Liputan6.com, Jakarta Satu dari 59 anak dengan gangguan pendengaran adalah penyandang gangguan spektrum autisme (ASD). Dua masalah ini kerap sulit dibedakan oleh orangtua.
Hal ini diungkap dalam penelitian Using Visual Supports to Facilitate Audiological Testing for Children With Autism Spectrum Disorder yang ditulis oleh Haley McTee dari University of Colorado Boulder, AS.
Advertisement
Dalam beberapa kasus, anak-anak dengan autisme salah didiagnosis sebagai Tuli karena perilaku dan gejala yang tumpang tindih antara kedua kondisi tersebut.
Maka dari itu, penting untuk mengenali tanda-tanda ASD dan gangguan pendengaran serta memeriksakan anak. Pasalnya, intervensi sejak dini dapat meningkatkan kualitas hidup anak.
Tanda-Tanda Gangguan Pendengaran pada Anak
Melansir Verywell Health, beberapa anak dapat memiliki gangguan pendengaran bawaan (saat lahir), dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi pada masa kanak-kanak.
Orangtua mungkin melihat tanda-tanda masalah pendengaran meskipun anak tidak menunjukkan keluhan sulit mendengar.
Tanda-tandanya bisa berupa:
- Tidak bereaksi terhadap suara
- Keterlambatan bicara
- Salah mengucapkan kata-kata secara konsisten
- Terlihat mengabaikan orang yang berbicara dengannya
- Masalah perilaku di rumah atau sekolah
- Menggunakan media hiburan atau perangkat lain dengan volume tinggi
“Jika anak mengalami salah satu masalah ini, buatlah janji bertemu dokter anak dan diskusikan tentang tanda yang terlihat pada anak,” mengutip tulisan yang ditinjau ulang ahli telinga hidung tenggorok (THT) dari Drexel University, AS, Benjamin F. Asher, MD di Verywell Health, Jumat (2/8/2024).
Tanda-Tanda Autisme pada Anak
Autisme merupakan suatu kondisi kompleks yang dapat menimbulkan berbagai gejala, antara lain masalah perilaku, kesulitan komunikasi, masalah emosional, dan terkadang fiksasi dengan perilaku yang berulang-ulang.
Anak autis bisa berperilaku serupa dengan anak Tuli. Masalah-masalah ini terutama terlihat dalam interaksi mereka dengan orang lain.
Ciri-ciri anak autis yang serupa dengan perilaku anak Tuli antara lain:
Kurangnya Kontak Mata
Banyak anak ASD menghindari kontak mata. Sementara, anak-anak yang memiliki masalah pendengaran mungkin melihat ke arah pembicara ketika mereka tahu ada yang sedang berbicara dengannya.
Mereka tidak akan menoleh ke arah pembicara jika mereka tidak tahu bahwa ada orang yang sedang mencoba menarik perhatian mereka.
Echolalia (Mengulang Kata)
Anak-anak yang memiliki gangguan pendengaran mungkin mengulangi kata-kata untuk mencoba memahaminya. Sementara, anak-anak yang menyandang ASD biasanya mengulangi kata-kata sebagai pola perilaku.
Advertisement
Keterlambatan Bahasa
Anak-anak penyandang ASD mengalami kesulitan dalam perkembangan bahasa verbal dan nonverbal. Sedangkan anak-anak yang tidak dapat mendengar dengan baik mungkin mengalami kesulitan mendengar dan mereproduksi suara.
Keterampilan Sosial yang Tertunda
Anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Sedangkan anak-anak yang menyandang ASD mengalami berbagai kesulitan sosial, mulai dari kecanggungan hingga frustrasi dan perilaku yang tidak biasa.
Isolasi Sosial
Rasa frustrasi atau kesedihan akibat kesulitan komunikasi dapat menyebabkan anak Tuli menghindari orang lain. Sedangkan anak ASD dapat menjadi stres dan gelisah saat berada di dekat orang lain.
Ada tumpang tindih antara perilaku masa kanak-kanak penyandang autisme dan perilaku gangguan pendengaran, sehingga sulit membedakan kondisinya.
Autisme dengan Gangguan Pendengaran
Anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran mempunyai insiden keterlambatan perkembangan yang lebih tinggi dari rata-rata, termasuk autisme.
Jika anak didiagnosis mengalami gangguan pendengaran berdasarkan tes objektif, orangtua mungkin juga melihat gejala perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan terkait dengan gangguan pendengarannya.
Tanda-tanda autisme atau masalah perkembangan lainnya dapat mencakup:
- Kurangnya minat pada orang lain.
- Kurangnya pengenalan ekspresi wajah.
- Emosi dan ekspresi emosional yang tidak normal.
- Fiksasi yang tidak biasa pada tugas berulang yang tidak selalu meningkatkan keterampilan mereka, seperti melempar bola dengan cara yang sama tanpa mempelajari cara bermain olahraga tersebut.
- Keterlambatan kognitif.
- Agitasi atau mudah tersinggung.
- Gerakan berulang, seperti mengayun atau membenturkan kepala.
“Bicarakan dengan dokter anak Anda tentang perilakunya dan apakah diperlukan evaluasi selain gangguan pendengarannya.”
Gangguan pendengaran pada anak dapat disebabkan oleh faktor genetik atau masalah perkembangan, termasuk autisme. Masalah pendengaran pada autisme dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk masalah struktural.
Meskipun terdapat hubungan antara kedua kondisi tersebut, anak-anak dapat mengalami gangguan pendengaran dan autisme tanpa adanya hubungan khusus antara kedua kondisi tersebut. Misalnya, anak autis juga bisa mengalami gangguan pendengaran setelah mengalami infeksi telinga bagian dalam atau akibat trauma kepala.
Advertisement