Maluku-Papua Catat Pertumbuhan Ekonomi di Atas Nasional

BPS menyatakan, ekonomi wilayah kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

oleh Arief Rahman H diperbarui 05 Agu 2024, 16:33 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi di beberapa wilayah Indonesia menunjukkan angka yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,05 persen pada kuartal II 2024.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi di beberapa wilayah Indonesia menunjukkan angka yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,05 persen pada kuartal II 2024. Paling tinggi dicatatkan oleh wilayah Maluku-Papua dengan 8,45 persen.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud menyampaikan, ada ada beberapa wilayah yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Yakni, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, dan Maluku-Papua.

"Ekonomi wilayah kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional," ucap Edy dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin (5/8/2024).

Dia menguraikan, wilayah Kalimantan tumbuh sebesar 5,22 persen. Kemudian wilayah sulawesi tumbuh sebesar 6,07 persen, wilayah Bali dan Nusa Tenggara tumbuh sebesar 6,84 persen.

"Serta pertumbuhan tertinggi di wilayah Maluku dan Papua sebesar 8,45 persen," ungkapnya.

Pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku dan Papua serta Sulawesi utamanya didorong oleh industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara didorong oleh pertumbuhan di lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

Sementara itu, wilayah Sumatera dan Jawa mengalami pertumbuhan yang lebih rendah. Sumatera mencatatkan pertumbuhan ekonomi 4,48 persen. Lalu, Pulau Jawa mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,92 persen.

Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,05 Persen pada Kuartal II 2024

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen di kuartal II-2024 secara tahunan. Penyumbang terbesar adalah industri pengolahan.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud menyampaikan industri pengolahan menyumbang kontribusi sebesae 0,79 persen dari total pertumbuhan ekonomi 5,05 persen.

"Jika dilihat dari sumber pertumbuhan, pada triwulan II 2024 industri oengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 0,79 persen dari 5,05 persen pada triwulan II 2024," urai Edy dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin, 5 Agustus 2024.

 


Sektor Konstruksi

Tercatat, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia hingga Maret 2024 mencapai level 54,2 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, sektor konstruksi juga turut memberikan andil besar. Yakni tercatat sebesar 0,67 persen. Diikuti dengan sektor perdagangan sebesar 0,63 persen, dan sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,50 persen. Sementara itu, kelompok lapangan usaha lainnya secara kumulatif menyumbang pertumbuhan sebesar 2,46 persen.

Angka tersebut terlihat lebih rendah dari kontribusi pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024. Yakni, Industri pengolahan sebesar 0,88 persen, konstruksi sebesar 0,73 persen, perdagangan sebesar 0,60 persen dan informasi dan komunikasi sebesar 0,56 persen. 

Sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2023 lalu sebesar 5,17 persen. Kala itu, industri pengoalahan menyumbang 0,89 persen, konstruksi 0,48 persen, perdagangan 0,69 persen, dan informasi dan komunikasi sebesae 0,51 persen.

Permintaan Domestik Tinggi

Edy menyampaikan pertumbuhan industri pengolahan tadi didukung oleh permintaan domestik yang juga meningkat. Mulai dari industri makanan-minuman, industri logam dasar, hingga industri kimia, farmasi, dan obat tradisional.

"Industri makanan minuman tumbuh sebesar 5,53 persen didukung oleh peningkatan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman seiring dengan adanya momen Idul Fitri dan Idul Adha serta panen raya padi yang mendorong dari sisi penyediaan," paparnya.

Sedangkan, industri logam dasar tumbuh 18,07 persen dodorong oleh peningkatan permintaan luar negeri seperti produk besi dan baja serta konsumsi baja nasional.

"Industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 8,01 persen sejalan dengan peningkatan permintaan domestik dan luar negeri," sambungnya.


Sektor Konstruksi Tumbuh Berkat 2 Proyek Infrastruktur Ini, Apa Saja?

Sejumlah pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (26/1). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terus mengejar sertifikasi tenaga kerja sektor konstruksi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor konstruksi mengalami pertumbuhan pada kuartal II-2024. Salah satu penopangnya adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

BPS mencatat pada kuartal II-2024 ini, sektor konstruksi mengalami pertumbuhan 7,29 persen. Pertumbuhan ini seiring dengan banyaknya proyek infrastruktur yang dijalankan pemerintah maupun swasta.

