Liputan6.com, Jakarta - Betapa beruntungnya perempuan yang meski sedang haid atau menstruasi tetap menerima pahala dari Allah. Meskipun dalam keadaan tersebut mereka terhalang dari melaksanakan ibadah tertentu seperti sholat dan puasa, Islam mengakui keadaan ini sebagai fitrah alami dan tidak mengurangi pahala mereka.
Bahkan, keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani siklus ini dianggap sebagai bentuk ibadah tersendiri.
Mengutip ceramah Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang diunggah di kanal YouTube @vidioibun624, membahas tentang keutamaan perempuan dalam Islam, terutama terkait dengan pahala yang tetap mengalir meski dalam keadaan haid.
UAH menjelaskan bahwa dalam keadaan suci, seorang perempuan melaksanakan sholat subuh sebanyak dua rakaat. "Perempuan dalam keadaan suci, sholat subuhnya berapa rakaat? Dua, tidak mungkin tiga kan," ujar UAH, menegaskan ketentuan yang sudah dikenal.
UAH kemudian menambahkan bahwa selain sholat Subuh, perempuan juga dapat melakukan sholat qabliyah subuh yang terdiri dari dua rakaat. "Baik, dua rakaat sholat qabliyahnya berapa rakaat? Dua rakaat," jelasnya.
Selain itu, UAH juga menyarankan untuk membaca Al-Quran setelah sholat sebagai bentuk ibadah tambahan.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Bagaimana Perempuan Haid Mendapat Pahala Sholat?
Namun, UAH menekankan bahwa ketika perempuan sedang dalam keadaan haid, mereka tidak diperbolehkan untuk sholat atau menyentuh Al-Quran.
"Saat sedang tidak suci, masa haid tiba, sholat tidak?" tanyanya, menegaskan ketentuan syariat yang melarang sholat bagi perempuan yang sedang haid.
Meski begitu, UAH memberikan kabar gembira bahwa pahala tetap mengalir bagi mereka yang memiliki kebiasaan sholat dan membaca Al-Quran di luar masa haid.
UAH menjelaskan bahwa pahala dari ibadah tersebut tetap dituliskan sesuai dengan kebiasaan yang telah dilakukan sebelumnya. "Kalau punya kebiasaan sholat, baca Al-Quran dan tiba masa haidnya itu pahalanya tetap dituliskan sesuai kebiasaan," ungkapnya.
Hal ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah bagi perempuan, yang tetap mendapatkan pahala meski tidak bisa melaksanakan ibadah secara fisik.
Lebih lanjut, UAH menyarankan agar perempuan memanfaatkan waktu yang ada untuk memperbanyak ibadah dan mendalami ilmu agama. Ia mengingatkan bahwa saat masa menopause tiba, ada kemuliaan khusus yang diberikan oleh Allah.
"Kalau sudah tiba masa menopause, Allah memberikan kemuliaan khusus," ujarnya, mendorong para perempuan untuk terus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam ceramahnya, UAH juga menekankan pentingnya pendidikan agama yang khusus membahas tentang fiqih perempuan.
Advertisement
Kalau Ibu-ibu Ngaji, yang Penting Fikih Perempuan
"Makanya, Bu, kalau ngaji dengan ustadz-ustadz tertentu, bikin kurikulum ngajinya fiqih perempuan," saran UAH. Ia menekankan bahwa memahami fiqih perempuan adalah dasar penting untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan benar menurut ajaran Islam.
UAH menjelaskan bahwa ilmu tentang fiqih perempuan tidak hanya penting untuk mengetahui hak dan kewajiban, tetapi juga untuk memahami bagaimana Islam memberikan kemuliaan dan hak-hak yang adil bagi perempuan.
"Tidak usah jauh-jauh, fiqih perempuan saja," katanya, menunjukkan betapa pentingnya topik ini dalam kehidupan sehari-hari.
Pesan UAH dalam ceramah ini menekankan pentingnya bagi perempuan untuk terus beribadah dan mendalami ilmu agama, meskipun ada kondisi tertentu seperti haid yang membatasi beberapa ibadah. Ia juga menyoroti bahwa Islam memberikan kelonggaran dan kemudahan dalam beribadah, serta memastikan bahwa pahala tetap bisa diperoleh selama ada niat dan kebiasaan yang baik.
Dalam konteks ini, UAH memberikan dorongan kepada para perempuan untuk terus berusaha memperbaiki diri dan mencari ilmu, agar dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan mendapatkan pahala yang maksimal.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul