Baik untuk Kesehatan, Simak 6 Manfaat Tertawa

Beberapa penelitian telah membuktikan tertawa dan perasaan riang gembira baik untuk kesehatan tubuh.

oleh Arie Nugraha diperbarui 09 Agu 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi lucu, tertawa. (Gambar oleh congerdesign dari Pixabay)

Liputan6.com, Bandung - Menjaga kesehatan tidak harus dengan mengosumsi makanan dan minuman yang berkualitas. Tidak pula dengan kegiatan fisik yang menguras tenaga.

Kegiatan yang baik untuk kesehatan ini hanya dengan cukup melihat tayangan lucu yang berseliweran di sosial media saja sudah bisa membuat Anda tertawa atau minimal tersenyum simpul.

Meski tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa perilaku humor dan tertawa dapat membantu menyembuhkan penyakit, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan tertawa dan perasaan riang gembira baik untuk kesehatan tubuh.

Berikut 6 manfaat tertawa bagi kesehatan dicuplik dari laman Good Doctor:

1. Meningkatkan kesehatan karena tingkat stres berkurang

Sebuah penelitian membuktikan bahwa tertawa spontan dapat menurunkan kadar kortisol dalam tubuh. Seperti diketahui hormon kortisol diproduksi sebagai bentuk respons tubuh saat orang tersebut sedang stres.

Analisis terhadap sejumlah penelitian terkait peranan tertawa dalam menurunkan kortisol menemukan, bahkan tertawa sendirian pun dapat menurunkan kadar kortisol secara signifikan, yakni sebesar 36,7 persen.

Dari delapan penelitian yang melibatkan 315 peserta, sebanyak lima penelitian tentang dampak tertawa saat menonton komedi, dua penelitian tentang tertawa yang dibantu oleh terapis tertawa, dan satu sisanya dampak tertawa sendiri.

Bukti menunjukkan tertawa merupakan terapi medis tambahan yang berpotensi meningkatkan kesehatan.

2. Menurunkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, infeksi, kanker, dan PPOK

Penelitian berkelanjutan selama 15 tahun terhadap 53.556 peserta di Norwegia menemukan, tingginya selera humor pada perempuan dengan penyakit kardiovaskular menurunkan risiko kematian.

Demikian juga pada perempuan dan laki-laki yang mengalami infeksi, memiliki selera humor yang baik ini menurunkan risiko kematiannya secara signifikan.

Penelitian menemukan, dampak positif dari selera humor terhadap ketahanan hidup pasien tetap ada hingga usia 85 tahun.

3. Menurunkan kadar gula darah

Penelitian pada 2018 menunjukkan, menonton tayangan komedi bisa menurunkan kadar gula darah setelah makan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2.

4. Meningkatkan kemampuan kognitif

Terapi humor yakni rutin menonton film lucu selama 20 menit dapat meningkatkan fungsi kognitif. Yakni meningkatkan kemampuan belajar, mencegah penurunan daya ingat, serta kemampuan pengenalan visual.

5. Mencegah komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2

Penelitian pada 2018 menemukan, terapi tertawa membantu mencegah komplikasi kardiovaskular pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

6. Membantu mengurangi reaksi alergi

Tertawa dapat mencegah pembengkakan kulit akibat reaksi alergi. Nah sekarang Anda sudah tahu kan apa saja manfaat tertawa dan memiliki selera humor yang baik.

Selain menghibur orang lain, manfaat tertawa bagi kesehatan ternyata juga sangat banyak. Jadi mulai sekarang tidak usah terlalu menjaga image alias jaim, dengan menahan tawa saat melihat sesuatu yang lucu.

Lepaskan tawa Anda jika hal itu memang layak ditertawakan dan tidak sampai membuat orang lain tersinggung. Selain tidak lupa tertawa setiap hari, tetap jaga kesehatan tubuh baik secara fisik maupun mental.

 


Kondisi Dalam Tubuh saat Seseorang Tertawa

Saat seseorang tertawa, ini membuat sejumlah perubahan fisiologis dalam tubuhnya, yakni terjadinya perubahan kimia dan fungsi otak. Berikut sejumlah perubahan yang terjadi pada tubuh ketika tertawa:

1. Detak jantung dan pernapasan meningkat

Perubahan ini membuat seseorang berada pada tahapan tubuh yang rileks. Meski tidak setara dengan latihan aerobik, tapi tertawa setidaknya 10-15 menit per hari dapat membakar 10-40 kalori ekstra.

2. Memengaruhi fungsi jantung

Menonton tayangan yang lucu dapat melebarkan pembuluh darah sehingga melancarkan aliran darah ke jantung. Ini juga dapat meningkatkan sistem saraf simpatik namun tidak meningkatkan tekanan darah.

3. Menurunkan kadar hormon kortisol, yakni hormon yang bertanggungjawab atas tingkat stres seseorang.

4. Mengaktifkan sistem penghargaan dopaminergik mesolimbik di otak.

5. Meningkatkan produksi serum imunoglobulin A dan E, yang berfungsi sebagai antibodi.

6. Meningkatkan kadar beta-endorfin, yakni zat kimia yang membuat tubuh merasa nyaman, serta meningkatkan hormon pertumbuhan manusia.

 


Sejarah Tertawa dapat Menyembuhkan Penyakit

Ada sejumlah pengalaman di masa lampau yang mengaitkan tertawa bisa menjadi bagian obat yang membantu proses penyembuhan.

Sebuah review berjudul‘ Humor, laughter, learning, and health!’ yang dipublikasikan dalam jurnal online The American Physiological Society menuliskan, para dokter di Yunani meresepkan terapi tertawa sebagai bagian dari proses penyembuhan pasiennya.

Lalu pada abad ke-14, seorang ahli bedah Perancis Henri de Mondeville melemparkan humor dan candaan untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit selama proses tindakan bedah.

Ia juga meresepkan terapi tertawa sebagai proses percepatan pemulihan. Praktek tersebut Henri tuliskan dalam bukunya bertajuk“Cyrurgia”.

Begitu pula seorang pendeta Jerman, Martin Luther menggunakan humor dalam setiap sesi konseling dengan pasien gangguan kesehatan mental.

Alih-alih mengurung diri, Luther meminta mereka yang depresi tetap berbaur dengan teman dan keluarga yang dapat bercanda dan membuat mereka tertawa.

Klaim bahwa sesuatu yang lucu dan mengundang tawa, dapat membantu proses penyembuhan juga sudah pernah dibuktikan oleh seorang jurnalis bernama Norman Cousins pada 1964.

Saat itu ia menderita penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan kolagen. Penyakit itu membuatnya merasakan rasa sakit yang hebat dan pernah dinyatakan hidupnya tinggal hitungan bulan.

Tapi Cousins yang juga seorang profesor di California University memiliki keyakinan bahwa emosi bermain peran dalam meringankan atau justru memperparah penyakitnya.

Sebagaimana ia percaya kalau emosi negatif dapat memperburuk kondisi fisiknya, maka ia juga percaya emosi positif bisa membantu tubuhnya melawan penyakit. Cousins pun memilih menerapkan keyakinan yang kedua.

Selain pengobatan oral yakni rutin mengonsumsi vitamin C, Cousins juga menjadwalkan rutin menonton film komedi berjudul ‘Marx Brothers’, “Tertawa 10 menit memberi saya dua jam tidur tanpa rasa sakit,” ujar Cousins.

Ia pun dapat menjalani hidupnya selama 25 tahun berikutnya. Keberhasilan Cousins melawan penyakit dengan rasa humor diabadikan lewat bukunya ‘Anatomy of an Illness’.

Sayangnya meski diakui keberhasilannya dan diterima secara turun-temurun, tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk mendukung dan membuktikan klaim tertawa sebagai obat secara empiris.

Ini yang kemudian menjadi alasan penolakan dari petugas kesehatan masa kini untuk mengimplementasikan terapi tertawa sebagai bagian proses penyembuhan.

"Sebuah hipotesis mungkin menarik, tapi jika tidak ada bukti empirisnya maka kemungkinan besar tidak akan berguna secara ilmiah," tulis American Association for the Advancement of Science dalam literasinya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya