PKS Sarankan Pemerintah Kaji Ulang Izin Ormas Keagamaan Kelola Tambang

Mulyanto meminta, pemerintah dan pimpinan ormas bisa mengkaji ulang kebijakan tambang. Tujuannya, agar ada penilaian ulang terhadap kondisi yang bisa menimbulkan kecemburuan di antara ormas.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 30 Jul 2024, 16:32 WIB
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. Foto: Azka/Man

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto mengaku prihatin dengan sikap sejumlah ormas keagamaan yang mulai tertarik ingin mengelola tambang. Dia mencatat, setelah NU dan Muhammadiyah, kini Ormas Persatuan Islam (PERSIS) disebut juga menyatakan ingin mengelola tambang.

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini pun khawatir, fenomena tersebut bisa merusak tata kelola minerba sekaligus menjatuhkan wibawa ormas di mata umat.

"Fenomena ini seperti kisah Perang Uhud, di mana kaum Muslimin beramai-ramai turun dari bukit Uhud untuk berebut ghonimah (harta pampasan perang), dan meninggalkan tugas pokok pos penjagaan. Ujung-ujungnya umat tidak terurus," kata Mulyanto seperti dikutip dari siaran tertulis, Selasa (30/7/2024).

Mulyanto meminta, pemerintah dan pimpinan ormas bisa mengkaji ulang kebijakan tambang. Tujuannya, agar ada penilaian ulang terhadap kondisi yang bisa menimbulkan kecemburuan di antara ormas.

“Karena bisa jadi, berikutnya ormas pemuda dan ormas lain akan ikut minta konsesi tambang. Akhirnya? tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) menguap karena tidak bisa membedakan lagi tugas, fungsi, dan program-kegiatan antara sektor private yang mengurusi ekonomi, dengan sektor ketiga yang mengurusi masyarakat sipil,” tegas dia.

“Terjadi tumpang-tindih. Lalu memicu kekacauan," wanti Mulyanto.

 


Minta Pemberian Konsesi Tambang Dibatalkan

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. Foto: Dok/Man.

Mengingat umur Pemerintahan tinggal beberapa bulan lagi, Mulyanto pun menyarankan untuk membatalkan aturan pemberian konsesi tambang kepada ormas keagamaan.

Sebaliknya, di detik-detik akhir kekuasaan Pemerintah saat ini harusnya ada kebijakan yang berpihak ke rakyat agar meninggalkan legacy yang baik agar dilanjutkan oleh pemerintahan berikutnya.

"Pemerintah semestinya bersiap-siap pamit mundur dan memberi jalan kepada Presiden Terpilih. Bukan malah ngegas kejar tayang saat injury time. Umur Indonesia masih panjang. Estafet pengabdian terus mengalir. Jadi tidak perlu grasa-grusu," dia menandasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya