Liputan6.com, Washington, DC - Calon presiden dari Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) Kamala Harris (59), Selasa (6/8/2024) mengumumkan bahwa Gubernur Minnesota Tim Walz (60) akan menjadi pasangannya dalam Pilpres AS yang akan digelar pada 5 November mendatang.
Tim kampanye Harris mengunggah video percakapan telepon antara Harris dan Walz di media sosial.
Advertisement
"Ini Kamala Harris. Selamat pagi, gubernur," kata Harris. "Dengar, saya ingin Anda melakukan ini bersama saya. Ayo kita lakukan ini bersama-sama. Maukah Anda menjadi calon wakil presiden?"
"Saya akan merasa terhormat, Ibu Wakil Presiden," jawab Walz, seperti dilansir VOA Indonesia, Rabu (7/8).
Dalam pernyataannya, Harris mengatakan, "Walz adalah pemimpin yang telah teruji dan memiliki rekam jejak yang luar biasa dalam menyelesaikan berbagai hal untuk warga Minnesota. Saya tahu, dia akan membawa prinsip kepemimpinan yang sama ke dalam kampanye kami, dan ke kantor wakil presiden."
Kelompok progresif mendukung Walz, yang mereka nilai telah memperjuangkan kebijakan sayap kiri semasa menjabat gubernur Minnesota. Negara bagian ini dinilai sangat penting untuk memenangkan pemilu.
Sebagai mantan anggota Garda Nasional Angkatan Darat dan guru, Walz dipandang menarik bagi pemilih kulit putih di kawasan pedesaan.
Pada November, Harris dan Walz akan melawan calon dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump dan pasangannya, JD Vance.
Tentang Walz yang dipilih Harris, Vance mengatakan, "Rekam jejak Tim Walz adalah lelucon. Dia adalah salah sorang radikal paling kiri di seluruh pemerintahan AS pada tingkat mana pun. Tetapi menurut saya, dipilihnya Tim Walz menunjukkan bahwa Kamala Harris tunduk pada kebutuhan kelompok sayap kiri partainya. Itulah yang selalu dia lakukan."
Bahkan sebelum tim kampanye Harris mengumumkan secara resmi bahwa Walz adalah pilihan Harris untuk calon wakil presiden, tim kampanye Trump telah merilis pernyataan yang menyebut Walz sebagai ekstremis liberal yang berbahaya.
Harris dan Walz sudah mulai berkampanye di negara bagian-negara bagian utama yang menjadi medan pertempuran Pilpres AS. Selasa malam, mereka tampil di Philadelphia, Pennsylvania.
Berlomba dengan Waktu
Jarang terjadi bahwa seorang mantan guru ilmu sosial di SMA berhasil mencapai posisi teratas dalam politik AS, namun itulah yang dialami Walz.
Walz membuat dirinya disukai oleh para pendukung Partai Demokrat dengan mencap Trump dan Vance sebagai orang aneh, menggambarkan mereka sebagai orang yang tidak layak untuk memerintah negara selama empat tahun.
"Trump tidak akan tertawa kecuali dia sedang menertawakan seseorang," kata Walz baru-baru ini.
Namun, meskipun Walz memperoleh dukungan dari sayap Partai Demokrat yang lebih liberal dan progresif selama 12 tahun menjabat sebagai anggota Kongres di DPR AS dan lima tahun lebih sebagai gubernur Minnesota, dia adalah sosok yang tidak dikenal dan belum teruji di panggung politik nasional AS.
Walz hanya punya waktu tiga bulan untuk memperkenalkan diri kepada para pemilih AS.
Jajak pendapat NPR/PBS News/Marist pada bulan Agustus menunjukkan, sebagian besar warga AS, termasuk sebagian besar anggota Partai Demokrat sendiri tidak berpendapat positif atau negatif tentang Walz, terutama karena mereka hampir tidak mengenalnya.
Sekitar tujuh dari 10 orang dewasa dan pemilih terdaftar yang disurvei dalam jajak pendapat nasional mengatakan, mereka "tidak yakin" apakah mereka pernah mendengar atau tidak pernah mendengar tentang Walz, termasuk lebih dari 6 dari 10 anggota Partai Demokrat. Kubu Demokrat yang cukup mengenalnya cenderung lebih mendukung, dibandingkan yang tidak mengenalnya, yakni 31 persen dibanding 7 persen.
Advertisement