Liputan6.com, Teheran - Hamas telah mengonfirmasi bahwa Ismail Haniyeh, kepala biro politiknya, tewas di Teheran pada Rabu (30/7/2024) pagi.
Dalam sebuah pernyataan, organisasi tersebut berduka atas kematian Ismail Haniyeh, yang dikatakannya tewas dalam "serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran" setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Advertisement
Garda Revolusi Iran juga mengeluarkan pernyataan, yang menyatakan bahwa, "Pagi ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya tewas. Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan." kata Garda Revolusi seperti dikutip dari Haareetz.
Politikus veteran Hamas Moussa Abu Marzouk mengatakan bahwa "pembunuhan" Haniyeh adalah "tindakan pengecut yang tidak akan berlalu begitu saja tanpa ada tanggapan."
Sementara itu, pejabat Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa pembunuhan Haniyeh di Iran merupakan eskalasi serius yang tidak akan mencapai tujuannya.
Apakah Israel dalang pembunuhan Ismail Haniyeh?
Siapa Ismail Haniyeh yang Jadi Target Serangan?
Dalam profil Ismail Haniyeh dari Haaretz, disebutkan bahwa ia sejatinya tinggal di Qatardan pertama kali terpilih sebagai kepala politik organisasi tersebut pada tahun 2017. Ia terpilih untuk masa jabatan empat tahun berikutnya pada bulan Agustus 2021. Pada bulan April, Israel membunuh tiga putranya di Kota Gaza saat mereka, menurut IDF, sedang dalam perjalanan untuk melakukan kegiatan teroris.
Sebagai pemimpin politik organisasi tersebut, peran penting Haniyeh terutama bersifat simbolis dalam faksi Palestina. Kekuasaan yang sebenarnya, menurut para analis, masih berada di tangan para pemimpin militer organisasi yang bermarkas di Gaza, Yahya Sinwar dan Mohammed Deif.
Siapa Ismail Haniyeh Pemimpin Politik Hamas yang Tewas di Iran? Ini Profilnya
Dalam profil Ismail Haniyeh mengutip The New York Times, sosoknya disebut sebagai salah satu pemimpin Hamas paling senior selama dua dekade terakhir, dan dalam beberapa tahun terakhir menjalankan operasi politik kelompok militan tersebut dari pengasingan di Qatar.
Pada hari Selasa (30/7), Haniyeh berada di Iran bersama anggota senior lain dari "poros perlawanan" Iran — yang meliputi Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman — untuk menghadiri pelantikan presiden Iran yang baru terpilih.
Sebagai pemimpin politik Hamas, ia memegang peranan penting dalam negosiasi dan diplomasi berisiko tinggi kelompok tersebut, termasuk negosiasi kesepakatan gencatan senjata yang terhenti dengan Israel.
Haniyeh diangkat menjadi pemimpin Hamas di Gaza pada tahun 2006. Tahun itu, ia sempat menjabat sebagai perdana menteri pemerintahan persatuan Palestina, yang dibubarkan setelah berbulan-bulan terjadi ketegangan yang mencakup konflik bersenjata antara faksi-faksi Palestina.
Pada tahun 2017, ia diangkat menjadi pemimpin biro politik Hamas pada saat Hamas mencoba melembutkan citra publiknya saat berebut pengaruh di antara warga Palestina dan dunia internasional.
Haniyeh memimpin Hamas dari Qatar dan Turki dalam beberapa tahun terakhir. Ia merupakan salah satu negosiator dalam perundingan yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, untuk mengakhiri perang di Gaza dengan imbalan sandera yang ditangkap dalam serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel.
Advertisement
Ismail Haniyeh Pernah Ditangkap Israel
ismail Haniyeh lahir pada tahun 1962 di kamp pengungsi Shati di utara Kota Gaza, dari orang tua Palestina yang pada tahun 1948 telah mengungsi dari rumah mereka di tempat yang sekarang menjadi Israel, di Ashkelon. Ia belajar di sekolah-sekolah yang dikelola oleh badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Palestina, UNRWA, dan melanjutkan studi sastra Arab di Universitas Islam Gaza.
Ia ditangkap oleh militer Israel dan menjalani beberapa hukuman di penjara-penjara Israel pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Kenaikannya ke tampuk kekuasaan di Gaza dibantu oleh mentornya, pemimpin spiritual dan pendiri Hamas, Sheik Yassin, yang menjabat sebagai sekretaris pribadinya. Keduanya menjadi target percobaan pembunuhan oleh Israel pada tahun 2003; tahun berikutnya, Yassin dibunuh oleh militer Israel.
“Anda tidak perlu menangis,” Haniyeh mengatakan kepada kerumunan yang berkumpul di luar Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza saat itu. “Anda harus tabah, dan Anda harus siap untuk membalas dendam.”
Dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional
Pada bulan Mei, jaksa Mahkamah Pidana Internasional mengatakan ia akan mengajukan surat perintah penangkapan untuk Ismaeil Haniyeh. Jaksa menuduhnya dan para pemimpin Hamas lainnya atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan serangan 7 Oktober terhadap Israel, termasuk “pemusnahan, pembunuhan, penyanderaan, pemerkosaan, dan penyerangan seksual di tahanan.”
Pada bulan Juni, Hamas mengatakan bahwa saudara perempuan Haniyeh dan keluarganya tewas dalam serangan militer Israel di rumah keluarga Haniyeh di Gaza, sebuah pernyataan yang tidak dikonfirmasi oleh militer. Pada bulan April, tiga dari 13 putra Haniyeh tewas oleh pasukan Israel dalam operasi militer lainnya di Gaza.
Ia bersikap keras kepala dalam menghadapi kekalahan, sebuah tema umum dalam kehidupan Haniyeh. "Kami tidak akan menyerah, tidak peduli berapa pun pengorbanannya," kata Haniyeh saat itu, seraya mencatat bahwa ia telah kehilangan puluhan anggota keluarga dalam perang tersebut.
Ismail Haniyeh Tewas Bersama 1 Pengawalnya
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan salah satu pengawalnya tewas setelah kediamannya menjadi sasaran di Teheran, Iran. Demikian pernyataan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Departemen Hubungan Masyarakat IRGC mengatakan serangan dilakukan Rabu (31/7/2024) pagi, seraya menambahkan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk menemukan penyebab insiden tersebut. Demikian seperti dikutip Iran International.
Pernyataan yang sama menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Palestina, dunia muslim, dan para pejuang Poros Perlawanan atas kematian pemimpin Hamas tersebut.
Sementara itu, pernyataan dari Hamas menyebutkan serangan "Israel" menewaskan pemimpin kelompok Palestina Haniyeh di Teheran.
Sebelumnya pada Selasa (30/7), Haniyeh menghadiri pelantikan presiden baru Iran Masoud Pezeshkian dan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei.
Advertisement