Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan 5,08 persen sepanjang semester I-2024. Ini terjadi karena aktivitas ekonomi yang membaik.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud menyampaikan, ekonomi domestik menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi tadi positif.
Advertisement
"Ditopang oleh aktivitas ekonomi domestik yang tetap kuat, perekonomian Indonesia tumbuh stabil sebesar 5,08 persen pada semester I tahun 2024," ujar Edy dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin (5/8/2024).
Pertumbuhan ekonomi mengacu pada besaran produk domestik bruto (PDB) pada triwulan II tahun 2024. PDB atas harga berlaku sebesar Rp 5.536,5 triliun dan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.231 triliun rupiah.
Pada kuartal II 2024, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen dari periode yang sama tahun lalu.
"Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2024 bila dibandingkan dengan triwulan II 2023 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,05 persen," ucap Edy.
Lebih Rendah dari Pertumbuhan Tahun Lalu
Edy bilang, pertumbuhan secara tahunan itu tercatat lebih rendah dari pertumbuhan di tahun 2023 dari tahun 2022.
"Secara year on year, di triwulan II tahun 2024 tumbuh sebesar 5,05 persen dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2023 yang mencapai 5,17 persen," ungkap dia.
Sementara itu, jika dilihat dari kuartal I-2024. Ekonomi Indonesia tumbuh 3,79 persen. Angka ini sesuai dengan tren tahunan beberapa tahun belakangan.
"Secara q-to-q pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2024 tubuh sebesar 3,69 persen. Pertumbuhan ekonomi secara q-to-q ini sejalan dengan pola musiman yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya yaitu pertumbuha q-to-q di triwulan ledua lebih tinggi dengan triwulan I," paparnya.
S&P Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjaga di 5%
Lembaga pemeringkat Standard and Poors (S&P) kembali mengafirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat BBB, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024.
S&P meyakini bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid, ketahanan eksternal dan beban utang Pemerintah yang terjaga, didukung oleh kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, merespons keputusan S&P tersebut dengan menyatakan Afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB oleh S&P memperkuat keyakinan lembaga pemeringkat utama seperti Fitch dan Moody's yang terlebih dahulu memberikan afirmasi atas rating Indonesia pada awal tahun ini.
"Afirmasi ini juga mencerminkan kepercayaan dunia internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia yang baik, serta keyakinan terhadap langkah-langkah sinergi kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia," kata Perry dikutip Rabu (31/7/2024).
Perry menegaskan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di tengah tantangan ketidakpastian global.
Diketahui, S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5,0%.
Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh permintaan domestik yang tetap kuat, serta belanja Pemerintah dan investasi swasta yang meningkat.
Sementara, S&P memandang ketahanan sektor eksternal akan tetap terjaga pada jangka menengah. Kinerja sektor eksternal tersebut didukung oleh prakiraan kenaikan ekspor sejalan dengan implementasi kebijakan hilirisasi di tengah pelemahan harga komoditas.
Advertisement
Apresiasi Komitmen Pemerintah
Lebih lanjut, S&P juga mengapresiasi komitmen Pemerintah Indonesia untuk menjaga inflasi yang terjaga sejak tahun 2010. S&P memproyeksikan inflasi pada tahun 2024-2025 akan berada pada kisaran target 2,5%+1%, masing-masing sebesar 2,8% dan 3,0%.
Selain itu, inovasi strategi operasi moneter yang pro-market dengan penggunaan instrumen berbasis pasar dinilai semakin meningkatkan fleksibilitas kebijakan moneter.
Pada sektor fiskal, S&P memandang Pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3% dari PDB. Secara umum, S&P meyakini Pemerintahan baru akan memperhatikan aspek keberlanjutan kebijakan guna menjaga kredibilitas serta menghindari disrupsi ekonomi dan keuangan yang signifikan.
S&P sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 4 Juli 2023.