"Untuk konstruksi tumbuh seiring dengan proyek pembangunan infrastruktur baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang dilakukan oleh swasta," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud, dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin (5/8/2024).

Ini turut didorong oleh penguatan belanja modal pemerintah di sektor infrastruktur. Ada 2 pembangunan yang cukup besar, yakni Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

"Pertumbuhan ini juga sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah untuk konstruksi berupa belanjut dan aktivitas konstruksi oleh pemerintah seperti pembangunan di IKN dan jalan tol Trans Sumatera," ujar dia.

Jika melihat dari tren, pertumbuhan sektor ko struksi ini terjadi sejak kuartal II-2023 lalu yang tumbuh 5,23 persen. Lalu, pada kuartal III-2023 sebesar 6,39 persen, serta kuartal IV-2023 mencapai 7,68 persen.

Tren ini berlanjut di kuartal I-2024 yang tumbuh sebesar 7,59 persen. Diikuti dengan pertumbuhan pada kuartal II-2024 sebesar 7,29 persen.

Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,05 Persen pada Kuartal II 2024

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh 5,05 persen di kuartal II-2024 secara tahunan. Penyumbang terbesar adalah industri pengolahan.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud menyampaikan industri pengolahan menyumbang kontribusi sebesae 0,79 persen dari total pertumbuhan ekonomi 5,05 persen.

"Jika dilihat dari sumber pertumbuhan, pada triwulan II 2024 industri oengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 0,79 persen dari 5,05 persen pada triwulan II 2024," urai Edy dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin, 5 Agustus 2024.

 

 


Kontribusi Sektor Konstruksi

Pekerja konstruksi menyelesaikan pembangunan LRT Jabodebek rute Cawang-Dukuh Atas di Cawang, Jakarta, Jumat (8/3). Kementerian PUPR mengungkapkan ada sejumlah tantangan di sektor jasa konstruksi pada era Revolusi Industri 4.0. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selain itu, sektor konstruksi juga turut memberikan andil besar. Yakni tercatat sebesar 0,67 persen. Diikuti dengan sektor perdagangan sebesar 0,63 persen, dan sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,50 persen.

Sementara itu, kelompok lapangan usaha lainnya secara kumulatif menyumbang pertumbuhan sebesar 2,46 persen.

Angka tersebut terlihat lebih rendah dari kontribusi pada pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2024. Yakni, Industri pengolahan sebesar 0,88 persen, konstruksi sebesar 0,73 persen, perdagangan sebesar 0,60 persen dan informasi dan komunikasi sebesar 0,56 persen. 

Sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2023 lalu sebesar 5,17 persen. Kala itu, industri pengoalahan menyumbang 0,89 persen, konstruksi 0,48 persen, perdagangan 0,69 persen, dan informasi dan komunikasi sebesar 0,51 persen.


Permintaan Domestik Tinggi

Pekerja konstruksi menyelesaikan pembangunan LRT Jabodebek rute Cawang-Dukuh Atas di Cawang, Jakarta, Jumat (8/3). Kementerian PUPR mengungkapkan ada sejumlah tantangan di sektor jasa konstruksi pada era Revolusi Industri 4.0. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Edy menyampaikan, pertumbuhan industri pengolahan tadi didukung oleh permintaan domestik yang juga meningkat. Mulai dari industri makanan-minuman, industri logam dasar, hingga industri kimia, farmasi, dan obat tradisional.

"Industri makanan minuman tumbuh sebesar 5,53 persen didukung oleh peningkatan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman seiring dengan adanya momen Idul Fitri dan Idul Adha serta panen raya padi yang mendorong dari sisi penyediaan," paparnya.

Sedangkan, industri logam dasar tumbuh 18,07 persen dodorong oleh peningkatan permintaan luar negeri seperti produk besi dan baja serta konsumsi baja nasional.

"Industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 8,01 persen sejalan dengan peningkatan permintaan domestik dan luar negeri," ia menambahkan.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya