Respons Adik Kandung Wiji Thukul Soal Pertemuan Elite Gerindra dengan Keluarga Korban 98

Wahyu Susilo, adik kandung Wiji Thukul, korban hilang yang belum ditemukan sejak tahun 1998, angkat suara terkait adanya pertemuan Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco dan Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman dengan sejumlah keluarga korban dari penghilangan paksa 98.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 08 Agu 2024, 07:35 WIB
Perjuangan Wiji Thukul membuatnya dihilangkan paksa yang membuat keberadaanya tidak diketahui hingga kini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Wahyu Susilo, adik kandung Wiji Thukul, korban hilang yang belum ditemukan sejak tahun 1998, angkat suara terkait adanya pertemuan Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman dengan sejumlah keluarga korban dari penghilangan paksa 98.

Diketahui, pertemuan itu viral dan menjadi pembicaraan publik usai diunggah Sufmi Dasco Ahmad melalui akun Instagramnya.

Menurut Wahyu, pertemuan yang disebut Dasco sebagai silaturahmi tersebut justru dipandang sebaliknya. Sebab, Wahyu menilai, ada indikasi keluarga korban peristiwa 1998 yang mencari keadilan terhadap keluarga yang dihilangkan paksa tersebut coba dibungkam.

"Jelas ini niat jahat yang terjadi, karena biasanya kalau undangan atau pertemuan terbuka resmi undangan pasti dikirimkan secara tertulis, setidaknya via WhatsApp dan ada jejaknya," kata Wahyu saat jumpa pers di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2024).

"Ini sama sekali tidak ada. Jadi memang upaya untuk menyembunyikan pertemuan ini dari teman-teman yang sampai saat ini konsisten untuk melakukan perjuangan pada hak-hak korban," ujar Wahyu.

Wahyu menjelaskan, mereka yang diundang dalam pertemuan itu bahkan menyebut tidak mengetahui jika akan ada elite partai politik yang hadir. Caranya, mereka diduga dikontak oleh seorang yang bernama Mugiyanto 'Mugi' Sipin secara personal tanpa meninggalkan jejak dan tanpa memberi tahu keluarga korban lainnya.

"Mereka ingin menghapus jejak itu, mungkin mereka dihubungi satu persatu yang sampai sekarang kami belum mendapatkan salinan teks yang dikirim via WA atau telepon. Jadi saya kira Mugi adalah pelaku lapangan yang memberi perintah (mengumpulkan keluarga korban 98)," jelas Wahyu.

 


Framing Seolah Keluarga Korban Sudah Berdamai dengan Peristiwa 98

Fajar Merah (kaos putih), anak dari penyair dan aktivis hak asasi manusia (HAM), Wiji Thukul (Istimewa)

Oleh karena pertemuan itu bersifat tertutup dan tidak transparan, Wahyu meyakini apa yang dilakukan elite Partai Gerindra tersebut adalah sebuah jebakan untuk melakukan framing seolah keluarga korban penghilangan paksa 98 sudah berdamai dan sudah baik-baik saja dengan apa yang terjadi di masa lalu.

"Jadi saya kira itu memang jebakan dan saya kira foto itu adalah bukti jebakan karena dilakukan doxing seperti itu," tutur Wahyu.

Wahyu menjelaskan, doxing dimaksud karena tanpa konsen ada identitas-identitas dari keluarga korban yang ditandai dengan nama mereka.

"Menurut saya itu jahat sekali, itu adalah doxing. Apalagi di dalam foto serial yang ada di Instagram Dasco, ada anak-anak yang seharusnya tidak boleh dipublikasikan karena tidak ada persetujuan," dia menandasi.

Diketahui, Mugi adalah seorang yang juga sempat dihilangkan dan merupakan bagian dari korban peristiwa 1998 yang masih hidup.

Mugi pun tergabung dalam wadah Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) dan pernah menjadi anggota di Kantor Staf Presiden (KSP).

Sebagai informasi pada pertemuan dengan dua elite Partai Gerindra, keluarga dari Wiji Thukul disebut dihadiri oleh putrinya yang bernama Fitriwani.

 

Infografis Deretan 12 Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya