Kekayaan Donald Trump Turun Rp 14,6 Triliun Sejak Kamala Haris Ikut Maju Pemilu 2024, Kok Bisa?

Harga saham Trump Media & Technologi Group, media sosial milik mantan Presiden AS Donald Trump sudah merosot sekitar 23 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Agu 2024, 21:00 WIB
Kekayaan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di media sosial merosot.(Jim WATSON/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di media sosial merosot. Namun, kekayaan Donald Trump masih tercatat hampir Rp 100 triliun.

Mengutip CNN, ditulis Minggu (4/8/2024), nilai saham milik Donald Trump di Truth Social telah turun USD 900 juta atau sekitar Rp 14,61 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.233). Hal itu terjadi sejak Wakil Presiden AS Kamala Harris memasuki persaingan menuju Gedung Putih pada 21 Julki 2024.

Harga saham Trump Media & Technologi Group telah anjlok sekitar 23 persen sejak saat itu, termasuk penurunan tajam pada perdagangan Kamis pekan ini di tengah aksi jual pasar.

Nilai kepemilikan saham Donald Trump di perusahaan tersebut mencapai USD 4 miliar pada 19 Juli, hari perdagangan terakhir sebelum Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden keluar dari persaingan dan mendukung Kamala Harris. Sejak itu, nilai saham turun menjadi USD 3,1 miliar.

Aksi jual saham terjadi saat jajak pendapat nasional dan medan tempur menunjukkan persaingan keta tantara Donald Trump dan Kamala Harris. Adapun saham tersebut telah menjadi kendaraan bagi pelaku pasar untuk bertaruh pada prospek Trump kembali ke Gedung Putih karena Truth Social dapat menjadi platform untuk komunikasi presiden jika Trump menang.

Pada Juni 2024, harga saham Trump Media melonjak menyusul penampilan Presiden AS Joe Biden yang buruk dalam debat. Saham Trump Media kembali naik setelah Trump selamat dari percobaan pembunuhan di Pennysylvania.

Pada saat yang sama, Truth Social milik Trump berjuang untuk mendapatkan daya tarik di dunia media sosial. Pada Juni, pengunjung unik Truth Social anjlok hingga 38 persen yoy, menandai penurunan platform tersebut selama tiga bulan berturut-turut, menurut data Comscore yang dianalisis oleh TheRighting.

 


Kepemilikan Saham Milik Donald Trump

Sebelumnya diberitakan, Donald Trump terluka setelah pria bersenjata Thomas Matthew Crooks, melepaskan tembakan ke arahnya selama rapat umum di Butler, Pennsylvania, pada Sabtu, 13 Juli 2024. (Brendan SMIALOWSKI/AFP)

Harga saham Trump Media telah mengalami turbulensi ekstrem sejak go public pada akhir Maret. Para ahli mengatakan, Trump Media sama saja dengan saham meme yang diperdagangkan berdasarkan sensasi dan momentum bukan fundamental.

Adapun Donald Trump merupakan tokoh dominan di perusahaan tersebut, memiliki 114,75 juta saham dan menjabat sebagai chairman dan pengguna paling populer di Truth Social. Berdasarkan Bloomberg, kekayaan bersih Donald Trump mencapai USD 5,9 miliar atau sekitar Rp 95,79 triliun.

Setelah aksi jual baru-baru, valuasi Trump Media sebesar USD 5,1 miliar. Beberapa ahli telah memperingatkan kalau valuasi perusahaan itu dinilai terlalu tinggi karena hasilkan pendapatan yang sangat sedikit dan Truth Social tetap menjadi pemain kecil di media sosial.

Sebagai perbandingkan, nilai pasar Trump Media masih lebih dari dua kali lipat dari JetBlue yang hanya USD 2,2 miliar. Ini terlepas dari fakta JetBlue hasilkan pendapatan 2.300 kali lebih banyak dari tahun lalu daripada Trump Media yang hanya USD 4,1 juta.

 


Donald Trump Diprediksi Cuan Miliaran Dolar dari Bisnis Sosmed Jelang Pemilu AS

Donald Trump resmi memenangkan nominasi sebagai calon presiden dari Partai Republik dan memilih seorang loyalis sayap kanan sebagai calon wakil presiden. (Brendan SMIALOWSKI/AFP)

Sebelumnya, platform media sosial yang dimiliki Donald Trump kembali menjadi sorotan, menjelang pemilu Amerika Serikat 2024.

Melansir CNBC International, Kamis (25/7/2024) akses masyarakat terhadap data penggunaan Truth Social masih terbatas. Namun, strategi pembentukan bisnis dan peluncuran Truth Social yang menarik di pasar publik disebut-sebut menguntungkan Trump secara finansial menjelang pemilu tahun 2024.

Pada Juli 2024, Trump memegang 114,750,000 saham Biasa Trump Media & Technology Group (TMTG), atau sekitar 65% dari perusahaan.

Calon presiden dari Partai Republik AS itu diperkirakan akan menjual sebagian sahamnya pada awal September 2024, yang berpotensi menghasilkan miliaran dolar sebelum Hari Pemilu.

Donald Trump juga memiliki 4.061.251 opsi waran yang masing-masing dapat ditebus dengan satu saham DJT.

Pada bulan Juli 2024, saham tersebut diperdagangkan pada harga sekitar USD 33 (sekitar Rp.535.000) per saham, lebih tinggi dari harga saham USD 10 (Rp.162.000) yang ditawarkan kepada pendukung awal, ketika perusahaan tersebut masih dikenal sebagai Digital World Acquisition Corporation atau DJT.

"Harga saham lebih tinggi dijelaskan oleh fenomena saham meme," kata Michael Klausner, profesor hukum dan bisnis di Stanford Law School.

Sebagai informasi, istilah saham meme mengacu pada bisnis yang tiba-tiba mendapatkan popularitas, terutama melalui media sosial, sehingga menyebabkan harga saham tinggi dan volume perdagangan besar.

Di sisi lain, Pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa untuk Trump Media & Technology Group menyebutkan berbagai risiko, termasuk potensi kegagalan dalam memenuhi janjinya untuk menghasilkan pengguna dan pengiklan. Di sisi lain, platform ini masih mengembangkan basis penggunanya di AS.

 

 

 


China Ketar Ketir Jika Donald Trump Menang Pilpres AS

Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Diwartakan sebelumnya, Bank Goldman Sachs memperkirakan China akan menghadapi risiko penurunan ekonomi yang besar jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat 2024.

Pasalnya, Trump berencana mengenakan tarif sebesar 60% pada barang-barang impor dari China jika terpilih kembali.

"Saat ini ekspor merupakan titik terang utama dalam perekonomian China, dan saya pikir para pengambil kebijakan mungkin perlu bersiap," kata Hui Shan, kepala ekonom China di Goldman Sachs, dikutip dari CNBC International, Selasa (23/7/2024).

"Kami melihat narasi tarif, tidak hanya di AS, namun juga di seluruh mitra dagang utama China lainnya. Jadi hal ini tidak akan menjadi pendorong pertumbuhan berkelanjutan bagi China," jelas Hui Shan.

Seperti diketahui, AS merupakan salah satu mitra dagang terbesar China, sementara Uni Eropa tertinggal dari Asia Tenggara sebagai mitra dagang regional terbesar negara itu.

Trump sendiri telah menaikkan bea masuk atas barang-barang China ketika menjabat presiden AS pada tahun 2018 dan mengancam akan menaikkan bea masuk hingga 60% jika terpilih kembali pada musim gugur ini.

Ekspor China ke AS juga tidak mencatat angka yang tinggi, hanya tumbuh sebesar 1,5% pada paruh pertama tahun ini.

"Pembuat kebijakan perlu memikirkan permintaan domestik dan fokus pada sesuatu yang lebih gigih dan berkelanjutan untuk prospek pertumbuhan," ungkap Hui Shan.

"Jika tarif impor sebesar 60% diberlakukan, angka itu cukup tinggi dan menurut kami dampaknya terhadap makro ekonomi cukup signifikan," tambahnya.


Trump Masih Punya Peluang Tingkatkan Perdagangan AS-China

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Dok. AFP)

Namun, tidak semua analis percaya pada kemungkinan Trump kembali menjadi presiden AS akan merugikan China.

Ben Harburg dari Corevalues ​​Alpha mengatakan bahwa ia yakin China akan lebih mungkin mendapatkan hasil perdagangan yang positif di bawah kepemimpinan Trump, mengingat sifat transaksional mantan presiden AS tersebut.

"Dia adalah seorang pembuat kesepakatan, dan seperti halnya negosiator lainnya, dia suka menetapkan standar yang rendah, dan menetapkan harga yang rendah, dan kemudian meningkatkannya dari sana," kata manajer portofolio tersebut.

Infografis Kronologi Penembakan Donald Trump Saat Kampanye Pilpres AS. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya