Liputan6.com, Jakarta - Penurunan produksi padi di Indonesia memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan impor beras. Hal ini diungkap oleh Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian (Kemenko), Ismariny.
Pada akhir tahun ini, impor beras bisa mencapai 6 juta ton, meningkat dari 3 juta ton jika dibandingkan dengan impor tahun lalu. Penurunan produksi padi disebabkan oleh berbagai tantangan.
Advertisement
"Ini kalau kita intenvarisin itu diantaranya tantangannya adalah ketersediaan lahan pertanian dan air yang terus berkurang. Kemudian adanya dampak pemanasan global yang mengakibatkan fenomena iklim dan gangguan organisme pengganggu tanaman sulit diprediksi," kata Ismariniy, dalam acara Sarasehan Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern, Jakarta, Rabu (31/7/2024).
Adanya kerusakan infrastruktur pertanian dan ketidaktepatan dalam pemenuhan sarana produksi seperti pupuk bersubsidi.
"Kami sedang berupaya memastikan distribusi pupuk bersubsidi tepat sasaran untuk membantu petani," tambahnya.
Dia menyoroti akses petani terhadap modal juga menjadi masalah, meskipun ada program Kredit Usaha Rakyat (KUR), program ini belum sepenuhnya menjangkau petani kecil.
Selain itu, kelembagaan pertanian yang belum berkembang secara optimal dan lemahnya koordinasi di berbagai tingkatan turut memperburuk situasi.
Di sisi lain, peningkatan kebutuhan pangan sejalan dengan pertumbuhan laju penduduk, dampak perubahan iklim global menjadi salah satu kendala yang dihadapi bersama-sama, sehingga pemerintah terus melakukan upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan negara.
Dia menilai, Bioteknologi modern dapat menjadi salah satu solusi efektif dalam pertanian 4.0 untuk mendukung ketahanan pangan di tengah tantangan global yang ada saat ini.
"Bioteknologi modern merupakan salah satu pilar t utama dalam pertanian 4.0 dan menawarkan solusi efektif untuk mendukung ketahana pangan ditengah berbagai tantangan global saat ini, terutama memang terkait dengan perubahan iklim," tutup Ismariny.
Reporter: Ayu
Sumber: Merdeka.com
Pemerintah: Jangan Makan Nasi Berlebihan, Biar Tak Impor Beras Terus
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut sebenarnya Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor beras. Salah satunya dengan menggencarkan program setop boros pangan.
Sekretaris Utama Bapanas Sarwo Edhy, menyampaikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat sekitar 30 persen total pangan yang terbuang, hal ini setara dengan pemenuhan pangan kepada 60-125 juta rakyat Indonesia.
Sehingga kalau kita berhemat, boros pangan ini (dikurangi) misalnya 20 persen dari 30 persen yang terbuang, insyaallah beras kebutuhan nasional 31 juta ton (cukup)," kata Sarwo saat ditemui usai Rapat Koordinasi Perencanaan Program Pembangunan Ketahanan Pangan Tahun 2025, Senin (29/7/2025).Adapun untuk komoditas beras saja, kebutuhan masyarakat Indonesia mencapai 2,6 juta ton per bulan. Apabila masyarakat berhasil menghemat sedikitnya 20 persen saja dari total yang terbuang, maka Indonesia mampu menghemat hingga 6 juta ton beras.
"Kalau kita bisa menghemat 20 persen saja itu luar biasa berarti kita akan bisa menghemat sekitar 6 juta ton. 6 juta ton itu luar biasa bisa memberi makan kepada sekitar 60 sampai 80 juta jiwa," ujarnya.
Advertisement
Jumlah Impor Beras
Dari angka 20 persen penghematan ini secara otomatis dapat menghentikan impor beras. Kendati begitu, Bapanas mencatat hingga kini sudah ada 2,2 juta ton beras yang diimpor.
Atas dasar itulah, Bapanas akan terus mendorong masyarakat agar menghemat pangan. Jika semuanya kompak, maka Pemerintah Indonesia bisa menghentikan impor beras.
"Artinya kalau kita bisa hemat setop boros pangan, ini insyaallah kita tidak impor. (Ini) yang kita harus pahami," pungkasnya.