Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan 'beauty tech' di Indonesia Social Bella melucurkan lini bisnis baru, yaitu "Insight Factory by Soco" yang akan fokus menyajikan insight dan laporan terkini di industri kecantikan. Menandai peluncuran ini, Insight Factory by SOCO merilis laporan perilaku konsumen dan tren industri kecantikan di Indonesia bertajuk Beauty Consumer Behavior and Trend Report dari Insight Factory by SOCO.
Insight Factory itu memungkinkan juga bagi pelaku industri untuk mengakses data dari hasil analisis terhadap perjalanan kecantikan dalam ekosistem Soco. Laporan ini diklaim mencerminkan kondisi sebenarnya industri kecantikan Indonesia yang terus tumbuh secara resilien karena memanfaatkan big data lebih dari enam juta anggota SOCO.
Advertisement
"Kami berharap laporan ini bisa menjadi referensi utama bagi pelaku industri dalam mengambil keputusan strategis dan bersama-sama mengakselerasi kemajuan sektor kecantikan," terang Co-Founder & CEO Social Bella, Christopher Madiam, di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu 7 Agustus 2024.
Beauty Consumer Behavior and Trend Report dari Insight Factory by SOCO menyoroti peningkatan literasi konsumen Indonesia yang signifikan dalam berbelanja produk kecantikan. Sebanyak 77 persen konsumen kecantikan membaca ulasan sebelum membeli. Konsumen pun semakin cerdas dan selektif dalam memilih produk, dengan meningkatnya pengetahuan tentang kandungan dan efektivitas produk.
Gen Z, khususnya, lebih berpengetahuan dan spesifik dalam mencari tahu mengenai kandungan dan bahan aktif produk. Hal ini terlihat dari bahan-bahan produk yang paling banyak dicari selama 2023, di antaranya centella, beras, salicylic acid, snail mucin, dan niacinamide.
Didukung Media Sosial
VP Data Management & Business Intelligence Social Bella, Amanda Melissa menjelaskan bahwa literasi kecantikan di Indonesia meningkat pesat berkat kemudahan akses informasi yang semakin luas di dunia digital, terutama melalui media sosial.
"Literasi kecantikan di Indonesia meningkat pesat karena semakin mudahnya akses informasi yang semakin luas di dunia digital, terutama melalui media sosial. Hal ini mendorong brand dan pelaku industri lainnya untuk menjadi lebih kreatif, inovatif, dan relevan dengan preferensi beauty enthusiast yang semakin cerdas," kata Amanda Melissa selaku VP Data Management & Business Intelligence Social Bella.
Tren kecantikan makin condong ke arah inovasi yang lebih tinggi, seperti hybrid makeup yang juga dapat merawat kulit, pre-juvenation skincare untuk pre-peremajaan kulit, maupun produk khusus untuk kulit sensitif. Sementara itu, konsep skinification atau rutinitas perawatan menyeluruh mulai dari wajah, tubuh hingga rambut, mulai berkembang di Indonesia.
Hal itu mendorong kemajuan dalam kategori produk perawatan tubuh dan rambut. Dengan tumbuhnya peminat, produk perawatan tubuh dengan bahan aktif maupun produk perawatan kulit kepala mulai makin banyak diluncurkan di Indonesia.
Advertisement
Milenial Pentingkan Brand, Gen Z Cari Lebih Murah
Laporan tersebut juga menyoroti perbedaan cara spending generasi Milenial dan Gen Z dalam berbelanja produk kecantikan. Hampir setengah dari total responden Gen Z (48 persen) mengeluarkan kurang dari Rp150 ribu per transaksi, tapi hanya sekitar sepertiga dari responden Milenial (34 persen) yang mengeluarkan jumlah yang sama. Sebanyak 28 persen dari milenial mengeluarkan lebih dari Rp300 ribu per transaksi, sementara untuk Gen Z tercatat sebanyak 17 persen.
Ada perbedaan yang juga cukup mencolok dalam hal mengambil keputusan untuk membeli produk kecantikan. Kaum Gen Z cenderung mengeluarkan uang lebih sedikit karena punya banyak pertimbangan dalam memilih produk.
"Generasi milenial ini mereka yang lahir pada 1980 sampai 1994, kalau Gen Z itu mereka yang lahir setelah 1994 sampai tahun 2012. Secara penghasilan, milenial memang lebih besar karena pada fase usia yang matang, tapi perbedaannya bukan itu saja. Milenial cenderung mengutamakan brand dalam membeli produk kecantikan," ungkap Amanda.
"Mereka memang lebih setia pada merek tertentu dan kadang mengesampingkan soal harga. Beda sama Gen Z yang lebih mengutamakan fungsi dan kegunaan, lalu kualitas dan harga barang juga jadi pertimbangan. Mereka cari info dulu biasanya dari review beauty influencer, lalu cari harga yang lebih murah. Mereka nggak fanatik sama merek tertentu," sambungnya.
Belanja Online dan Offline
Amanda menambahkan, Gen Z lebih informatif dan eksploratif terhadap tren dan inovasi produk terbaru. Karena itu, ia menilai Gen Z mampu mendorong pertumbuhan paling pesat di seluruh kategori produk kecantikan, baik perawatan kulit, makeup, parfum, perawatan tubuh, dan rambut.
Gen Z memimpin secara signifikan dalam pertumbuhan penjualan produk yang trending dibandingkan Milenial selama 2023. Di kategori perawatan tubuh, pembelian body sunscreen oleh Gen Z tumbuh sebesar 175 persen dibandingkan 106 persen pada Milenial.
Untuk acne pimple patch, pertumbuhan pembelian Gen Z mencapai 69 persen dibandingkan 33 persen pada Milenial. Dalam kategori perawatan rambut, pembelian produk hair mist oleh Gen Z meningkat sebesar 227 persen, lebih tinggi dibandingkan Milenial yang sebesar 113 persen.
Untuk kategori wewangian, pembelian parfum oleh Gen Z meningkat 304 persen dibandingkan 160 persen pada Milenial. Sementara pada kategori makeup, pembelian cushion oleh Gen Z meningkat sebesar 105 persen sedangkan Milenial sebesar 59 persen.
Berdasarkan analisis terhadap perilaku berbelanja, laporan ini menemukan bahwa baik Milenial dan Gen Z lebih menikmati integrasi pengalaman online dan offline, sehingga mendorong penguatan tren omnichannel shopping di kalangan pecinta kecantikan. Omni shopper berbelanja lebih banyak dan lebih sering dibandingkan dengan pembeli yang berbelanja secara offline atau online saja, sehingga pendapatan dari omni shopping pun tercatat dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari transaksi offline atau online.
Baca Juga
Advertisement