Bank Mandiri Revisi Target Pertumbuhan Kredit, Mengapa?

Sampai dengan Juni 2024, kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh agresif sebesar 20,5% year on year, jauh di atas pertumbuhan kredit industri yang berada di kisaran 12%.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 31 Jul 2024, 21:20 WIB
Bank Mandiri/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) merevisi target pertumbuhan penyaluran kredit pada 2024. Hal itu siring dengan tren penyaluran kredit yang tumbuh positif pada paruh pertama tahun ini.

Sampai dengan Juni 2024, kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh agresif sebesar 20,5% year on year, jauh di atas pertumbuhan kredit industri yang berada di kisaran 12%. Pertumbuhan ini didorong oleh segmen wholesale yang tumbuh 27% year on year di tengah demand yang masih baik dari nasabah segmen ini.

Sedangkan kredit di segmen retail Bank Mandiri tumbuh 10,8% year on year, juga di atas industri segmen retail yang berada di 8,6% year on year. Strategi pertumbuhan di segmen retail dilakukan dengan pendekatan ekosistem, serta melalui sektor unggulan di masing-masing wilayah, melalui distribusi channel kami, baik itu cabang maupun platform digital.

“Dengan melihat trayektori yang baik tersebut, kami merevisi guidance pertumbuhan kredit revised up dari sebelumnya sebesar 13%-15% yoy, direvisi menjadi sebesar 16%-18% you secara konsolidasi. Sedangkan untuk guidance NIM dan cost of credit tetap kami pertahankan masing-masing di level 5-5,3% dan 1-1,2%,” ungkap Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam Paparan Kinerja Bank Mandiri, Rabu (31/7/2024).

Darmawan sendiri mencermati beberapa kondisi makro ekonomi akhir-akhir ini yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD. Di antaranya disebabkan oleh fenomena strong dollar, akibat dari belum adanya kepastian timing penurunan Fed Fund Rate serta dinamika politik dan pemilu di AS yang berisiko menyebabkan volatilitas di pasar keuangan global. Dari sisi domestik, BI Rate dipertahankan tetap 6,25% untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.

“Ke depannya, Office of Chief Economist Bank Mandiri memproyeksikan baik untuk Fed Fund Rate dan BI Rate akan turun masing-masing setidaknya 25 basis point pada kuartal keempat tahun ini,” kata Darmawan.

 


Likuiditas

Ilustrasi nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain suku bunga acuan, hal lain yang berdampak pada kinerja perbankan adalah likuiditas di pasar yang mempengaruhi pada biaya dana. Di mana pada saat ini tingkat cost of fund industri perbankan berada di level rata-rata 2,83%, meningkat 50 bps secara yoy. Tingkat biaya dana Bank Mandiri berhasil dijaga tetap di bawah level industri dengan cost of fund sebesar 2,08%.

Dalam menjaga profitabilitas di tengah tantangan tersebut, Bank Mandiri menjaga biaya dana dengan mendorong pertumbuhan CASA transaksional melalui Livin dan Kopra sehingga NIM Bank Mandiri sampai dengan semester I 2024 tetap terjaga berada di level yang optimal.

“Selain itu, untuk mengantisipasi penurunan suku bunga acuan, kami juga akan mengoptimalkan komposisi portfolio agar profitabilitas tetap terjaga. Di antaranya dengan mendorong pertumbuhan pada higher yield segments,” imbuh Darmawan.

 


Strategi Pertumbuhan

Dari sisi growth strategy, Bank Mandiri tetap melanjutkan strategi yang telah dilakukan. Yaitu fokus untuk meningkatkan dominasi di bisnis nasabah prinsipal atau wholesale dan tumbuh berdasarkan ekosistem driven growth maupun sektor unggulan di wilayah untuk segmen retail agar menghasilkan portfolio yang lebih berkualitas.

Sedangkan dari sisi DPK, Bank Mandiri fokus menjadi partner financial nasabah dengan menyediakan solusi financial yang komprehensif melalui optimalisasi digital platform yang sudah dimiliki, serta meleverage jaringan Bank Mandiri yang tersebar di seluruh Indonesia dengan hubungan teknologi. Sehingga semua services Bank Mandiri bisa diakses di seluruh Indonesia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya