Laba PT Timah Melejit 2.570,81% pada Semester I 2024

Kenaikan harga jual rata-rata timah telah berdampak terhadap kinerja keuangan PT Timah Tbk (TINS) pada semester I 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Agu 2024, 16:00 WIB
PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan laporan keuangan konsolidasian untuk periode yang berakhir 30 Juni 2024. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan laporan keuangan konsolidasian untuk periode yang berakhir 30 Juni 2024. Pada periode tersebut, PT Timah Tbk berhasil mencatatkan laba positif sebesar Rp 434,46 miliar atau 151% dari target yang sudah ditentukan perseroan.

Laba PT Timah Tbk pada semester I 2024 ini naik 2.570,81% dibanding semester I tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 14,27 miliar. Pertumbuhan laba yang signifikan itu sejalan dengan kenaikan pendapatan sebesar 14%  menjadi Rp 5,21 triliun dari Rp 4,57 triliun pada semester I 2023.

"Pertumbuhan itu terjadi di tengah kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 13% dari USD 26.828 per metrik ton di semester I 2023 menjadi USD 30.597 per metrik ton di semester I 2024," ungkap Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani, dikutip Kamis (1/7/2024).

Harga logam timah London Metal Exchange (LME) melonjak di semester I-2024 dan ditutup di harga USD 33.000 per metrik ton pada akhir Juni 2024.

Sementara, produksi timah dunia mengalami penurunan yang diakibatkan oleh terbatasnya pasokan logam timah dari Indonesia, Myanmar dan Republik Demokratik Kongo di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik global yang masih berlanjut mendorong kenaikan harga logam timah.

Berdasarkan CRU Tin Monitor, produksi logam timah dunia di semester I-2024 diperkirakan turun 6,7% (YoY) menjadi 169.800 ton. Sementara, persediaan timah di gudang LME pada akhir Juni 2024 berada di posisi 4.770 ton, turun 36% dari awal tahun 2024 di posisi 7.450 ton.

Di sisi lain, harga pokok pendapatan perseroan turun sebesar 4% dari Rp 4,16 triliun di semester I 2023 menjadi Rp 3,99 triliun di semester I 2024. Sehingga Perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp 688 miliar dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp 1,21 triliun atau 227% dari semester I 2023. Nilai aset Perseroan pada semester I 2024 naik 3% menjadi Rp 13,25 triliun dari Rp 12,85 triliun pada posisi aset akhir tahun 2023.

 


Perbaiki Kinerja Produksi

sumber : timah.com

Sementara, posisi liabilitas Perseroan turun 2% sebesar Rp 6,48 triliun, dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,61 triliun dikarenakan berkurangnya interest bearing debt. Posisi ekuitas sebesar Rp 6,77 triliun, naik 8% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,24 triliun.

"Kinerja keuangan Perseroan menunjukkan hasil yang baik, terlihat dari beberapa rasio keuangan penting di antaranya Quick Ratio sebesar 47,4%, Current Ratio sebesar 162,9%, Debt to Asset Ratio sebesar 48,9%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 95,6%," ungkap Fina.

Perseroan secara bertahap memperbaiki kinerja operasi produksi dengan menambah jumlah unit tambang darat, pembukaan lokasi baru, jumlah kapal isap produksi yang beroperasi, serta tetap fokus pada program efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis Perseroan.

Sejalan dengan upaya tersebut, Perseroan pun melakukan beberapa inisiatif strategis seperti peningkatan sumber daya dan cadangan secara organik/anorganik, penambahan alat penambangan, digitalisasi bisnis proses untuk mendukung efektivitas operasi, optimalisasi penambangan dan pengolahan timah primer, peningkatan produktivitas dan jumlah unit produksi darat maupun laut melalui percepatan pembukaan lokasi baru serta efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis untuk mencapai target produksi Perseroan pada 2024.


Harga Jual Timah Menguat, TINS Putar Otak Genjot Produksi

sumber : timah.com

Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) mencatat ada kenaikan harga jual timah secara global pada 2024. Namun, pendapatan yang dikumpulkan perusahaan terlihat menurun di kuartal I-2024 ini.

Bursa London Metal Exhange (LME) mencatat ada kenaikan harga logam timah imbas dari kondisi geopolitik global. Termasuk adanya gangguan politik dari negara-negara pengekspor timah. Kondisi ini membuat TINS berupaya meningkatkan skala produksinya.

“Fokus Perseroan pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan serta program efisiensi berkelanjutan secara perlahan berimbas pada perbaikan kinerja keuangan Perseroan sehingga membukukan laba positif di kuartal I 2024 seiring perbaikan tata kelola pertambangan dan niaga timah Indonesia.” ujar Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani dalam keterangan resmi, Kamis (2/5/2024).

Perlu diketahui, harga rata-rata timah CSP di LME sejak Maret 2024 meningkat 12 persen menjadi USD 29.084 per ton. Sementara itu, per kuartal I-2024 ini, TINS membukukan pendapatan Rp 2,06 triliun atau turun 5,3 persen dari Rp 2,17 triliun dari periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi produksi, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 5.360 ton atau naik 29,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4.139 ton. Adapun produksi logam naik 12,7 persen menjadi 4.475 ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3.970 ton.

"Sementara penjualan logam timah turun 17 persen menjadi 3.524 ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4.246 ton," ucap Fani.

 


Rencana Perseroan

Foto: PT Timah Tbk.

Selanjutnya, harga jual rata-rata logam timah sebesar USD 27.071 per metrik ton atau naik 1,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 26.573 per metrik ton.

Dalam kurun waktu tersebut, PT Timah Tbk mencatatkan ekspor timah sebesar 91 persen dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Singapura 22 persen, Korea Selatan 14 persen, Amerika Serikat 11 persen, Jepang 9 persen, India 8 persen dan Belanda 8 persen.

Fani mengatakan, saat ini harga rata-rata timah CSP di LME sejak Maret 2024 meningkat 12 persen menjadi USD 29.084 per ton dari harga rata-rata timah CSP di LME selama tahun 2023 sebesar USD 25.959 per ton. Serta proyeksi harga timah versi Bloomberg berada di kisaran USD 23.000-29.000 per metrik ton.

Fani bilang, sampai kuartal I-2024, TINS telah berupaya untuk meningkatkan kinerja operasi dan produksiny. Mulai dari produksi tambang di laut dan darat, hingga menambah peralatan tambang serta mengoptimalisasi sisa hasil pengolahan.

"Selanjutnya, Perseroan berupaya mencapai target produksi dengan melakukan beberapa inisiatif strategis seperti peningkatan sumber daya dan cadangan secara organik/anorganik, optimalisasi penambangan dan pengolahan timah primer melalui peningkatan recovery, perbaikan tata kelola kemitraan penambangan, optimalisasi produksi melalui percepatan pembukaan lokasi baru serta efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis," pungkas Fani.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya