Elon Musk Kembali Gugat OpenAI dan Sam Altman, Ada Apa?

Elon Musk kembali menggugat OpenAI dan Sam Altman, menuduh perusahaan telah menyimpang dari misi awalnya. Konflik ini memicu perang dingin baru di dunia kecerdasan buatan.

oleh Yuslianson diperbarui 06 Agu 2024, 13:00 WIB
CEO Tesla Elon Musk meresmikan peluncuran Starlink di antor Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Jalan Muh Yamin VIII, Kota Denpasar, Bali pada Minggu (19/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Jakarta - Perang dingin dalam dunia kecerdasan buatan (AI) semakin memanas. Elon Musk, bos media sosial X kembali melayangkan tuntutan ke OpenAI.

Tak hanya itu, Elon Musk juga menuntut sang pendiri perusahaan OpenAI, yakni Sam Altman dan Greg Brockman.

Dalam tuntutan terbarunya ini, bos Tesla dan SpaceX tersebut menuduh perusahaan pembuat ChatGPT itu telah melanggar misi pendiri perusahaan.

Dikutip dari The Verge, Selasa (6/8/2024), Elon Musk menganggap OpenAI telah melanggar misi untuk mengembangkan teknoogi AI bermanfaat bagi umat manusia.

Adapun CEO SpaceX tersebut mendaftarkan gugatan baru itu di pengadilan federal di California Utara pada Senin, 5 Agustus 2024, waktu setempat.

Lebih lanjut, Elon Musk mengatakan, Sam Altman dan Greg Brockman telah memanipulasi dirinya untuk ikut mendirikan usaha nirlaba palsu mereka.

"Keduanya berjanji OpenAI akan lebih aman dan transparan ketimbang berorientasi pada keuntungan," tulis tututan pengadilan Elon Musk.

Dalam tuntutan tersebut Elon Musk mengklaim, jaminan kedua bos OpenAI tentang struktur nirlaba berusahaan adalah penipuan jangka panjang Sam Altman.

Sebelumnya, Elon Musk juga sempat melontarkan tuntutan serupa. Akan tetapi, bos medsos X itu menarik tuduhan tersebut pada Juni tanpa penjelasan.

Kala itu, Elon Musk juga menyebut OpenAI melanggar perjanjian pendirian antara dirinya dan salah satu pendiri perusahaan lain untuk menjaga teknologi AI buatan mereka tetap open source.


Elon Musk Unggah Video Deepfake Kamala Harris

Elon Musk. (AP Photo/Susan Walsh, File)

Di sisi lain, Elon Musk berbagi video palsu Kamala Harris hasil besutan AI deepfake, di platform X alias Twitter. Meski merupakan pemilik X, unggahan Elon Musk itu melanggar kebijakan platform dalam hal media sitesis dan manipulasi.

Mengutip The Verge, Selasa (30/7/2024), video yang dibagikan oleh Elon Musk pada Jumat lalu mengubah video kampanye yang dirilis oleh Kamala Harris sehingga membuat sang wakil presiden terdengar seperti kandidat presiden.

Dalam video deepfake itu, Kamala Harris mengatakan hal-hal yang sebenarnya tak pernah ia ucapkan. Klip yang dimanipulasi itu membuat Harris mengatakan hal-hal seperti dirinya adalah "orang yang begitu menghargai keberagaman" dan bahwa dia telah "empat tahun berada di bawah bimbingan boneka negara dalam, mentor yang luar biasa, Joe Biden."


Jelas Langgar Kebijakan Media Sosial X

Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertemu CEO Tesla Inc. Elon Musk di markas SpaceX, Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu, 14 Mei 2022. Dalam kesempatan ini, Jokowi dan Elon Musk sempat melakukan diskusi singkat dilanjutkan berkeliling melihat fasilitas markas besar SpaceX tersebut. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Adapun akun yang pertama mengunggah video deepfake tersebut memiliki label "Kampanye parodi Kamala Harris." Sanggahan alias disclaimer itu bertujuan untuk mencegah video tersebut melanggar kebijakan X.

Namun, konteks tersebut tak muncul dalam video yang di-repost oleh Elon Musk. Alih-alih begitu, Elon Musk justru hanya memperlihatkan video dengan komentarnya sendiri, "Ini sangat menakjubkan", lengkap dengan emoji tertawa.

Ini merupakan salah satu contoh bagaimana AI dapat mengubah sebuah konteks video dan penggunaannya untuk menyesatkan dalam pemilihan. Parahnya, belum ada kebijakan atau undang-undang yang bisa mengatasi penggunaan AI untuk manipulasi video.


Ketika AI Dimanfaatkan untuk Ganggu Pemilihan

Elon Musk. (Patrick Pleul/Pool Photo via AP, File)

Awal tahun ini misalnya, sebuah panggilan bot yang menggunakan AI dipakai untuk meniru suara presiden Joe Biden, mendesak pemilih di New Hampshire untuk tinggal di rumah selama pemilihan pendahuluan.

Kini, pejabat pemilihan sedang melatih bagaimana AI dapat menghalangi pada Hari Pemilihan atau menjelang itu. Aturan pengungkapan AI dalam iklan pun masih dalam pengembangan.

Kehadiran video deepfake di platform Twitter ini dapat mengganggu kebijakan Twitter mengenai misinformasi.

Pasalnya di bawah kebijakan X, "sintetis, menipulasi, atau konteks media mungkin menipu dan membingungkan orang lain serta mengarah pada bahaya dilarang di platform X."

Infografis Muncul Wacana Pembentukan Dewan Media Sosial. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya