BPS: Angka Kemiskinan di Jakarta Turun Jadi 464 Ribu Orang per Maret 2024

Angka kemiskinan di Jakarta turun menjadi 464,93 ribu orang per Maret 2024 setelah sempat naik akibat pandemi Covid-19 pada Maret 2023 sebanyak 477,83 ribu orang.

oleh Winda Nelfira diperbarui 01 Agu 2024, 13:31 WIB
Deretan permukiman penduduk semi permanen di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta, Senin (5/10/2020). Pemprov DKI mencatat kenaikan angka kemiskinan Jakarta sebesar 1,11 persen menjadi 4,53 persen pada bulan September 2020 karena terdampak pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta memaparkan profil kemiskinan di DKI Jakarta per Maret 2024. Persentase penduduk miskin di Jakarta pada Maret 2024 ada 4,30 persen atau sebesar 464,93 ribu orang.

Angka ini menurun sebanyak 12.900 ribu orang dari catatan BPS mengenai angka penduduk miskin pada Maret 2023 yang sebesar 477,83 ribu orang.

"Angka kemiskinan Maret 2024 kembali turun setelah mengalami kenaikan akibat dampak Covid-19," kata Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanudin dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (1/8/2024).

Meski begitu, angka kemiskinan di Jakarta per Maret 2024 tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kemiskinan sebelum Covid-19 atau pada Maret 2019 sebesar 3,47 persen. 

"Tren penurunan angka kemiskinan dalam tiga tahun terakhir menjadi momentum keberhasilan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang secara konsisten terus melakukan program pengentasan kemiskinan," ucap Nurul.

Menurut Nurul, membaiknya beberapa indikator makro ekonomi lah yang mendorong berkurangnya jumlah penduduk miskin di Jakarta sebanyak 12.900 orang pada periode Maret 2023-Maret 2024. 

Sepanjang 2019 hingga 2024, jumlah penduduk miskin tertinggi di Jakarta pernah terjadi pada Maret 2021 yang mencapai 501,92 ribu orang. 

Jika dibandingkan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 dengan Maret 2021 telah mengalami penurunan sebesar 36,99 ribu orang.

 


Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Harus Diperhatikan

Warga melakukan aktivitas di daerah kumuh kawasan Jakarta, Kamis (13/1/2022). Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, dari 147 kabupaten/kota wilayah pesisir ada 1,3 juta masyarakat miskin ekstrem yang jadi target pengentasan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Meski begitu, Nurul menekankan bahwa persoalan kemiskinan bukan hanya tentang berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Nurul menyebut, ada dimensi lain yang perlu diperhatikan, yakni tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Indeks kedalaman kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. 

"Pada periode Maret 2023-Maret 2024, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan," kata dia.

 


Jakarta Berhasil Kurangi Kesenjangan

Aktivitas anak-anak di kawasan perkampungan kumuh Semper, Cilincing, Jakarta, Selasa (12/10/2021). Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta per September 2021 mencatat, jumlah penduduk miskin di Ibu Kota mencapai 362 ribu jiwa. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Indeks P1 Maret 2024 di Jakarta ada sebesar 0,645, angka ini turun apabila dibandingkan dengan Maret 2023 pada kondisi 0,695. Sementara Indeks P2 pada Maret 2024 juga turun 0,132, jika  dibandingkan dengan Maret 2023 pada kondisi 1,175. 

"Penurunan baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menjadi tanda keberhasilan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengurangi kesenjangan pengeluaran rata-rata penduduk miskin dan penyebaran pengeluaran penduduk diantara penduduk miskin di DKI Jakarta," kata dia.  

Pemerintah telah menjalankan program-program untuk menurunkan angka kemiskinan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya