Pemakai Sepatu Hak Tinggi Dianggap Tua Menurut Gen Z, Apa Kata Kaum Milenial?

Pandangan sepatu hak tinggi mencerminkan usia pemakainya menurut Gen Z menyeret perdebatan antara kaum milenial.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 08 Agu 2024, 04:01 WIB
Ilustrasi Jenis Sepatu Stiletto Credit: unsplash.com/Emily

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video viral di kelab malam mengungkapkan fakta yang mungkin akan membuat banyak perempuan tidak nyaman. Dalam cuplikan gambar yang direkam pada Jumat malam, 2 Agustus 2024, di sebuah bar di Australia, sejumlah perempuan muda yang diyakini kaum Gen Z berdandan serupa, yakni memakai jeans, atasan yang bagus, dan sneakers yang nyaman.

Dua item pertama dianggap bagian dari isi lemari kaum milenial, tapi sneakers adalah alas kaki yang diyakini tidak akan dipakai seorang perempuan berusia di atas 30 tahun yang akan pergi clubbing. Tapi, itu tidak berlaku untuk generasi yang lebih muda. Sepertinya gen Z menganggap mengunjungi kelab malam dengan sepatu hak tinggi adalah tradisi lama yang patut ditinggalkan.

Mengutip laman news.com.au, Senin, 5 Agustus 2024, Gen Z disebut lebih memprioritaskan kenyamanan saat datang ke kelab malam, terlebih mereka akan berdansa dan berkeliling pub. Hal itu sejalan dengan data terbaru yang menunjukkan penjualan sepatu datar dan hak rendah meningkat tajam dalam beberapa tahun belakangan, sebaliknya penjualan sepatu hak tinggi lesu.

Selain soal kepraktisan, high heels juga disebut memudahkan generasi yang lebih muda dalam mengidentifikasi mereka yang lebih tua darinya. Seorang membuat utas di Reddit berjudul 'Apakah Gen Z jenius atau itu dikarenakan Covid?'. Ia menuliskan, "Heels meneriakkan seorang tua yang berusaha keras." Namun, tidak semua orang sepakat. 

 


Sepatu Hak Tinggi Picu Perdebatan Kaum Milenial

Gaya modern klasik BCL ini dilengkapi dengan stiletto hitam yang tinggi makeup yang bold [@bclsinclair]

Seorang pengguna TikTok dengan nama akun @amandaleefarinaa menyerukan orang-orang agar berdandan saat keluar rumah. "Ya Tuhan, aku akan membenci ini ketika aku berusia 20-an. Bagian terbaik dari pergi keluar adalah berdandan," tulisnya yang disukai 200 ribu akun. 

Pengguna lain sependapat dengan menuliskan komentar, "Aku ingat ketika kami tidak bisa masuk kelab malam bila menggunakan jeans."

Sementara, seorang mewakili kaum milenial mengakui bahwa fesyen telah berubah. "Aku berusia 35 tahun dan ketika kami dulu pergi clubbing, itu berarti pakai gaun mini dan heels tertinggi bahkan saat sedang salju di luar rumah," akunya.

Banyak generasi milenial mendukung tren sepatu kets untuk beragam aktivitas, terkhusus saat clubbing. Mereka ingat perihnya kaki saat tertatih-tatih dengan sepatu hak tinggi sambil terhuyung-huyung.

"Sebagai gadis tahun 91 yang BENCI memakai sepatu hak tinggi di tahun 00an, saya salut dengan gadis-gadis muda ini dan saya meniru mereka dengan segenap jiwa saya. Biarkan aku menikmati malamku dengan nyaman. Terima kasih," seseorang berbagi.

"Jauh lebih baik daripada terpincang-pincang dengan sepatu hak konyol," ejek yang lain.


Apakah Jadi Akhir Sepatu Hak Tinggi?

Ilustrasi sepatu hak tinggi (Image by stokpic from Pixabay)

Meski tren yang populer menggeser posisi stiletto dan kawan-kawan sejenisnya, seorang penata gaya Australia yang biasa mendandani selebritas Donny Galella mengatakan belum melihat akhir dari sepatu hak tinggi. "Semuanya bekerja dalam siklus. Jadi tidak diragukan lagi, sepatu hak tinggi pasti akan kembali populer," katanya kepada news.com.au.

"Setelah menata ribuan wanita selama bertahun-tahun, klien saya menyukai kenyamanan sepatu kets, namun banyak dari mereka merasa paling percaya diri saat mengenakan sepatu hak. “Sepatu hak dapat memanjangkan tubuh, membuat Anda terlihat lebih tinggi, lebih panjang, menjaga postur tubuh yang baik, dan merasa bertenaga. Jadi akan selalu ada tempat utama untuk sepatu hak tinggi di sebagian besar lemari pakaian wanita," ia beralasan.

Sementara menunggu tren hak tinggi kembali, penjualnya harus bersabar. Pengecer alas kaki di Inggris, Kurt Geiger menyatakan bahwa tingkat penjualan sepatu teplek hingga sepatu dengan hak setinggi dua inci atau kurang, seperti sepatu ballerina dan loafer, melonjak drastis, berbanding terbalik dengan sepatu pumps setinggi empat inci atau lebih tinggi hanya terjual sedikit, menurut laporan Sunday Times.


Bahaya Kesehatan Akibat Pakai Sepatu Hak Tinggi

Ilustrasi sepatu high heels, hak tinggi. (Photo by Luis Quintero from Pexels)

Penggunaan sepatu hak tinggi dapat menyebabkan masalah kaki seperti bunion, cedera pergelangan kaki, dan keseleo. Memakai sepatu hak tinggi juga mengakibatkan masalah pada anggota tubuh lainnya.

Dilansir dari New York Post, Sabtu, 23 Desember 2023, seorang ahli bedah kosmetik bernama Reza Tirgari, lewat akun @drreza_t di TikTok yang berbagi dengan 516.900 pengikutnya. "Nona-nona, Anda tampak hebat dengan sepatu hak tinggi, tapi apa yang harus Anda bayar?” kata dokter dan instruktur kebugaran berusia 54 tahun dari San Diego, California, Amerika Serikat, dalam video tersebut.

"Bunion, hammer toe (penyakit jari kaki palu), risiko cedera pergelangan kaki, dan keseleo meningkat pesat jika Anda memakai sepatu hak super tinggi," jelas Tirgari.

Tirgari mengatakan bahwa memakai sepatu hak tinggi juga dapat meningkatkan risiko stres pada punggung karena mengencangkan fleksor pinggul. Hal itu menyebabkan punggung pada posisi yang sangat tidak wajar, sehingga punggung terpaksa harus mengimbanginya.

Dia juga menambahkan bahwa hal itu dapat mengurangi penyerapan guncangan pada kelengkungan alami tulang belakang yang berubah karena sepatu hak tinggi. Ia juga mengatakan sepatu hak tinggi menyebabkan kurangnya penyerapan guncangan pada kelengkungan alami tulang belakang.

 

Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya