Liputan6.com, Phnom Penh - Perdana Menteri Kamboja Hun Manet pada hari Senin (5/8/2024) meluncurkan proyek kanal kontroversial senilai USD 1,7 miliar yang bertujuan menyediakan jalur baru dari Sungai Mekong ke laut.
Pada acara peluncuran di Prek Takeo, Hun Manet menyebut proyek sepanjang 180 km itu "bersejarah".
Advertisement
"Kita harus membangun kanal ini dengan segala cara," ujar Hun Manet seperti dilansir CNA, Selasa (6/8).
Setelah selesai, Kanal Funan Techo akan membentang dari suatu titik di Sungai Mekong, sekitar satu jam perjalanan ke tenggara Phnom Penh, lalu ke Teluk Thailand.
Namun, proyek ini diselimuti ketidakpastian, termasuk tujuan utamanya - apakah untuk pengiriman atau irigasi - siapa yang akan mendanainya, dan bagaimana hal itu akan memengaruhi aliran Mekong - salah satu sungai terpanjang di dunia.
Para pegiat konservasi telah lama memperingatkan bahwa sungai, yang menopang hingga seperempat tangkapan ikan air tawar dunia dan setengah dari produksi beras Vietnam, itu terancam oleh proyek infrastruktur, polusi, penambangan pasir, dan perubahan iklim.
Kamboja, Laos, Vietnam, dan Thailand merupakan penanda tangan Perjanjian Sungai Mekong 1995, yang mengatur distribusi sumber daya sungai.
Pembelaan Pemerintah Kamboja
Phnom Penh berpendapat bahwa proyek kanalnya hanya memengaruhi anak sungai Mekong dan karenanya hanya memerlukan pemberitahuan yang telah diajukan.
Kanal tersebut, salah satu proyek infrastruktur utama mantan perdana menteri Hun Sen, dipandang sebagai usaha nasional yang menggembirakan untuk membangun dukungan bagi penggantinya dan putranya, Hun Manet.
Hun Sen, yang memerintah Kamboja selama lebih dari tiga dekade dan yang merayakan ulang tahunnya pada hari Senin, menggambarkan kanal tersebut sebagai "hidung untuk bernapas" bagi negara tersebut.
Pemerintah mengatakan proyek ini akan menawarkan alternatif bagi kapal-kapal kontainer yang saat ini menyeberang ke Vietnam sebelum menuju ke laut, yang memungkinkan Kamboja untuk tetap mendapatkan pendapatan dari transportasi di dalam negeri.
Lebih lanjut, pemerintah Kamboja mengaku sedang merencanakan zona ekonomi tepi sungai di sepanjang rute yang menurut mereka dapat menciptakan puluhan ribu lapangan kerja bagi negara Kamboja, yang merupakan salah satu negara termiskin di Asia Tenggara.
Tahun lalu, China Road and Bridge Corporation (CRBC), raksasa konstruksi China yang telah membiayai infrastruktur lain di Kamboja, menyetujui studi kelayakan proyek tersebut.
Pejabat Kamboja telah menyarankan perusahaan milik negara China itu dapat membiayai sebagian dari proyek kanal, namun CRBC belum merilis studinya atau membuat komitmen publik apa pun.
Meskipun Kamboja merupakan sekutu dekat China, namun Hun Sen telah membantah bahwa kanal tersebut akan menjadi bagian dari rencana infrastruktur Belt and Road Initiative (BRI).
Advertisement