Liputan6.com, Taipei - Presiden Taiwan William Lai mengatakan, ancaman dari China terhadap negara mana pun adalah bukti ancaman bagi dunia.
Ia mengatakan hal tersebut kepada anggota parlemen yang berasal dari 20 negara pada Selasa, (30/7/2024) dalam acara Inter-Parliamentary Alliance on China (IPAC).
Advertisement
Ia juga meminta agar negara demokrasi harus bersatu melawan "ekspansi otoriter" China.
Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Taiwan yang demokratis, yang diklaim Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.
Meskipun Taipei secara resmi hanya memiliki sekutu diplomatik, negara itu telah memperkuat kemitraan dengan negara-negara demokrasi di seluruh dunia.
Terutama Amerika Serikat, penyedia senjata terbesarnya, dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (31/7/2024).
Di sisi lain, Lai juga memuji 49 anggota parlemen dari 23 negara dan Parlemen Eropa karena melakukan perjalanan ke Taipei. Menurutnya, itu menunjukkan kepentingan dan dukungan yang diberikan berbagai negara untuk Taiwan.
"Mereka mengirim pesan penting kepada mitra demokrasi di seluruh dunia: demokrasi membutuhkan persatuan dan perlindungan," katanya.
"Saya ingin menekankan bahwa ancaman dari Tiongkok terhadap negara mana pun adalah ancaman bagi dunia. Taiwan akan melakukan segalanya untuk bergabung dengan mitra demokrasi guna menegakkan payung demokrasi, (dan) melindungi negara-negara demokrasi dari ancaman ekspansi otoriter."
Lai, yang mulai menjabat pada 20 Mei 2024. Menurut China, ia adalah sosok separatis berbahaya karena pembelaannya yang gigih terhadap kedaulatan Taiwan.
Respons China Usai William Lai Jadi Presiden Taiwan
Tiga hari setelah ia dilantik, Tiongkok melancarkan latihan perang, mengepung pulau itu dengan jet tempur dan kapal angkatan laut, sebagai "hukuman" atas pidato pelantikan Lai.
Lai telah berulang kali mengajukan tawaran untuk berdialog dengan Beijing yang diputus setelah pendahulunya Tsai Ing-wen menjabat pada tahun 2016.
Namun seperti Tsai, ia juga menegaskan bahwa pulau itu harus bersatu dalam memastikan kedaulatannya dengan membangun kemampuan pertahanannya.
Lantara Tiongkok mempertahankan kehadiran militer hampir setiap hari dengan mengerahkan kapal perang, jet tempur, dan pesawat nirawak di sekitar Taiwan.
Advertisement