Menag Yaqut: Siapa pun yang Mengganggu Harga Diri Kita, Harus Dilawan

Selain itu, ia menegaskan, mempertahankan Indonesia sama saja dengan mempertahankan harga diri hingga martabat.

oleh Muhammad AliTim News diperbarui 04 Agu 2024, 00:00 WIB
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: Dokumentasi Kementerian Agama)

 

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menghadiri acara Dialog Kebangsaan yang digelar Saya Partai (Gerakan Indonesia Raya) Gerindra yakni Gerakan Kristen Indonesia Raya (Gekira) di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (3/8/2024). Dalam sambutannya, dia menyinggung persoalan martabat bangsa.

"Bagi kita semua Indonesia ini adalah martabat, apalagi partai Bapak-Ibu sekalian ini, salah satu dari sekian partai yang menyandang nama Indonesia, Gerakan Indonesia Raya. Indonesia itu Bapak Ibu sekalian adalah martabat, Indonesia itu harga diri," kata pria akrab disapa Gus Men.

Dia pun menyatakan akan melakukan perlawanan jika ada yang mengganggu martabat dan harga diri bangsa.

"Siapa pun yang mengganggu martabat kita, siapa pun yang mengganggu harga diri kita, ya harus dilawan, kalau nama partai Bapak-Ibu sekalian menyandang Indonesia, kalau ada mengganggu martabat partai Bapak-Ibu sekalian, mengganggu harga diri partai Bapak-Ibu sekalian, ya harus dilawan, tidak boleh dibiarkan," ujar Menag.

Selain itu, ia menegaskan, mempertahankan Indonesia sama saja dengan mempertahankan harga diri hingga martabat.

"Kita ini punya apa sih dalam hidup ini, kalau bukan harga diri dan martabat, dan Indonesia itu adalah martabat kita. Maka mari dengan keragaman yang kita punya, dengan kemajemukan dengan kebhinekaan yang kita miliki ini, kita pertahankan Indonesia," tegasnya.

"Kita memang tidak akan pernah tahu takdir kita ke mana, takdir Indonesia ini ke mana, kita tidak akan pernah tahu sampai kita menjalaninya. betul ya? kita semua ini kan hanya menjalani takdir Bapak-Ibu sekalian," pungkasnya.

 


Bung Karno Milik Seluruh Masyarakat Indonesia

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qaumas menyatakan bahwa Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno tidak bisa diklaim milik satu golongan atau satu partai saja. Menurut Yaqut, bapak bangsa ini merupakan milik seluruh masyarakat Indonesia.

Hal ini disampaikan Menag Yaqut saat memberikan sambutan dalam acara Dialog Kebangsaan yang digelar Gerakan Kristen Indonesia Raya (Gekira) di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (3/8/2024). Awalnya, Yaqut menyinggung soal Indonesia yang tetap utuh karena adanya Pancasila.

"Bung Karno juga mengatakan dengan sangat rendah hati beliau mengatakan 'aku tidak mengatakan bahwa aku yang menciptakan Pancasila, apa yang ku kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi, ke dalam tradisi-tradisi kami sekali, kami sendiri kemudian menemukan 5 butir mutiara yang indah'," kata Yaqut mengutip Bung Karno.

"Nah ini yang kemudian menjadi Pancasila yang kita kenal sekarang ini, dan Bung Karno terbukti. Apa yang beliau gali yang namanya Pancasila ini mampu mempertahankan Indonesia sampai hari ini," ujarnya menambahkan.

 


Bung Karno Tidak Bisa Diklaim

Atas dasar itulah, kata dia, Bung Karno tidak bisa diklaim hanya dimiliki oleh satu golongan atau satu partai tertentu saja.

"Maka benar kalau 'Bung Karno tidak boleh diklaim oleh satu golongan saja. Bung Karno tidak boleh diklaim oleh satu partai saja, tidak boleh. Bung Karno milik semua bangsa ini, Bung Karno memiliki semua partai'," ucap Menag.

Sehingga, menurutnya, sah-sah saja jika Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyebut, Bung Karno juga milik partainya.

"Ya karena memang Bung Karno itu bukan hanya milik satu partai, bukan hanya milik Gerindra, bukan hanya milik partai lain tetapi juga milik bangsa Indonesia," ujarnya.

"Maka kita bersyukur Bapak-Ibu sekalian, kita memiliki bangsa yang namanya Indonesia, dan punya pemimpin yang namanya Ir Soekarno," ucap Menag Yaqut menandaskan.

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka.com

Infografis Penjelasan Mendikbud dan Menag soal Frasa Madrasah di Draf RUU Sisdiknas. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya