Liputan6.com, Kinshasa - Setidaknya sembilan orang tewas dan beberapa lainnya cedera dalam sebuah konser di Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) pada hari Sabtu, (27/7) kata menteri kesehatan negara itu seperti dikutip dari BBC, Senin (29/7/2024).
Penyanyi musik gospel dan pendeta Mike Kalambay tampil di Stadion Martyrs yang berkapasitas 80.000 tempat duduk di ibu kota, Kinshasa, tetapi foto-foto yang diambil di acara tersebut memperlihatkan pemandangan yang penuh sesak.
Advertisement
Seorang anak berusia 10 tahun termasuk di antara mereka yang tewas, menurut media lokal.
Gubernur Kinshasa, Daniel Bumba, telah merilis pernyataan yang menyalahkan "keberlebihan dan pergerakan massa" atas bencana tersebut.
Menteri Kehakiman Kongo telah memerintahkan penyelidikan, dan pemeriksaan terhadap petugas polisi yang hadir pada saat itu dan penyelenggara acara Maajabu Gospel.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah konser hari Sabtu (27/7), Maajabu Gospel mengatakan sangat sedih mendengar kematian di konser musik gospel tersebut. Pihaknya menyalahkan "para pembuat onar", dan mengatakan ada 2.000 polisi di acara tersebut yang mencoba menenangkan mereka.
Penyelenggara juga menegaskan ada sekitar 30.000 orang di konser tersebut - jauh lebih sedikit dari kapasitas maksimum tempat tersebut.
Stadion tersebut, yang merupakan bangunan penting dan dikatakan sebagai salah satu yang terbesar di Afrika, kini ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Stadion ini secara rutin menjadi tuan rumah bagi beberapa nama besar di dunia musik, berbagai pertandingan sepak bola, dan juga menjadi tempat upacara pelantikan Presiden Félix Tshisekedi.
Menyusul kekacauan hari Sabtu (27/7), otoritas Kota Kinshasa telah meminta polisi untuk memperkuat langkah-langkah keamanan dan meminta penyelenggara acara untuk mematuhi peraturan keselamatan.
Insiden seperti ini tidak jarang terjadi pada acara berskala besar di RD Kongo. Sebelumnya pada tahun 2022, sebuah insiden di stadion di tempat yang sama selama konser oleh bintang Kongo Fally Ipupa menewaskan 11 orang.
Konser Lentera Festival 2024, Picu Pembakaran hingga Penjarahan Barang Vendor Konser Lentera Festival 2024 baru-baru ini jadi sorotan publik ka
Sebelumnya, Konser Lentera Festival di Lapangan Kebeng, Pasar Kemis, Tangerang, yang berakhir dengan aksi ricuh dari para penonton. Diketahui sejumlah penonton nekat membakar alat sound system yang berada di lokasi acara.
Peristiwa tersebut terjadi pada Minggu (23/6/2024) malam setelah para penonton Lentera Festival merasa kesal karena telah membayar tiket seharga Rp 115 ribu dan berakhir konser tersebut batal tanpa penjelasan.
Ketua Pelaksana Konser Lentera Festival di Tangerang Kena Pasal Berlapis Saat ini penyidik Kepolisian Resor Kota (Polresta) Tangerang, Polda Banten telah melakukan sejumlah pemeriksaan kepada delapan saksi atas kasus kerusuhan konser tersebut. Kapolsek Pasar Kemis, AKP Ucu Nuryandi menyebutkan saksi berasal dari EO dan panitia.
"Kami sudah periksa lima orang dari EO (Event Organizer) dan tiga orang dari anggota panitia penyelenggara konser musik,” ucapnya pada Senin (24/6/2024) mengutip dari Antara.
Sebagai informasi pihak kepolisian saat ini terus melakukan penyelidikan terhadap saksi-saksi dari pihak penyelenggara. Kemudian juga pihak penyidik sudah mengetahui identitas ketua penyelenggara konser musik tersebut berinisial MPD (27).
“Identitas sudah dikantongi, kita sedang cari ketua panitianya untuk mempertanggungjawabkan,” ucapnya.
Pihaknya juga menjelaskan pencarian ketua penyelenggara dilakukan setelah adanya laporan atas dugaan penggelapan dan penipuan yang mengakibatkan kericuhan para penonton konser musik tersebut.
Advertisement
Insiden Konser Maut Astroworld
Sebelumnya, kericuhan melanda festival musik besutan Travis Scott, Astroworld, yang menelan korban jiwa pada November 2021.
Korban tewas dari kerumunan mematikan di konser rap di Texas dilaporkan 10 orang, seorang pengacara untuk para korban mengatakan pada Minggu 14 November 2021, setelah seorang anak sembilan tahun terinjak-injak selama acara dan meninggal karena luka-lukanya. Demikian seperti dilansir Arab News, Senin (15/11/2021).
Sejumlah orang terluka saat menghadiri pertunjukan artis hip-hop Travis Scott di Festival Astroworld pada 5 November di Houston ketika penonton konser menemukan diri mereka terhimpit penghalang, tidak dapat bergerak atau bernapas saat massa menekan ke arah panggung.
Beberapa penonton jatuh dan yang lain jatuh di atas mereka, menimpa korban di bawahnya. Dengan kepadatan kerumunan yang lebih dekat ke panggung sehingga sulit untuk mendatangi dan mengevakuasi mereka, kata salah seorang pengunjung.
Di antara mereka adalah Ezra Blount yang berusia sembilan tahun, yang menderita luka parah dan mengalami koma induksi secara medis saat para dokter berjuang untuk hidupnya.
Ben Crump, seorang pengacara terkemuka AS yang mewakili para korban tragedi itu, mengeluarkan pernyataan Minggu malam yang mengatakan bahwa Ezra telah meninggal karena luka-lukanya.
"Keluarga Ezra malam ini berduka atas kehilangan yang tak terduga dari putra kecil mereka yang berharga," kata Ben.
“Ini seharusnya bukan hasil dari membawa putra mereka ke konser, apa yang seharusnya menjadi perayaan yang menyenangkan. Kematian Ezra benar-benar memilukan.”
Setidaknya 60 tuntutan hukum telah diumumkan untuk Travis Scott dan sesama penyanyi Drake, yang naik ke panggung dalam 15 menit terakhir konser. Tuntutan tersebut dilontarkan jauh setelah pihak berwenang mengumumkan keadaan darurat.
Konser Maut di Cincinnati
Sebelumnya lagi, sebuah konser musik rock di Cincinnati's Riverfront Coliseum pada tahun 1973 dikenal akibat tragedi yang disebut festival seating atau tempat duduk festival, yang menelan 11 korban jiwa. Insiden tragis tersebut menjadi konser rock paling mematikan dalam sejarah.
Festival seating adalah kebijakan terkait tiket masuk umum untuk konser rock di Cincinnati's Riverfront Coliseum pada tahun 1970-an. Istilah dan kebijakan ini kemudian tercoreng akibat 11 orang termasuk tiga siswa sekolah menengah, tewas pada 3 Desember 1979 di lokasi tersebut.
Insiden itu terjadi ketika kerumunan pemegang tiket ingin masuk ke dalam saat band rock The Who akan tampil, mereka menerobos untuk masuk Riverfront Coliseum dan berebut menuju tempat duduk festival yang belum dipesan (siapa cepat, dia yang dapat).
Dikutip dari History.com, aturan terkait festival seating sejatinya telah dihilangkan di banyak tempat serupa di Amerika Serikat pada 1979, namun sistem tersebut tetap berlaku di Riverfront Coliseum. Meskipun terjadi insiden berbahaya di pertunjukan Led Zeppelin dua tahun sebelumnya. Hari itu, 60 calon penonton konser ditangkap dan puluhan lainnya terluka, ketika kerumunan di luar tempat itu berdesakan masuk ke pintu kaca yang terkunci di Coliseum.
Sementara pada tragedi 3 Desember 1979, pintu-pintu yang sama saat insiden konser Led Zeppelin terkunci, sementara kerumunan penggemar The Who terus bertambah. Konser malam itu dijadwalkan dimulai pada pukul 20.00, tetapi pemegang tiket mulai berkumpul di luar Coliseum tak lama setelah tengah hari.
Pada pukul 15.00, polisi dipanggil untuk menjaga ketertiban saat kerumunan membengkak menjadi ribuan.
Pada pukul 19.00, diperkirakan 8.000 pemegang tiket berdesak-desakan untuk mendapatkan posisi di plaza di gerbang barat Coliseum dan kerumunan mulai bergerak maju.
Advertisement