Liputan6.com, Vientiane - Perang di Gaza yang belum berakhir terus menjadi sorotan, salah satunya dalam pertemuan ASEAN Ministerial Meeting (AMM/PMC) di Vientiane, Laos atau para menteri luar negeri (Menlu) Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Melalui komunike bersama pada pertemuan puncak di Vientiane, Laos, Sabtu (28/7/2024), mereka mendeklarasikan kecaman untuk Israel atas serangan di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina.
"Kami mengutuk semua serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil yang telah mengakibatkan jumlah korban yang mengkhawatirkan, khususnya wanita dan anak-anak, terbatasnya akses terhadap makanan, air bersih, dan kebutuhan dasar lainnya yang menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk," kata komunike bersama tersebut seperti dikutip dari Antara News,Senin (29/7/2024).
Advertisement
Para Menlu ASEAN juga menyatakan keprihatinan mendalam tentang situasi kemanusiaan di daerah kantong yang diblokade itu. Mereka juga turut mendesak semua pihak terkait melakukan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza.
Adapun deklarasi final tersebut juga memuji upaya berbagai anggota ASEAN dalam memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menegaskan kembali dukungan terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
"Kami menyerukan akses kemanusiaan yang cepat, aman, tanpa hambatan dan berkelanjutan bagi semua yang membutuhkan, termasuk melalui peningkatan kapasitas di perbatasan, termasuk melalui laut," demikian penggalan bunyi deklarasi tersebut.
ASEAN turut mendesak semua pihak terkait untuk mengupayakan penyelesaian konflik secara damai dengan tujuan mewujudkan solusi dua negara sesuai dengan hukum internasional dan resolusi PBB yang relevan.
Selain itu, pernyataan bersama para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) turut mengatakan para pejabat juga mengakui pendapat penasihat ICJ pekan lalu mengenai wilayah pendudukan Palestina, dan mengatakan bahwa PBB harus mempertimbangkan tindakan lebih lanjut untuk mengakhiri secepat mungkin kehadiran ilegal Israel di Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
Retno Marsudi Hadiri Rangkaian Pertemuan Menlu ASEAN, Ini yang Dibahas
Sementara itu, dalam pertemuan ASEAN Ministerial Meeting (AMM/PMC) di Vientiane, Laos, Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi menekankan pentingnya kesinambungan alam penanganan suatu masalah.
Adapun sejumlah topik yang dibahas dalam rangkaian pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, mengenai pengarusutamaan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Menlu Retno mengatakan bahwa para mitra ASEAN menyampaikan dukungannya terhadap AOIP.
Indonesia sendiri telah menyelenggarakan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) di sela-sela penyelenggaraan KTT ASEAN tahun lalu.
"AIPF merupakan inisiatif baru, sebagai platform untuk menerjemahkan visi ASEAN mengenai Indo-Pasifik dalam kerja sama yang konkret. Sebagai bagian dari kesinambungan ini, saya sampaikan bahwa tahun ini, untuk kedua kalinya AIPF akan dilakukan disela-sela KTT di Laos pada bulan Oktober nanti," kata Menlu Retno dalam pernyataan pers, Kamis (25/7/2024).
Indonesia, sebut Menlu Retno, berharap agar AIPF juga dapat diselenggarakan selama keketuaan Malaysia tahun depan.
Kedua, mengenai kerja sama ekonomi biru.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan ASEAN Blue Economy Framework, Indonesia dan Laos menginisiasi dibentuknya ASEAN Coordinating Task Force on Blue Economy atau Satgas Ekonomi Biru ASEAN.
"Satgas ini merupakan mekanisme lintas pilar ASEAN yang bertujuan memberikan panduan strategis dalam memanfaatkan potensi Blue Economy ASEAN sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan," sambung Menlu Retno.
Advertisement
Menlu Retno Marsudi Gandeng Selandia Baru Jadi Penghubung ASEAN dengan Pasifik
Dalam pertemuan ASEAN – New Zealand Post Ministerial Meeting di Vientiane, Laos (26/7/2024), Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi mengajak Selandia Baru untuk menjadi penghubung ASEAN dengan Pasifik, seraya memperkuat kemitraan keduanya.
"Tahun depan, kemitraan ASEAN dan Selandia Baru akan genap berusia 50 tahun. Momentum baik ini perlu kita manfaatkan untuk memajukan hubungan kita," ucap Menlu Retno, seperti dikutip dari pernyataan pers, Jumat (26/7/2024).
Ia menekankan dua hal yang dapat mengeratkan kemitraan antara ASEAN dan Selandia Baru:
Pertama, menjalin kerja sama konkret antara ASEAN dan kawasan Pasifik.
"Selandia Baru penting bagi ASEAN, khususnya untuk terus mendukung ASEAN dalam menjalin hubungan dengan kawasan Pasifik," tutur Menlu Retno.
Indonesia mengusulkan pembentukan rencana aksi untuk kerja sama di bidang ekonomi biru, termasuk untuk perikanan dan budi daya ikan, konservasi laut dan bio-diversity. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan Sekretariat Pacific Island Forum (PIF).
Menlu Retno Marsudi Minta Tiongkok Ikut Jaga Stabilitas dan Perdamaian Kawasan, Termasuk di Laut China Selatan
Di sisi lain, Retno Marsudi dalam pertemuan ASEAN-RRT Post-Ministerial Conference (PMC) di Vientiane, Laos (26/7), menyebut China diharapkan untuk ikut serta dalam menjaga perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan, termasuk di Laut China Selatan.
Terlebih, selama ini kemitraan ASEAN dan China terus bertumbuh dan saling memberikan manfaat selama lebih dari tiga dekade. Tahun lalu, angka perdagangan mencapai hampir 20 persen dari total perdagangan ASEAN dan sepertiga dari total investasi yang masuk ke Asia Tenggara.
Berdasarkan "Laporan Survei Asia Tenggara" dari ISEAS Yusof Ishak tahun 2024, persepsi masyarakat Asia Tenggara terhadap China adalah sebagai mitra ekonomi paling berpengaruh dan sebagai kekuatan politik yang strategis di kawasan.
Adapun, Menlu Retno mengatakan China dapat berkontribusi bagi perdamaian kawasan melalui tiga hal berikut:
Pertama, mempertahankan dialog untuk menjaga perdamaian.
"ASEAN telah menjadi kontributor positif terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan, dan kemakmuran bersama. Karena itu, saya mengajak RRT untuk terus mendukung sentralitas ASEAN serta mendukung berbagai mekanisme ASEAN," ungkap Menlu Retno.
Advertisement