Rupiah Lesu Jelang Rilis Inflasi Juli 2024

Ekonom prediksi, rupiah akan bergerak di kisaran 16.175-16.275 per dolar AS pada Kamis, 1 Agustus 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Agu 2024, 10:37 WIB
Jelang pengumuman inflasi Indonesia pada Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada awal Agustus 2024.(Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang pengumuman inflasi Indonesia pada Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada awal Agustus 2024.

Mengutip Antara, Kamis (1/8/2024), rupiah merosot dua poin atau 0,01 persen menjadi 16.262 per dolar AS dari sebelumnya 16.260 per dolar AS. "Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) Juli," ujar Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, kepada Antara.

Josua menuturkan, IHK bulanan akan kembali deflasi sebesar -0,07 persen month on month (MoM) atau setara dengan 2,24 persen YoY.

Dari sisi eksternal, nada dovish dari Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed), Jerome Powell, menegaskan probabilitas yang lebih tinggi untuk penurunan suku bunga pada Komite Pasar Terbuka Federal AS (FOMC) September 2024.

Pada rapat FOMC Juli 2024, The Fed sesuai prediksi mempertahankan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) pada level 5,25 persen-5,50 persen.

Powell menuturkan,perkembangan disinflasi di AS membaik dari tahun sebelumnya, terutama karena pelonggaran pasar tenaga kerja. Powell bahkan mengatakan the Fed berpotensi memangkas FFR pada rapat FOMC September jika data-data ekonomi AS terus sejalan dengan ekspektasi Fed.

Powell mengindikasikan The Fed mempertimbangkan untuk mempertahankan FFR atau memangkasnya lebih dari satu kali pada tahun ini, tergantung pada perkembangan tingkat inflasi dan pasar tenaga kerja di AS di masa depan.

Pernyataannya dianggap lebih dovish dibandingkan dengan pertemuan FOMC sebelumnya, yang menegaskan tingginya peluang pemangkasan suku bunga pada September 2024.

 


Prediksi Rupiah

Petugas menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, indikator pasar tenaga kerja terbaru termasuk laporan perubahan tenaga kerja ADP dan biaya tenaga kerja pada kuartal II-2024 menunjukkan perlambatan pasar tenaga kerja. Akibatnya, sentimen risk-on membaik di pasar keuangan, menurunkan Indeks Dolar AS dan imbal hasil US Treasury.

Di sisi lain, Bank Sentral Jepang (BoJ) menuturkan, ekonomi Jepang kemungkinan akan terus tumbuh dalam laju yang moderat, berimplikasi pada optimisme BoJ terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Jepang.

Pernyataan BoJ meningkatkan kepercayaan terkait prospek pemulihan ekonomi Asia sehingga mendorong sentimen risk-on di pasar keuangan.

Josua prediksi rupiah berada di kisaran 16.175 per dolar AS-16.275 per dolar AS pada Kamis, 1 Agustus 2024.


BI Prediksi Rupiah Bakal Perkasa dari Dolar AS, Efek Era Suku Bunga Tinggi Tamat

Ilustrasi Rupiah kertas pecahan Rp 100.000. (Sumber foto: Pexels.com).

Sebelumnya, Bank Indonesia mengaku optimistis dengan kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diprediksi, dalam beberapa bulan ke depan, Rupiah bakal berada di tren penguatan.

Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, salah satu faktor yang menjadi pendorong penguatan nilai tukar rupiah adalah penurunan suku bunga.

"Saya melihat potensi penguatan rupiah sangat terbuka. Kita tahu bahwa sejumlah analis mengatakan bahwa suku bunga AS sudah mencapai puncaknya. Ke depan akan turun," ucapnya dalam diskusi di Sumba Timur, ditulis Selasa (23/7/2024).

Kinerja Rupiah

Dari data Bloomberg, dijelaskannya, rupiah hingga 12 Juli 2024 terdepresi 4,81 persen. Angka ini sebenarnya menjadi nilai mata uang yang pelemahannya paling minim jika dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.

Misalnya, Brazil yang pada periode yang sama tertekan hingga 12,1 persen. Sementar Lira Turki juga mengalami pelemahan 11 persen.

Untuk menjaga rupiah yang lebih stabil dan mengawal penguatan rupiah, kata Denny, Bank Indonesia konsisten menjalankan kebijakan moneter yang pro market. Salah satunya adalah adanya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Perlu diketahui, SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka Waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Indonesia.

"Dengan kebijakan yang Pro Market ini Bank Indonesia punya modal kuat untuk bisa mendapatkan masa depan yang lebih cerah," pungkasnya.

 

 


1 Dolar Jika di Rupiah kan?

Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar (kurs) rupiah menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa,. Rupiah naik setelah secara tiba-tiba Presiden Amerika Serikat (AS) saat ini, Joe Biden mengumumkan tidak akan melanjutkan pencalonan dirinya sebagai presiden pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Pada awal perdagangan pagi, kurs rupiah dibuka menguat 23 poin atau 0,14 persen menjadi 16.197 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.220 per dolar AS.

"Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa tidak akan mencalonkan diri kembali dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai calon dari Partai Demokrat, sementara Donald Trump tetap menjadi calon terdepan dalam pemilihan presiden," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari Antara, Selasa (23/7/2024).

Pengumuman tersebut membawa ketidakpastian yang lebih tinggi terkait hasil pemilu AS pada November 2024. Selain itu, bank sentral Tiongkok, People's Bank of China (PBoC), memutuskan untuk menurunkan suku bunga kebijakan pada sesi pertama pasar Asia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya