Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan bahwa pemerintah akan memperketat penyaluran bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis solar. Langkah ini sebagia salah satu cara untuk mencegah kebocoran subsidi di tengah kenaikan harga minyak mentah.
"Kita kali ini lagi kajilah," kata Arifin Tasrif dalam acara Media Briefing di Gedung Direkturat Jenderal Ditjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas), Jakarta, Jumat (2/8/2024).
Advertisement
Pengetatan penyaluran BBM subsidi jenis solar ini dipengaruhi oleh tren kenaikan harga minyak mentah dunia dalam beberapa waktu terakhir.
Seperti diketahui, Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September tercatat USD 76,31 per barel para penutupan Lamis, turun USD 1,6 atau 2,05 persen. Sejak awal tahun, harga minyak AS menguat 6,5 persen.
Sedangkan Harga minyak Brent untuk kontrak Oktober tercatat USD 79,52 per barel, turun USD 1,32 atau 1,63 persen. Sejak awal tahun, harga minyak acuan global naik 3,2 persen.
"Memang sekarang yang satu terkait dengan harga minyak dunia," ungkapnya.
Faktor lainnya, pengetatan penyaluran solar juga tak lepas dari kian meningkatnya permintaan masyarakat. Di sisi lain, keuangan negara mengalami keterbatasan untuk menambah kuota BBM subsidi jenis solar.
"Kemudian juga demand dan juga kemampuan negara dalam memberikan dukungan," ucap dia.
Terkait spesifikasi jenis kendaraan yang akan diperbolehkan membeli BBM jenis solar. Arifin menyebut akan diatur dalam revisi Perpres Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
"Ya kita nanti (atur) di Perpres," ungkapnya.
Pemerintah Siapkan BBM Baru Jenis Solar, Dapat Subsidi?
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, buka suara soal inisiasi peluncuran produk BBM jenis baru rendah sulfur, dengan spesifikasi berupa bahan bakar Solar 50 part per million (ppm).
Dadan mengatakan, udara Jakarta yang semakin berpolusi tidak lepas dari tingginya tingkat sulfur dari BBM yang kerap dipakai.
"Jadi bahan bakarnya kita itu sulfurnya tinggi. Di sulfurnya itu sampai 2.500. Padahal kalau kita ngikutin Euro 4 yang sudah di ASEAN juga diterapkan itu sulfurnya itu 50. 50 terhadap 2.500. Kita 50 kali lipat," terangnya di Jakarta, Jumat (19/7/2024).
Oleh karenanya, pemerintah tengah melakukan kajian pembuatan BBM jenis Solar baru agar hasil pembuangan pada kendaraan bisa lebih bersih. "Terutama di wilayah-wilayah yang secara polusinya tinggi. Dan kita ingin untuk solar ini produksinya juga dari dalam negeri," imbuhnya.
Sehingga, lanjut Dadan, pemerintah sedang menghitung besaran volume dan menyiapkan titik-titik peluncuran dari jenis BBM terbaru ini, termasuk nilai keekonomiannya. Pasalnya, semakin bagus kualitas suatu bahan bakar maka akan berpengaruh terhadap harga.
"Kalau per sekarang kan cek aja di dalam indeks-indeks harga internasional. Kalau Solar yang sulfurnya sekian, dimana-mana juga akan makin bagus harganya," kata Dadan.
Saat ditanya apakah pemerintah bakal turut memberikan subsidi kepada Solar baru tersebut, Dadan belum bisa memastikan. Namun, pemerintah berkomitmen untuk memberikan BBM berkualitas dengan harga terjangkau.
"Pemerintah berkeinginan untuk menyediakan BBM yang semakin bersih. Kan kalau pemerintah pasti dari sisi suplainya ada, dari sisi masyarakatnya juga tetap terjaga. Kemampuan untuk membelinya tetap harus bisa dipastikan," tegasnya.
Advertisement
BBM Rendah Sulfur Bakal Uji Coba di SPBU Jakarta
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman menjelaskan kesiapannya terkait Produk Bahan Bakar Minyak (BBM) baru rendah sulfur milik PT Pertamina (Persero).
“Oh siap, kita tadi habis koordinasi pokoknya nanti sama tim, kita support," kata Taufik kepada wartawan di GRHA Pertamina, Rabu (17/7/2024).
Adapun, produk BBM rendah sulfur itu akan diambil dari Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Dia menyebutkan, KPI akan mengalokasikan hingga 900 ribu barel.
Selain itu rencana uji coba peluncuran produk baru ini direncanakan pada September di 3 SPBU di Jakarta. Taufik menegaskan produk baru tersebut berupa solar (diesel) dengan spesifikasi 50 ppm dan bukan jenis BBM bensin.
"3 SPBU dulu di Jakarta. Ambil dari balongan karena Balongan sudah duluan bisa ultra low sulfur," jelasnya.