Liputan6.com, Jakarta Pendidikan vokasi, atau pendidikan kejuruan, telah menjadi pilihan yang semakin diminati di Indonesia. Fokus utama dari pendidikan vokasi adalah memberikan keterampilan praktis dan pengetahuan teknis yang relevan dengan kebutuhan industri.
Bagi calon pekerja, pendidikan vokasi menawarkan sejumlah manfaat yang signifikan, yang tidak hanya meningkatkan kesiapan kerja tetapi juga memberikan keunggulan kompetitif di pasar tenaga kerja.
Advertisement
Pertama, pendidikan vokasi memberikan keterampilan praktis dan spesifik. Siswa yang mengikuti program vokasi mendapatkan pelatihan langsung di bidang tertentu, seperti teknik, pariwisata, teknologi informasi, atau kesehatan.
Pembelajaran ini lebih terfokus pada praktik daripada teori, sehingga lulusan memiliki keterampilan yang dapat langsung diterapkan di tempat kerja. Misalnya, seorang lulusan program vokasi di bidang teknik akan menguasai keterampilan spesifik seperti pengelasan, permesinan, atau instalasi listrik, yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur.
Kedua, pendidikan vokasi membantu calon pekerja memahami dunia kerja secara lebih nyata. Banyak program vokasi yang menjalin kerjasama dengan industri dan perusahaan untuk memberikan magang atau pelatihan di tempat kerja.
Pengalaman ini sangat berharga karena memberikan siswa wawasan langsung tentang bagaimana dunia kerja beroperasi, termasuk etika kerja, disiplin, dan standar industri. Melalui magang, siswa juga memiliki kesempatan untuk membangun jaringan profesional yang dapat membantu mereka dalam mencari pekerjaan setelah lulus.
Berkaca dari hal tersebut, PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) pun turut aktif menciptakan ekosistem industri yang unggul dan berkelanjutan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja untuk para tenant, KITB menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Penyiapan Tenaga Kerja Berkualitas untuk Tenant.
Acara ini melibatkan kerjasama erat dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Jawa Tengah, dan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Batang, serta seluruh tenant KITB.
"Kemenaker sangat mendukung inisiatif ini. Kolaborasi antara industri dan pendidikan vokasi sangat penting untuk memastikan bahwa lulusan yang dihasilkan memiliki keterampilan yang relevan dan dapat langsung diterapkan di tempat kerja," kata Perwakilan Kemenaker Caswiyono Rusydie C dikutip Selasa (6/8/2024),
Kebutuhan Tenaga Kerja Industri
Adapun FGD ini bertujuan untuk menyinergikan antara kebutuhan tenaga kerja industri dengan penyediaan pendidikan dan pelatihan vokasi. Para peserta berdiskusi mengenai kompetensi yang dibutuhkan oleh industri di KITB, kurikulum pendidikan vokasi yang relevan, serta upaya peningkatan kualitas tenaga kerja lokal.
"Kami percaya bahwa keberhasilan kawasan industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang ada. Melalui FGD ini, kami berupaya menciptakan sinergi antara dunia industri dan dunia pendidikan, serta pemerintah, untuk bersama-sama menghasilkan tenaga kerja yang unggul dan siap menghadapi tantangan global," kata Direktur Kelembagaan & Humas PT KITB, M Fakhrur Rozi.
Dengan diselenggarakannya FGD ini, KITB berharap dapat terus berperan aktif dalam menciptakan ekosistem industri yang kompetitif, inovatif, dan berkelanjutan. Ke depan, KITB berkomitmen untuk terus meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak demi terwujudnya tenaga kerja yang handal dan siap bersaing di kancah global.
Advertisement
Dirjen Vokasi Terpilih Diharapkan Ahli dalam Dunia Pendidikan Vokasi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi (Kemendikbudristek) sedang melakukan Proses Seleksi Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi.
Saat ini Panitia Seleksi Kepala Dirjen Vokasi yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti telah mengerucutkan peserta seleksi Dirjen Vokasi menjadi 11 orang. Mereka adalah Syaifullah, Jonni Afrizon, Aisyah Endah Palupi, Ari Indarto Sutjiatmo, Gede Sri Darma, Mochamad Lutfi Firdaus, Sutrisno, Joko Triyono, Arip Rahman Sudrajat, Farkhan, Lukman.
Wakil Ketua Komisi X Dede Yusuf mengatakan, Kepala Dirjen Vokasi haruslah ahli dalam dunia pendidikan vokasi. Tak hanya itu, sosok Dirjen Vokasi terpilih harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dunia pendidikan vokasi.
“Harus orang yang ahli dong, harus orang yang memang mengerti bidang pendidikan Vokasi. Kalau bisa seorang praktisi pendidikan yang memang sudah tahu permasalahan-permasalahan di dunia pendidikan vokasi,” ujarnya.
Saat ini, kata Dede Yusuf, sering terjadi permasalahan klasik yakni serapan dunia kerja tidak sesuai dengan kurikulum yang ada di dunia pendidikan yang sangat tidak populer di mata Gen Z.
“Permasalahan-permasalahan teknis seperti itu, tentunya menjadi hal yang paling penting untuk menjadi fokus Dirjen terpilih nanti,” kata Dede Yusuf.
Ia menjelaskan, secara umum pekerjaan rumah pendidikan vokasi terus mengoptimalkan lulusan terampil yang siap diserap di dunia kerja atau industri. “Bukan hanya siap, tetapi kompetitif-kompeten-resilience disertai dengan sertifikasi yang relevan, yakni membangun SDM unggul terampil,” tuturnya.
Mismatch
Dede juga menjelaskan bahwa Dirjen vokasi juga harus bisa menyelesaikan masalah mismatch di dunia vokasi yang dioptimalkan dengan penguatan pendidikan vokasi, riset terapan yang inovatif, magang, dan program merdeka belajar.
“Kolaborasi link and match dengan dunia usaha, dunia industri juga jangan hanya agenda seremonial seperti perjanjian kerja sama tanpa eksekusi yang cermat, hal tersebut penting ditekankan mengingat fenomena ketenagakerjaan yang begitu dinamis,” ucap Dede.
Lebih lanjut, Dede mengatakan, penguatan SDM pengajar juga tak kalah penting. Dirjen vokasi harus mampu meng-upgrade para pengajar dengan sering melakukan sertifikasi dan uji kompetensi.
“Masalah kurikulum memang masih menjadi catatan, terlebih harus adaptif dengan perkembangan zaman, tak terkecuali fenomena transisi pandemi ke endemi dimana sistem kerja hibrida seperti luring-daring menjadi hal yang wajar,” katanya.
Terakhir, Dede mengharapkan Dirjen terpilih adalah sosok yang benar-benar paham dan unggul dalam kompetensi manajemen per-vokasi-an. Bebas dari intervensi dan intrik politik, dan berkomitmen dengan kerja teknis lapangan sesuai dengan nafas vokasi sebagai ilmu terapan, bukan hanya retorika saja.
"Jika sudah terpilih, Kemendikbud bisa langsung berlari kencang menerapkan program-programnya. Dirjen Vokasi merupakan direktorat yang sangat strategis dalam mengeksekusi program-program prioritas pembangunan SDM unggul," ujarnya.
Advertisement