Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang merevitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Jambi. Dalan revitalisasi kawasan tersebut, Kemendikbudristek tetap memperhatikan aspek lingkungan.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko mengatakan, sebelum melakukan revitalisasi, pihaknya melakukan riset lingkungan sekitar candi. Menurutnya, banyak tanaman endemik yang tumbuh di sekitar candi.
Advertisement
"Di sini banyak tanaman endemik yang langka, karena hutan di Jambi makin lama makin menyusut, karena untuk perkebunan dan lain-lain," ujar Agus kepada Liputan6.com, Kamis 1 Agustus 2024.
Agus menjelaskan, tanaman endemik yang tumbuh di KCBN Muarajambi, merupakan tanaman yang dahulunya digunakan untuk obat dan makanan. Bahkan, pihaknya bekerjasama dengan Kebun Raya Bogor untuk meneliti keberadaan tanaman endemik di kawasan KCBN Muarajambi.
"Jumlahnya ada ratusan, jadi saat revitalisasi harus memperhatikan lingkungan," jelas Agus.
Saat dilakukan revitalisasi dan menemukan pohon yang dinilai memiliki endemik langka, maka tidak akan dilakukan penebangan. Namun, apabila mendapati pohon yang memiliki jenis yang sama dan masih banyak tumbuh di kawasan sekitar candi, akan ditebang.
"Seperti di Candi Parit Duku, pohon ini tidak kita tebang, tapi kita pertahankan karena buahnya untuk bahan makanan di sini dan masyarakat masih memanfaatkan," ucap Agus.
Agus mengungkapkan, revitalisasi KCBN Muarajambi tidak hanya tentang melestarikan warisan budaya, namun menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Revitalisasi Ditargetkan Selesai pada Oktober 2024
Kemendikbudristek memastikan proses revitalisasi dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya terhadap alam, termasuk melakukan ekskavasi secara manual dengan tangan manusia.
"Eskavasi manual ini untuk menghindari rusaknya lapisan tanah, akar pohon dan temuan-temuan penting yang ada di dalam tanah kawasan," ungkap Agus.
Saat ini, terdapat dua candi yang sedang menjalani tahap pemugaran, yakni Candi Kotomahligai dan Candi Parit Duku, selain itu, penelitian pemugaran dilakukan di dua candi lainnya yakni Candi Sialang dan Menapo Alun-alun. Dari 11 candi utama lainnya, seperti Candi Kedaton, dan Candi Astano telah selesai dilakukan pemugaran.
"Revitalisasi ini ditargetkan selesai Oktober mendatang," ucap Agus.
Revitalisasi di KCBN Muarajambi mencakup berbagai kegiatan, seperti ekskavasi situs arkeologi hingga pemeliharaan bangunan bersejarah. Tim arkeolog dan tenaga ahli telah berhasil mengungkap berbagai artefak penting yang menambah nilai sejarah kawasan ini.
Advertisement
Jaga Warisan Budaya
Upaya konservasi terus dilakukan untuk memastikan keaslian dan kelestarian situs tersebut. Salah satu aspek penting dalam revitalisasi ini, yakni normalisasi dan revitalisasi kanal kuno yang berada di kawasan KCBN Muarajambi.
Kanal-kanal ini dulunya memiliki peran penting dalam sistem irigasi, penampung air, pengendali banjir hingga transportasi masyarakat setempat," kata Agus.
Teknik penggalian dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia untuk tetap mempertahankan layer-layer budaya. Upaya restorasi yang dilakukan, diharapkan fungsi dan kondisi kanal-kanal tersebut dapat kembali seperti semula, memberikan dampak positif kepada lingkungan dan masyarakat sekitar.
"Revitalisasi kanal-kanal kuno di Muarajambi merupakan langkah strategis dalam menjaga warisan budaya sekaligus memperbaiki ekosistem lingkungan wilayah ini," tutur Agus.
Agus berharap, normalisasi kanal di KCBN Muarajambi dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
"Normalisasi kanal, kita tidak hanya melestarikan sejarah, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar serta keberlanjutan lingkungannya," pungkas Agus.