Menilik Potensi Penurunan Suku Bunga Acuan The Fed

Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta menilai, pemangkasan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) masih dipenuhi ketidakpastian.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 07 Agu 2024, 17:30 WIB
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta mengungkapkan, The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) bakal menurunkan suku bunga sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) pada semester dua 2024. 

Namun, dengan kondisi saat ini, Rangga menyebut penurunan suku bunga The Fed bisa terjadi lebih cepat dan lebih banyak. 

"Kita melihat mungkin di second half bisa cut sebanyak 2 kali, masing-masing 25 bps. Tapi memang melihat perkembangan terakhir risikonya adalah untuk Fed cut lebih banyak dan lebih cepat,” kata Rangga dalam Mandiri Sekuritas Economic and Market Outlook, Rabu (7/8/2024). 

Rangga menambahkan, pemangkasan suku bunga The Fed masih penuh dengan ketidakpastian, Misalnya, pada akhir tahun lalu pasar berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga acuan sebanyak 6-7 kali.

"Bulan lalu market ekspektasi apa penurunan 2-3 kali. Prediksi market sekarang The Fed akan melakukan penurunan hingga 5 kali. Semakin besar harapan pemangkasan. Sisa 3 meeting The Fed kemungkinan akan memotong lebih besar dari 25 basis poin,” jelasnya. 

Adapun menurut dia, pemangkasan suku bunga The Federal Reserve masih akan dibayangi oleh sentimen pemilu Amerika Serikat. Selain itu, pergantian pemerintah baru akan menimbulkan adanya perubahan kebijakan, sehingga ada peluang stimulus fiskal yang cukup besar untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.


Jurus Bank Mandiri Hadapi Kebijakan The Fed hingga Pelemahan Rupiah

Ilustrasi nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Mandiri menyiapkan strategi dan langkah mitigasi perbankan untuk antisipasi kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dan Bank Indonesia,serta nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi menuturkan, dalam beberapa waktu terakhir, pasar global mengalami ketidakpastian yang signifikan, terutama terkait dengan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS. 

"Kami melihat dalam beberapa waktu terakhir terjadi market jittery yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD, yang di antaranya disebabkan oleh fenomena strong dolar AS," ujar Darmawan dalam konferensi pers, Rabu (31/7/2024).

Darmawan menuturkan, fenomena ini disebabkan oleh kekuatan dolar AS yang dipicu oleh ketidakpastian mengenai waktu penurunan Fed Fund Rate, serta dinamika politik dan pemilu di Amerika Serikat yang meningkatkan volatilitas pasar keuangan global.

Di tingkat domestik, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,25 persen untuk mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.

 


Potensi Penurunan Suku Bunga The Fed

Bank Mandiri/Istimewa.

Darmawan menuturkan, pihaknya perkirakan ada penurunan Fed Fund Rate dan BI Rate masing-masing sekitar 25 basis poin pada kuartal keempat 2024.

"Selain suku bunga acuan, hal lain yang berdampak pada kinerja perbankan adalah likuiditas di pasar yang mempengaruhi pada biaya dana," tutur Darmawan. 

Dalam menghadapi tantangan tersebut, likuiditas pasar dan biaya dana menjadi fokus utama. Saat ini, tingkat biaya dana industri perbankan berada pada level rata-rata 2,83 persen, meningkat 50 basis poin dibandingkan tahun lalu. 

Namun, Darmawan mengatakan, Perseroan berhasil menjaga biaya dananya di bawah rata-rata industri, dengan cost of fund sebesar 2,08 persen.

Untuk menjaga profitabilitas di tengah tantangan ini, Bank Mandiri mengoptimalkan strategi pengelolaan biaya dana dengan mendorong pertumbuhan CASA (Current Account Saving Account) transaksional melalui platform Livin dan Kopra. 

 


Jaga NIM Tetap Terjaga

Nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri Pertamina UPMS III, Jakarta, Rabu (28/6). Bank Mandiri memberikan layanan perbankan terbatas kepada nasabah secara bergantian pada musim liburan Idul Fitri 26-30 Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hal ini untuk memastikan Net Interest Margin (NIM) Bank Mandiri tetap terjaga pada level optimal hingga semester pertama 2024.

Darmawan mengatakan, untuk menghadapi kemungkinan penurunan suku bunga acuan ke depan, Perseroan akan mengoptimalkan komposisi portofolio dengan mendorong pertumbuhan di segmen-segmen yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

"Selain itu, untuk mengantisipasi penurunan suku bunga acuan, kami juga akan mengoptimalkan komposisi portfolio agar profitabilitas tetap terjaga, di antaranya dengan mendorong pertumbuhan pada higher yield segments," kata dia. 

Dari sisi strategi pertumbuhan, Bank Mandiri akan terus fokus pada dominasi di bisnis nasabah prinsipal atau wholesale, serta memanfaatkan pertumbuhan berbasis ekosistem dan sektor unggulan di wilayah untuk segmen retail, guna menghasilkan portofolio yang lebih berkualitas.

"Dari sisi growth strategi, kami tetap melanjutkan strategi yang telah dilakukan, yaitu fokus untuk meningkatkan dominasi di bisnis nasabah prinsipal atau wholesale," ujar dia. 

 

Reporter: Siti Ayu

Sumber: Merdeka.com

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya