Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh "tidak membantu" perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza.
"Itu tidak membantu," kata Biden kepada wartawan pada Kamis (1/8) malam seperti dilansir BBC, Sabtu (3/8), saat ditanya apakah pembunuhan Haniyeh merusak peluang tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
Advertisement
Haniyeh dibunuh saat berkunjung ke Teheran pada hari Rabu (31/7/2024), untuk menghadiri pelantikan Masoud Pezeshkian sebagai presiden kesembilan Iran.
Iran dan sekutunya menyalahkan Israel atas pembunuhan Haniyeh, pejabat paling senior Hamas yang sangat terlibat dalam perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang ditawan Hamas dalam serangan 7 Oktober 2023, yang menandai awal perang terbaru Israel Vs Hamas.
Biden mengklaim dia sangat khawatir tentang meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
"Kita memiliki dasar untuk gencatan senjata. Dia (Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu) harus melanjutkannya dan mereka (Hamas) harus melanjutkannya sekarang," ujar Biden.
Israel dan Hamas baru-baru ini melanjutkan perundingan tentatif dan tidak langsung untuk mencoba mencapai gencatan senjata, meskipun ada laporan kemajuan yang saling bertentangan.
Pada akhir Mei, Biden menguraikan apa yang dia katakan sebagai persyaratan proposal gencatan senjata Israel. Hal ini telah menjadi dasar negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel sejak saat itu, di mana Qatar, Mesir, dan AS bertindak sebagai mediator.
Awal pekan ini, Israel dan Hamas saling menuduh menghalangi kemajuan. Hamas mengatakan Israel telah memperkenalkan persyaratan baru, sementara kantor Netanyahu mengatakan Hamas telah menuntut 29 perubahan pada proposal tersebut.
Eskalasi Konflik Timur Tengah
Biden menyampaikan pernyataannya tersebut kepada wartawan di Pangkalan Angkatan Udara Andrews di Maryland, sebelum menyambut pulang warga negara AS sebagai bagian dari pertukaran tahanan dengan Rusia.
Dia mengaku telah berbicara dengan Netanyahu pada hari Kamis dan berjanji untuk melindungi Israel dari semua ancaman dari Iran, yang telah bersumpah membalas pembunuhan Haniyeh.
Iran adalah pendukung Hamas yang paling penting dan merupakan musuh bebuyutan Israel.
Israel sendiri belum mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, yang terjadi pada saat ketegangan di Timur Tengah meningkat.
Pada hari Sabtu (27/7), 12 anak-anak tewas setelah serangan roket menghantam sebuah lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Israel menyalahkan Hizbullah yang didukung Iran atas peristiwa tersebut dan bersumpah akan melakukan pembalasan "keras".
Namun, Hizbullah membantah terlibat.
Pada hari Selasa (30/7), beberapa jam sebelum pembunuhan Haniyeh, Israel membunuh komandan senior Hizbullah Fuad Shukr, yang mereka klaim berada di balik serangan ke Dataran Tinggi Golan. Shukr dilaporkan tewas dalam serangan udara yang ditargetkan di Beirut.
Advertisement