Sudah 5 Bulan, Puluhan Warga Terdampak Longsor Cipongkor Masih Mengungsi di GOR Desa

Mereka masih mengungsi di GOR Desa Cibenda sejak 5 bulan yang lalu. Tercatat, ada 22 dari 25 Kepala Keluarga (KK) yang masih tinggal di tempat pengungsian.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 08 Agu 2024, 14:00 WIB
Tempat pengungsian warga di Gor Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB)/Istimewa

Liputan6.com, Bandung - Nasib warga terdampak bencana tanah longsor di Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), soal relokasi belum jelas.

Mereka masih mengungsi di Gor Desa Cibenda sejak 5 bulan yang lalu. Tercatat, ada 22 dari 25 Kepala Keluarga (KK) yang masih tinggal di tempat pengungsian.

"Kurang lebih ada 67-70 jiwa yang masih di pengungsian dan beberapa tinggal di rumah saudaranya," kata Kasie kesra Desa Cibenda, Ahmad Hindarsah saat dihubungi, Rabu, 7 Agustus 2024.

Puluhan warga tersebut adalah korban yang rumahnya rata dengan tanah akibat bencana longsor yang terjadi pada 24 Maret lalu.

Dalam penanganan bencana, sebelumnya pemerintah daerah berjanji akan merelokasi rumah mereka. Namun, hingga saat ini, Ahmad menyebut masih berkutat pada pencarian lahan.

Ia menambahkan, Pemdes Cibenda sebenarnya sudah menyiapkan lahan sekitar 5.000-10.000 meter persegi untuk pembangunan rumah. Akan tetapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum memberikan kepastian apakah tanahnya aman untuk ditinggali atau tidak.

Sejauh ini, Ahmad menuturkan peng-SK an para korban terdampak sedang diproses oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Hanya saja soal tanah kita sudah melaksanakan mencari tanah relokasi, ada dua tempat. Hanya saja belum ada kepastian dari geologi," ungkapnya.

Ahmad pun menyebut jika Desa Cibenda tidak lagi memiliki tanah carik datar yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah warga. Pasalnya, 5 tanah datar milik Pemdes sudah digunakan untuk Tempat Pemakaman Umum (TPU).

Jika tanah yang direkomendasikan oleh Pemdes tak disetujui PVMBG, maka alternatifnya adalah membeli lahan persawahan. Namun masalahnya, kata Ahmad, harga lahan yang digunakan untuk persawahan mahal.

"Kalau enggak salah 300-500 ribu permeter harganya. Mahal," imbuh dia.

Untuk kebutuhan pangan, Kasie Kesra menyatakan kalau stok pangan Desa, seperti beras, hanya cukup sampai bulan Agustus. Selain dari desa, BPBD pun turut menyerahkan bantuan setiap bulannya. Ia mengaku kebingungan untuk memenuhi kebutuhan pangan para pengungsi kedepannya.

"Kita ngirit-ngirit ngga blok-blokkan memberi ke pengungsi. Dikhawatirkan nya pasca bencana lama karena kita ada stok beras hingga bulan Agustus, tapi kedepannya dikhawatirkan tidak tercukupi. Tiap bulan ada bantuan dari BPBD," jelasnya.

Dia pun berharap pemerintah bisa segera merelokasi rumah warga yang rata dengan tanah. Lalu, para pengungsi bisa mendapat pelatihan atau pekerjaan agar tidak kebingungan usai rumah dibangun.

"Harapannya ada bantuan ekonomi seperti pelatihan atau pekerjaan agar masyarakat tidak nganggur waktu sudah tinggal di rumah," tandasnya.

 

Penulis: Arby Salim

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya