Induk Usaha Restrukturisasi, Bagaimana Dampaknya terhadap WIKA Beton?

Direktur Keuangan, Human Capital, & Manajemen Risiko WIKA Beton, Syailendra Ogan angkat bicara mengenai dampak restrukturisasi perusahaan induk PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Agu 2024, 19:00 WIB
PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) atau WIKA Beton blak-blakan mengenai dampak restrukturisasi perusahaan induk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) atau WIKA Beton blak-blakan mengenai dampak restrukturisasi perusahaan induk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Direktur Keuangan, Human Capital, & Manajemen Risiko WIKA Beton, Syailendra Ogan mengatakan, perusahaan tak banyak terdampak dari proses restrukturisasi itu.

Ogan menuturkan, porsi kontrak WIKA Beton yang berasal dari induk tidak mendominasi. Sehingga saat perusahaan induk mengalami turbulensi, perusahaan masih bisa bertahan. Meski begitu, perseroan berupaya meyakinkan banyak pihak kinerja WIKA Beton tidak bergantung pada kelangsungan induknya.

"Sebenarnya tidak ada pengaruh signifikan. Tapi karena lingkungan industri melihat induk usaha direstrukturisasi, maka mau tidak mau perbankan juga beranggapan restrukturisasi WIKA akan berdampak pada WIKA Beton," kata Ogan kepada media di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2023).

Hal itu dibuktikan dengan kinerja WIKA BEton baik dari sisi aba maupun perolehan kontrak yang masih tumbuh positif hingga paruh pertama tahun ini. Di mana perseroan membukukan kontrak baru sebesar Rp 3,36 triliun. berdasarkan segmentasi kepemilikan, perolehan angka ini didominasi oleh pelanggan swasta sebesar 78,33%.

Disusul perusahaan BUMN lain sebesar Rp 18,03%, perusahaan induk WIKA sebesar 2,64%, afiliasi WIKA sebesar 0,57%, dan pemerintah sebesar 0,43%. Artinya, kontribusi kontrak dari induk tidak mendominasi perolehan kontrak WIKA Beton.

"Jadi memang kita sudah tidak ada pengaruhnya yang signifikan tentang itu. Beda dengan BUMN Karya lain yang mungkin sebagian besar proyeknya adalah proyek induk," imbuh Ogan.

 


Pendanaan dari Perbankan

Deretan Slap Track atau bantalan rel di Pabrik Slab Track PT Wika Beton, Karawang, Jawa Barat, Rabu (18/5/2022). Produksi bantalan rel Kereta Cepat Jakarta - Bandung (KCJB) membutuh 30.177 unit slab track. WIKA Beton memproduksi 14.786 unit yang rampung dua minggu lebih cepat dari yang sebelumnya dijadwalkan, yakni akhir Mei 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Perseroan juga mencatatkan kinerja positif pada periode enam bulan pertama tahun ini. Hingga 30 Juni 2024, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 16,02 miliar, naik 45,45% dibanding laba Juni 2023. Pertumbuhan laba itu sejalan dengan pendapatan usaha hingga Juni 2024 yang mencapai Rp 2,20 triliun.

Pendapatan itu naik 20,85% dibandingkan pendapatan usaha pada semester I 2023. Memang diakui Ogan perseroan sempat mengalami kendala pembiayaan utamanya dari perbankan. Sehingga perlu meyakinkan stakeholder mengenai kelangsungan usaha WIKA Beton saat perusahaan induknya restrukturisasi.

Namun belakangan, seiring kinerja WIKA Beton yang cukup resilien, perseroan sudah berhasil membuka kembali keran pendanaan dari perbankan.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) telah menyepakati Master Restructuring Agreement (MRA) dengan empat lembaga keuangan pada periode Februari 2024, menyusul kesepakatan MRA yang telah terjalin dengan 11 lembaga keuangan pada Januari 2024 sebelumnya.

Kesepakatan ini sekaligus menandai rampungnya langkah MRA dengan nilai outstanding sebesar Rp 20,79 triliun atau sebesar 100% dari total utang yang direstrukturisasi.


WIKA Beton Cetak Kontrak Baru Rp 3,36 Triliun, Mayoritas Proyek Swasta

Ilustrasi laporan keuangan (Foto: Isaac Smith/Unsplash)

Sebelumnya, PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) atau WIKA Beton membukukan kontrak baru sebesar Rp 3,36 triliun sepanjang semester I 2024. Penyumbang terbesar dari proyek infrastruktur swasta. 

Sekretaris Perusahaan WIKA Beton Dedi Indra menjabarkan, proyek yang menyumbang performa perseroan pada semester I 2024 didominasi oleh proyek pada sektor infrastruktur sebesar 79,84%, disusul proyek di sektor industri sebesar 7,35%.

"Kemudian properti sebesar 6,68%, dan sisanya berasal dari sektor kelistrikan, energi, dan tambang masing-masing menyumbang sebesar 5,69%, 0,43%, dan 0,01%," ungkap Dedi kepada wartawan di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2024).

Sementara berdasarkan segmentasi kepemilikan, perolehan angka ini didominasi oleh pelanggan swasta sebesar 78,33%. Disusul perusahaan BUMN lain sebesar Rp 18,03%, perusahaan induk WIKA sebesar 2,64%, afiliasi WIKA sebesar 0,57%, dan pemerintah sebesar 0,43%.

Perseroan juga mencatatkan kinerja positif pada periode enam bulan pertama tahun ini. Hingga 30 Juni 2024, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 16,02 miliar, naik 45,45% dibanding laba Juni 2023.

 

 


Pertumbuhan Pendapatan

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Pertumbuhan laba itu sejalan dengan pendapatan usaha hingga Juni 2024 yang mencapai Rp 2,20 triliun. Pendapatan itu nai 20,85% dibandingkan pendapatan usaha pada semester I 2023.

"Porsi pendapatan Perseroan masih didominasi oleh segmen beton, baik itu beton pracetak maupun beton segar (readymix), yakni sebesar 84,74%, disusul segmen jasa sebesar 15,21% dan segmen material sebesar 0,04%," beber Dedi.

WIKA Beton merupakan produsen beton pracetak terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. WIKA Beton telah memiliki 14 (empat belas) pabrik dan 1 (satu) mobile plant yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. WIKA Beton juga memiliki 3 (tiga) crushing plant. WIKA Beton menerapkan pola precast Engineering- Production-Installation (EPI).

WIKA Beton memiliki 4 (empat) anak usaha yakni PT Wijaya Karya Komponen Beton (WIKA KOBE), PT Wijaya Karya Krakatau Beton, PT Citra Lautan Teduh, dan PT Wijaya Karya Pracetak Gedung.

Mengusung moto Solution and Trust, WIKA Beton berkomitmen untuk mendukung usaha pemerintah dalam pemerataan pembangunan infrastruktur yang bermanfaat bagi masyarakat di seluruh pelosok Indonesia, melalui berbagai produk dan jasa yang berkualitas dan bermutu tinggi, dengan praktik industri hijau yang berkelanjutan.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya