digitalnya memang didominasi gambar-gambar kartun. 

"Saya senang menggambar wajah kartun anime," kata Yaya menggunakan bahasa isyarat di sanggar Disabilitas Prestasi Rindani yang berada di Komplek Setya Negara Kota Jambi.

Yaya merupakan siswi kelas VI Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 2 Kota Jambi. Dia sudah setahun bergabung dengan sanggar Disabilitas Prestasi Rindani. Setiap sore ketika akhir pekan, Yaya diantar ibunya pergi ke sanggar. Di sanggar ini, dia banyak bertemu kawan-kawannya yang lain.

Meski punya keterbatasan tunarungu, bakat melukisnya sudah kentara sejak umur 5 tahun. Ibu Yaya, Theresia selalu setia menemani putrinya berkreasi. Theresia pun selalu membebaskan anaknya untuk memilih bakat yang disenangi.

Mempunyai buah hati dengan keterbatasan, bagi Theresia bukan jadi soal. Di balik anak berkebutuhan khusus menurutnya, tersimpan bakat yang tersembunyi. Jika bakat tersebut diasah dan didukung, kelak menjadi bekal untuk berkreativitas dan bersaing, bahkan bisa menambah penghasilan.

“Yaya ini di umur lima tahun sudah nampak bakatnya melukis. Dia selalu nyoret-nyoret dinding ruang tamu. Akhirnya ketika beranjak besar ini bakatnya sudah terasah dan nampak,” kata Theresia.

Seiring dengan kegigihan berkreativitasnya, ditambah asupan dukungan orangtuanya, Yaya pun mulai mengukir prestasi. Sebulan yang lalu, dia mewakili Provinsi Jambi mengikuti ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) untuk kategori lomba menggambar bercerita tingkat nasional.  

Yaya mewakili Provinsi Jambi setelah sebelumnya mampu meraih juara satu dalam ajang lomba serupa untuk tingkat provinsi.

Di sanggar Disabilitas Prestasi Rindani (DPR) yang diprakarsai Ida Maryati (62), selain melukis di sini ada juga belajar mengasah bakat membatik, pertunjukan model busana. Sanggar disabilitas yang berdampingan dengan butik batik itu, oleh Ida sengaja diperuntukan sebagai wadah anak-anak disabilitas mengasah bakat.

Di bagian teras rumahnya, Ida menyulap menjadi ruang untuk mereka berkreasi. Bagian dinding depannya kental ornamen batik. Sementara hasil kreativitas, mulai lukisan hingga batik dipajang di dalam sanggar.

Selain Yaya, ada pula Laura Putri Afriandini, Aski dan Salwa. Mereka adalah anak anak berkebutuhan khusus. Namun mereka mampu mengukir prestasi di bidang pertunjukan busana atau fashion show di “Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” ini.

Laura tak hanya piawai di atas panggung busana. Dia juga kata Ida, tercatat sebagai atlet nasional lari kategori 100 meter dan 200 meter. Laura juga tercatat sebagai atlet lompat jauh.

Pun ada Aski (12), gadis kecil itu memiliki seabrek prestasi. Ida menjelaskan, Aski yang ditempa di sanggarnya itu sudah mengantongi 60 piala di bidang peragaan busana. Aski juga mahir membatik.

Theresia, ibu Yaya akan terus mendukung anaknya berkreativitas. Dia berharap kedepan buah hatinya itu bisa menjadi manusia yang mandiri dan mendapat penghasilan ekonomi hasil dari kreasinya. “Mudah-mudahan kelak, Yaya bisa berguna untuk sesama,” ujar Theresia.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Dukungan Orang Tua

Aski sedang membatik di Sanggar Disabilitas Prestasi Rindani Kota Jambi, Jumat (19/7/2024). Aski merupakan salah satu anak disabilitas tunarungu yang mengasah bakat membatik di sangar tersebut (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Sembari duduk di beranda rumah Ida Maryati berkisah awal mula merintis usaha batik dan sanggar. Suatu masa sekitar tahun 1993, ia melihat ibunya memberi ruang kepada anak-anak disabilitas di sanggar batik. Ida pun bertanya mengapa ibunya selalu bersama anak disabilitas.

Dari situ, Ida mendapat pelajaran. Meski lahir tak sempurna, ternyata anak berkebutuhan khusus mempunyai kreativitas yang tak disangka-sangka. Dari sinilah, ketika Ida memasuki purna tugas sebagai pegawai negeri sipil di Dinas dan Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jambi, ia mulai aktiv membuka sanggar yang dikhususkan untuk anak-anak disabilitas di Kota Jambi.

Ida tak mematok tarif sepeserpun untuk anak-anak disabilitas belajar di sanggarnya. Ia yakin, dari usahanya ini kelak bakal menjadi amal jariah.

“Kalau anak-anak disabilitas hanya di sekolah saja agak kurang menonjol. Tapi kalau ada belajar khusus ekstrakulikuler, misalnya di sanggar ini saya yakin tumbuh percaya diri dan mengasah keahliannya. Sehingga nanti jadi suatu yang bisa menghasilkan,”kata Ida.

Saat ini kata Ida, ada sekitar 10 orang anak disabilitas yang rutin belajar di sanggarnya. Anak-anak berkebutuhan khusus ini dilatih membatik, peraga busana, hingga melukis. Dari 10 anak berkebutuhan khusus ini, di antaranya dua anak menyandang tunagrahita, satu anak tunadaksa, dan tujuh anak menyandang tunarungu.

Di sanggar ini, selain untuk mengasah kreativitas anak berkebutuhan khusus, kata Ida, keberadaan sanggarnya juga bisa dijadikan sebagai ajang pertemuan antar orang tua. “Mereka (orang tua) bisa saling sharing penglaman bagaimana mendidik anak berkebutuhan khusus,” kata Ida menjelaskan.

Menurut Ida, terdapat tiga elemen kunci untuk menumbuhkan ekosistem kreativitas anak berkebutuhan khusus. Yang paling utama kata Ida, adalah dukungan orang tua. Tanpa dukungan penuh orang tua, anak berkebutuhan khusus sulit mengembangkan kreativitasnya.

“Kepada orang tua jangan takut punya anak berkebutuhan khusus. Jangan sibuk dengan kekurangannya, tapi sibuk dengan kelebihannya yang kemudian harus diasah terus,” kata Ida.  

“Saya bisa seperti ini punya usaha batik dan sanggar disabiitas, karena dukungan orang tua,” sambung Ida.

Selain dukungan orang tua, yang kedua juga diperlukan dukungan dari regulator dalam hal ini pemerintah yang membuat kebijakan. Pemerintah mesti membuat kebijakan yang partisipatif kepada kelompok minoritas seperti disabilitas.

Selain dukungan orang tua dan pemerintah, diperlukan juga dukungan dari dunia usaha. Sama seperti warga negara Indonesia lainnya, kelompok minoritas disabilitas berhak memperoleh pekerjaan tanpa diskriminasi.

Hal ini kata Ida, telah dijamin dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Dalam beleid tersebut, pasal 53 Ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) wajib mempekerjakan paling sedikit dua persen penyandang disabilitas dari jumlah pegawai.

Sementara, dalam ayat 2 termaktub bahwa perusahaan swasta wajib mempekerjakan sedikitnya satu persen penyandang disabilitas dari jumlah pekerja.

Namun sayangnya implementasi aturan ini belum sepenuhnya merata. Hal itu ditandai belum semua lembaga pemerintah maupun perusahaan swasta merekrut pekerja difabel.

Ida berharap pemerintah memberi perhatian khusus terhadap kelompok minoritas disabilitas. Kemudian dunia usaha juga diharapkan inklusif bisa memberi kesempatan bagi para disabilitas ini untuk terus berkarya dan bekerja. Ia juga mengapresiasi dunia usaha yang inklusif memberi ruang kepada disabilitas untuk berkarya.


JNE yang Inklusif

M. Zamroni, salah seorang kurir disabilitas yang bekerja di JNE Surabaya (dok JNEWS)

Adalah M Zamroni (30) dan Sirilus Siko (23). Dua orang penyandang disabilitas ini berhasil berkarya di perusahaan ekspedisi barang PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau biasa dikenal sebagai JNE. Keduanya direkrut JNE Surabaya dalam program Expressbility. Meski memiliki keterbatasan fisik, bukan menjadi halangan kedua untuk berkarya.

Keduanya tercatat berkarya di JNE Surabaya sejak akhir 2023. Keduanya sama-sama menunjukan performa kerja yang baik sebagai kurir pengantar paket. Penyandang disabilitas atau rekan difabel berhak memperoleh pekerjaan tanpa diskriminasi, sama seperti warga negara Indonesia lainnya.

Dengan penyandang disabiltas pada kaki bawaan sejak lahir, namun bagi M. Zamroni lingkungan kerja di JNE begitu menyenangkan. Dia mengaku para para karyawan lainnya tidak pernah membeda-bedakan atau diskriminasi terhadap dirinya.

“Saya pernah bekerja di tempat lain, akan tetapi bagi saya lingkungan kerja di JNE yang terbaik bagi kaum disabilitas separti saya. Semoga dengan semangat untuk bekerja keras karir saya ke depannya lebih berkembang,” kata M Zamroni kepada JNEWS--portal media berita yang terafilisasi dengan JNE, Senin (1/7/2024)

Zamroni bangga sekaligus bungah karena diberi kesempatan menjadi kurir di JNE Surabaya. Meski hanya sebagai kuris, dia bertekad sekuat tenaga sesuai kemampuannya akan bekerja keras untuk mengantarkan paket di antaranya kawasan Sidoarjo, Jawa Timur.

Sementara itu, Eri Palgunadi, SVP – Marketing Group Head JNE mengatakan, perekrutan pekerja disabilitas di perusahaan ekspedisi barang terbesar di Indonesia ini merupakan wujud program Environmental, Social, and Governance (ESG)--sebuah konsep pembangunan berkelanjutan.

Program Expressbility ini menurut Eri, bertujuan membantu penyandang disabilitas untuk berkarya dan memberikan peran positif demi kemajuan bersama. Selain itu juga bertujuan mengurangi diskriminasi pada penyandang disabilitas di dunia kerja.

“JNE melihat penyandang disabilitas memiliki potensi yang setara serta berkomitmen dan memiliki loyalitas yang kuat ketika bekerja di perusahaan, hal tersebut diharapkan mampu meningkatkan kinerja perusahaan serta memberi dampak positif pada semangat kerja karyawan di lingkungan kerja,” kata Eri melalui keterangan tertulisnya.

Hingga Juni 2024, JNE telah mempekerjakan puluhan karyawan disabilitas dengan posisi kerja yang beragam. Mereka bekerja mulai dari bagian dari kurir, driver, security, sampai administrasi seperti human capital dan finance. JNE kata Eri, tetap membuka kesempatan bagi penyandang disabilitas lainnya untuk dapat berkontribusi baik pada bagian operasional maupun administrasi.

“Saat ini kami tengah bekerjasama dengan beberapa pihak untuk memenuhi target kami dalam menambah peluang untuk teman-teman penyandang disabilitas dari total karyawan,” kata Eri menjelaskan.

Dalam beberapa kesempatan karyawan disabilitas JNE, mereka mendapatkan undangan untuk membagikan pengalaman selama bergabung di JNE dan membagi waktu dengan hobi dan kesibukan lainnya. Seperti Sirilius Siko karyawan JNE Surabaya. Selain bekerja di JNE Surabaya, Sirilus juga seorang atlet sepakbola amputasi dan pernah meraih prestasi dalam kejuaraan sepakbola amputasi baik dalam dan luar negeri.

“Di JNE Bandung, kami juga memiliki karyawan disabilitas (tunarungu) yang bekerja selama 20 Tahun di bagian operasional,” ujar Eri.


JNE Bersama Disabilitas

Sirilus Siko, karyawan penyandang disabilitas yang bekerja di JNE Surabaya sebagai kurir (dok JNEWS)

Sebagai perusahaan ekspedisi barang terbesar dengan jaringannya hingga pelosok tanah air, JNE mengusung slogan Connecting Happiness atau menghubungkan kebahagiaan.

Bagi perusahaan, slogan ini dibuat bukan hanya tentang pengiriman paket, namun dalam berbagai aspek mereka ingin melibatkan seluruh masyarakat juga peduli terhadap sesama, untuk berbagi kebaikan yang kelak membawa kebahagiaan.

Misalnya dalam pembuatan website resminya, JNE bekerja sama dengan Tab Space--supported studio berbasis di Bandung yang memproduksi karya-karya dari seniman disabilitas yang sangat berbakat.

JNE bersama Tab Space itu berkolaborasi untuk menyampaikan pesan kebahagiaan melalui karya-karya para seniman disabilitas tersebut.

Tab Space fokus mendukung seniman disabilitas agar mereka dapat memiliki peran dalam ekosistem masyarakat dan menghasilkan pendapatan. Tab Space mengakomodasi bakat dan usaha dari para seniman disabilitas itu, karena bagi Tab Space dengan sistem dukungan yang tepat, seniman-seniman dengan disabilitas dapat menjadi praktisi professional.

Kolaborasi JNE dengan Tab Space itu pertama kali dilakukan pada tahun 2022. Desain hasil karya Tab Space dituangkan ke dalam merchandise exclusive dalam bentuk t-shirt, totebag, lanyard, tumbler, dan notebook.

Selain itu, hasil karya para seniman disabilitas juga diaplikasikan kedalam aset digital JNE seperti key visual di media sosial sampai website. JNE juga menjadi penyedia layanan dalam pengiriman karya-karya seniman disabilitas dari Tab Space.

JNE turut mendukung teman disabilitas untuk membentuk kemandirian mereka, dengan memberikan wadah serta upaya kolektif untuk mengembangkan industri kreatif dan inovatif dalam menciptakan produk berkualitas.

“Sebagai perusahaan kami ingin memberikan ruang serta kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk beraktifitas dan mengembangkan diri, hal ini sejalan dengan semangat Connecting Happiness yang menjadi salah satu nilai perusahaan,” kata Eri Palgunadi.

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya