Liputan6.com, Tokyo - Kepala pertahanan dan diplomat tinggi Jepang dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk lebih memperkuat kerja sama militer mereka dengan meningkatkan komando dan kendali pasukan AS di negara Asia Timur tersebut serta memperkuat produksi rudal berlisensi AS di sana.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Minggu (28/7/2024) bergabung dengan rekan-rekan mereka dari Jepang, Mentero Luar Negeri Yoko Kamikawa dan Menteri Pertahanan Minoru Kihara, di Komite Konsultatif Keamanan Jepang-AS di Tokyo, yang dikenal sebagai pembicaraan keamanan "2+2", di mana mereka menegaskan kembali aliansi bilateral kedua negara setelah Presiden Joe Biden menarik diri dari Pilpres AS 2024.
Advertisement
Jepang adalah rumah bagi lebih dari 50.000 tentara AS, tetapi komandan Pasukan AS Jepang (USFJ) yang berkantor pusat di Yokota, pinggiran barat Tokyo, tidak memiliki wewenang komando. Adapun instruksi datang dari Komando Indo-Pasifik AS di Hawaii (INDOPACOM).
Komando akan memberi USFJ kemampuan yang lebih besar sambil tetap melapor kepada INDOPACOM.
"Peningkatan komando tersebut akan menjadi perubahan paling signifikan bagi pasukan AS di Jepang sejak pembentukannya dan salah satu peningkatan terkuat dalam hubungan militer kita dengan Jepang dalam 70 tahun," kata Austin seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (30/7). "Kemampuan dan tanggung jawab operasional baru ini akan memajukan pencegahan kolektif kita."
Sementara itu, Kamikawa menuturkan, "Kita berada di titik balik bersejarah saat tatanan internasional yang bebas dan terbuka, yang berbasis aturan, terguncang hingga ke akar-akarnya."
"Sekarang adalah fase kritis ketika keputusan kita hari ini menentukan masa depan kita," ujarnya.
Austin, dalam sambutan pembukaannya, mengatakan China terlibat dalam perilaku koersif, mencoba mengubah status quo di Laut China Timur dan Selatan, di sekitar Taiwan dan di seluruh kawasan. Dia menambahkan bahwa program nuklir Korea Utara dan kerja samanya yang semakin mendalam dengan Rusia mengancam keamanan regional dan global.
China Adalah Tantangan Strategis Terbesar di Indo-Pasifik
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah perundingan, para menteri mengatakan kebijakan luar negeri China berusaha untuk membentuk kembali tatanan internasional demi keuntungannya sendiri dengan mengorbankan pihak lain dan bahwa perilaku seperti itu merupakan masalah serius bagi aliansi dan seluruh komunitas internasional serta merupakan tantangan strategis terbesar di kawasan Indo-Pasifik dan sekitarnya.
Pada bulan Maret, China mengumumkan peningkatan anggaran pertahanannya sebesar 7,2 persen, menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah AS. Fenomena ini menandai perluasan militernya secara besar-besaran.
Para Menteri AS dan Jepang menggarisbawahi bahwa reorganisasi komando AS bertujuan untuk memfasilitasi interoperabilitas dan kerja sama yang lebih dalam pada operasi bilateral bersama di masa damai dan selama keadaan darurat serta meningkatkan koordinasi intelijen, pengawasan, pengintaian, dan keamanan siber.
Komando AS yang baru di Jepang akan dipimpin oleh seorang jenderal bintang tiga, bukan bintang empat yang diinginkan Jepang. Namun, Austin mengatakan, "Kami belum mengesampingkan kemungkinan itu dan akan terus bernegosiasi."
Jepang sendiri telah mempercepat pembangunan militernya dan meningkatkan operasi gabungan dengan AS serta Korea Selatan sambil mencoba memperkuat industri pertahanannya yang sebagian besar bersifat domestik. Selain itu, Jepang telah secara signifikan melonggarkan pembatasan ekspor persenjataannya.
Pada Desember, Jepang mengakomodasi permintaan AS untuk pengiriman pencegat rudal permukaan-ke-udara PAC-3 yang diproduksi di negaranya di bawah lisensi AS untuk mengisi kembali persediaan AS, yang telah berkurang karena dukungannya terhadap Ukraina.
Para menteri mengatakan mereka akan berupaya memperluas produksi pencegat PAC-3 Jepang untuk diekspor ke AS, serta produksi bersama Rudal Udara-ke-Udara Jarak Menengah Canggih untuk memenuhi "permintaan kritis" agar sistem tersebut siap saat dibutuhkan untuk mencegah agresi.
Advertisement
Kerja Sama Trilateral
Jepang dan AS juga telah mempercepat kerja sama industri persenjataan menyusul kesepakatan April lalu antara Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Biden. Kedua pihak telah membentuk kelompok kerja untuk produksi bersama rudal dan pemeliharaan serta perbaikan kapal Angkatan Laut dan pesawat Angkatan Udara AS di kawasan.
Sementara peran Jepang sebagian besar dirancang untuk membantu pasokan senjata AS dan menjaga kredibelitas pencegahannya di Indo-Pasifik di tengah konflik yang terus berlanjut di Timur Tengah dan Ukraina, pejabat Jepang mengatakan hal itu akan membantu memperkuat industri pertahanan Jepang.
Sebelumnya pada hari Minggu, menjelang perundingan 2+2, Kihara bertemu dengan Austin dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-sik untuk perundingan pertahanan trilateral pertama mereka yang diselenggarakan oleh Tokyo dan menandatangani nota kesepahaman berdasarkan perjanjian mereka pada bulan Juni di Singapura yang melembagakan perundingan tingkat tinggi, latihan bersama, dan pertukaran lainnya yang rutin mereka lakukan.
Para pejabat pertahanan mengatakan pada hari Minggu bahwa nota kesepahaman tersebut berfungsi sebagai dasar untuk kerja sama pertahanan di masa mendatang di antara ketiga negara meskipun ada kemungkinan perubahan kepemimpinan sekaligus menunjukkan persatuan mereka.
Penandatanganan nota kesepahaman ini membuat kerja sama trilateral kita tidak tergoyahkan bahkan di bawah lingkungan global yang berubah," kata Kihara.
Kihara juga bertemu dengan Shin Won-sik, menteri pertahanan Korea Selatan pertama yang mengunjungi Jepang dalam 15 tahun. Mereka sepakat mengambil langkah-langkah guna mempererat hubungan pertahanan bilateral.