Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan bilateral antara menteri luar negeri Indonesia dan Selandia Baru membahas kerja sama multisektoral, mulai dari perdagangan hingga keamanan.
Menurut Menlu Retno Marsudi, Selandia Baru merupakan mitra penting bagi Indonesia di Pasifik.
Advertisement
"Selandia Baru adalah salah satu mitra penting Indonesia di Pasifik, bukan hanya dalam konteks bilateral namun juga dalam konteks kawasan terutama kerja sama Indonesia dengan negara-negara Pasifik," ujar Menlu RI Retno Marsudi dalam pernyataan pers usai pertemuan bilateral dengan Menlu Selandia Baru Winston Peters, Selasa (30/7/2024).
Kedua menlu membahas enam sektor kerja sama sebagai berikut:
Pertama, people-to-people contact.
Menlu Retno mengatakan bahwa kedua negara telah memfinalisasi Amendment Protocol of the Education Arrangement yang sudah siap untuk ditandatangani, serta tengah membahas proposal kesepakatan Working Holiday Visa.
Kedua, perdagangan, investasi, dan kerja sama ekonomi.
Menlu Retno juga mengatakan bahwa volume perdagangan antara kedua negara telah meningkat lebih dari 13 persen dalam lima tahun terakhir.
"Semua fasilitas perdagangan harus dipergunakan termasuk melalui RCEP, sehingga kita dapat meningkatkan kembali angka perdagangan," lanjut dia.
Sejalan dengan kerja sama di bidang hortikultura, Indonesia telah manfaatkan skema Regional Seasonal Employment (RSE). Sejauh ini, Indonesia sudah mengirimkan kurang lebih 870 tenaga kerja musiman perkebunan ke Selandia Baru. Sebagai informasi teman-teman, kerja sama ini telah dimulai sejak tahun 2007.
"Dan dalam pertemuan, saya menekankan harapan Indonesia agar angka tenaga kerja musiman asal Indonesia dapat ditingkatkan," tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Indonesia juga mengundang Selandia Baru untuk meningkatkan investasinya di Indonesia, termasuk dalam sektor energi, wisata dan ketahanan pangan.
Kerja Sama Pembangunan hingga Keamanan
Ketiga, kerja sama pembangunan.
Terkait hal ini, Menlu Retno mendorong Selandia Baru untuk bekerja sama mengembangkan proyek triangular di kawasan Pasifik, termasuk memanfaatkan Pusat Pelatihan Pertanian Regional di Raki-Raki, Fiji yang dibangun oleh Indonesia. Pusat Pelatihan ini dapat dimanfaatkan juga bagi negara-negara lain di kawasan Pasifik.
Keempat, kerja sama keamanan.
"Kami membahas kerja sama keamanan kedua negara, termasuk penanganan kejahatan lintas batas, kontra-terorisme, keamanan siber dan maritim, serta mewujudkan dunia yang bebas senjata nuklir," ungkap Menlu Retno.
Kedua menlu juga membahas soal ancaman keamanan non tradisional seperti online scamming, judi online, perdagangan manusia, dan perdagangan obat-obatan.
Advertisement
Kerja Sama Sektor HAM hingga Lingkungan
Kelima, kerja sama untuk pemajuan Hak Asasi Manusia (HAM).
"Indonesia tahun ini memulai keanggotaan di Dewan HAM untuk periode 2024-2026 dan saya kembali lagi menyampaikan apresiasi atas dukungan Selandia Baru bagi pencalonan Indonesia di Dewan HAM tahun lalu," ungkap Menlu Retno.
Keenam, kerja sama lingkungan.
Indonesia dan Selandia Baru telah menjalin kerja sama di bidang energi geothermal melalui proyek Kamojang di Garut, Jawa Barat sejak tahun 1970an, jadi hampir lima dekade.
"Kerja sama bidang geothermal ini sangat penting artinya dalam mendukung upaya transisi energi Indonesia," jelas Menlu Retno.
Kerja sama antara Indonesia dan Selandia Baru diharapkan dapat mendukung upaya Indonesia untuk mencapai target emisi nol karbon sebelum 2060, serta berkolaborasi dalam mendorong upaya global mengatasi perubahan iklim.
Turut Bahas Isu Kawasan dan Global
Selain membahas kerja sama bilateral, kedua menlu juga membahas isu kawasan dan global.
Indonesia Kembali menegaskan komitmen terhadap Pasifik dengan penguatan kolaborasi dengan Melanesian Spearhead Group (MSG) dan Pacific Islands Forum (PIF).
"Sebagai salah satu mitra dialog PIF, Indonesia berharap agar pada KTT PIF Agustus mendatang di Tonga, PIF dapat melanjutkan pembahasan mengenai pencapaian prioritas Forum, terutama di bidang ekonomi dan pembangunan, tentunya berdasarkan asas saling menghormati dan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial masing-masing negara," jelas Menlu Retno.
Menlu Retno juga menekankan komitmennya untuk bekerja sama dengan Selandia Baru dalam mengimplementasikan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) untuk memelihara kerja sama yang inklusif di Kawasan.
Sementara terkait isu Myanmar, Menlu Retno menyampaikan dukungan internasional atas upaya ASEAN dalam mendorong penyelesaian konflik di Myanmar, khususnya melalui implementasi Lima Poin Konsensus (5PCs).
"Saya juga mendorong Selandia Baru untuk memberikan bantuan kemanusiaan bagi Myanmar, khususnya melalui AHA Center," tuturnya.
Advertisement