Sleep Apnea yang Ditandai Ngorok, Cikal Bakal Microsleep Penyebab Angka Kecelakaan Lalu Lintas Meningkat

Sleep apnea ditandai dengan suara mendengkur yang keras dan di tengah mendengkur, pasien tiba-tiba tak dapat bernapas seperti orang tersedak.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Jul 2024, 18:00 WIB
Sleep Apnea, Cikal Bakal Microsleep yang Bikin Angka Kecelakaan Lalu Lintas Meningkat. Sumber: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Sleep apnea adalah gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan. Menurut neurologist RS EMC Alam Sutera Daniel T. Suryadisastra, sleep apnea terjadi ketika pasien tiba-tiba terbangun dari tidur akibat oksigen turun.

Sleep apnea ditandai dengan suara mendengkur yang keras dan di tengah mendengkur, pasien tiba-tiba tak dapat bernapas seperti orang tersedak. Akibat tak bisa napas, pasien pun langsung terbangun dari tidurnya.

“Gejalanya waktu tidur ada suara mendengkur keras kemudian tiba-tiba kesulitan bernapas, ini terjadi beberapa waktu hingga pasien terbangun,” kata Daniel dalam Healthy Monday edisi Apakah Mendengkur Berbahaya? bersama Liputan6.com, Senin (29/7/2024).

Dia menambahkan, sering terbangun dapat membuat orang dengan sleep apnea menjadi kurang tidur.

“Karena waktu tidurnya kurang, maka saat menjalani aktivitas di siang hari dampaknya adalah kurang konsentrasi, mudah mengantuk, dan microsleep saat berkendara,” ucap Daniel.

Seperti diketahui, microsleep merujuk pada tidur sejenak di waktu dan tempat yang tidak seharusnya, seperti mengutip WebMD. Jika hal ini terjadi saat berkendara, maka akibatnya fatal. Sudah banyak kasus orang kecelakaan lalu lintas akibat microsleep.

Lantas, apa penyebab sleep apnea?

Menurut Daniel, penyebab paling sering dari sleep apnea adalah adanya hambatan di saluran napas. Hambatan saluran napas ini paling sering terjadi karena obesitas atau kelebihan berat badan, masalah bentuk dagu atau rahang, serta rongga mulut yang sempit.

Selain tiga masalah di atas, sleep apnea juga bisa dipicu oleh faktor usia dan penyakit-penyakit yang diidap. Misalnya, stroke, gangguan motorik, dan masalah saluran napas lainnya.


Bagaimana Cara Deteksi Sleep Apnea?

Neurologist RS EMC Alam Sutera Daniel T. Suryadisastra soal sleep apnea (29/7/2024). Foto: Tangkapan layar Healthy Monday.

Guna mengetahui adanya keluhan sleep apnea atau tidak, maka pasien dapat melakukan sleep test atau polysomnography.

Polysomnography itu sleep test, jadi pasien dipasang alat untuk mengukur gelombang otak, aliran napas, suara dengkuran, dan kemampuan otot dada dan perut untuk mengembang.”

Tes ini dilakukan pada waktu tidur malam hari. Minimal perekaman dilakukan selama empat jam atau sampai pasien bangun.


Siapa Saja yang Bisa Alami Sleep Apnea?

Sleep physician RS EMC Tangerang, Lanny Swandajany Tanudjaja soal sleep apnea (29/7/2024). Foto: Tangkapan layar Healthy Monday.

Dalam kesempatan yang sama, sleep physician RS EMC Tangerang, Lanny Swandajany Tanudjaja menambahkan bahwa sleep apnea dapat terjadi pada semua orang di berbagai rentang usia.

Sleep apnea bisa dialami semua umur, mulai bayi sampai lansia pun bisa mengalami sleep apnea,” kata Lanny.

Namun, ada kelompok yang berisiko lebih tinggi mengalami masalah ini, yakni:

  • Pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi.
  • Pasien obesitas atau kelebihan berat badan.
  • Pasien diabetes tipe dua.
  • Pasien dengan kelainan pembuluh darah jantung.

Apakah Mendengkur Sama dengan Sleep Apnea?

Lebih lanjut, Lanny menjelaskan bahwa mendengkur berbeda dengan sleep apnea. Mendengkur adalah salah satu gejala klinik dari sleep apnea, sementara sleep apnea adalah kelainannya.

“Jadi sleep apnea itu merupakan kelainannya, dengan gejala utamanya adalah mendengkur. Kenapa mendengkur? Karena ada kekurangan oksigen saat tidur dan ada sesuatu yang menyumbat pipa napas pada sleep apnea obstruktif.”

“Sehingga pasien meski tidur tapi ada usaha lebih untuk mengambil kekurangan oksigen yang terjadi karena sumbatan, itulah yang memicu timbulnya suara yang kita sebut sebagai mendengkur,” papar Lanny.  

Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya