Liputan6.com, Jakarta - Unjuk rasa berujung kekerasan dan kerusuhan melanda Inggris dalam sepekan terakhir. Kerusuhan di Inggris terjadi di beberapa wilayah seperti Southport, Rotherham, Tamworth, Manchester, Liverpool, hingga Belfast di Irlandia Utara.
Seperti dilansir BBC, kerusuhan Inggris terjadi setelah 3 anak terbunuh dan 10 orang terluka di Southport, Merseyside, pada Senin 29 Juli 2024. Malam harinya muncul rumor yang menyebar secara online.
Advertisement
Hoaks dan misinformasi di media sosial itu menyebutkan tersangka penikaman massal di kelas tari di Southport tersebut seorang imigran pencari suaka. Padahal, menurut polisi, tersangka berusia 17 tahun dan lahir di Inggris.
Perdana Menteri atau PM Inggris Keir Starmer mengutuk kerusuhan tersebut. Ia pun memastikan yang terlibat kerusuhan akan menghadapi hukum secara tegas.
"Saya jamin kalian akan menyesal ikut dalam kerusuhan ini, baik yang langsung terlibat, maupun yang memprovokasi aksi ini secara online lalu kabur," kata Keir Starmer di London, Minggu 4 Agustus 2024.
PM Inggris bahkan menyebut kerusuhan itu sebagai premanisme kekerasan yang terorganisir. "Jadi, saya tidak akan menghindar untuk menyebut ini apa adanya, premanisme sayap kanan!"
Hingga Senin 5 Agustus 2024, Otoritas Kepolisian Inggris menyatakan telah menangkap 378 terduga perusuh selama sepekan terakhir. Kerusuhan ini bahkan disebut sebagai yang paling parah dalam 13 tahun terakhir di Inggris.
Terkait kerusuhan di Inggris, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London telah mengeluarkan imbauan terhadap warga negara Indonesia (WNI). Apa saja imbauannya? Berapa jumlah WNI yang saat ini berada di Inggris? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Kerusuhan Rasial Anti-Imigran Melanda Inggris
Advertisement