Liputan6.com, London - Ribuan massa tandingan berkumpul di kota-kota di seluruh Inggris setelah seminggu kerusuhan dan kekacauan mendera negara itu.
Aksi di lokasi-lokasi yang diperkirakan akan menjadi lokasi protes anti-imigran - termasuk London utara, Bristol, dan Newcastle - sebagian besar berlangsung damai, di mana massa meneriakkan "pengungsi diterima di sini".
Advertisement
Polisi telah bersiap menghadapi kekerasan lebih lanjut, dengan ribuan petugas dikerahkan dan lebih dari 100 acara diantisipasi.
Kerusuhan Inggris dipicu oleh disinformasi daring bahwa tersangka penikaman yang menewaskan tiga anak di Southport pada 29 Juli adalah seorang pencari suaka muslim. Masjid dan hotel yang menampung pencari suaka termasuk di antara tempat-tempat yang menjadi sasaran selama kerusuhan itu, dengan beberapa toko dibakar dan dijarah.
Pada hari Rabu (7/8/2024), di jalan-jalan utama di seluruh Inggris, pemilik toko memutukan untuk tutup lebih awal mengantisipasi kekerasan lebih lanjut. Demikian seperti dilansir BBC, Kamis (8/8).
Pengacara imigrasi telah diperintahkan oleh polisi untuk bekerja dari rumah setelah daftar firma pengacara dan agen konsultasi dibagikan dalam grup obrolan sebagai target yang mungkin.
Hanya sedikit penangkapan yang dilaporkan pada hari itu karena sebagian besar aksi berlangsung damai.
Lebih dari 400 penangkapan telah dilakukan terkait kerusuhan di seantero Inggris, dengan lebih dari 140 orang didakwa, dan beberapa telah divonis. Tiga orang dijatuhi hukuman penjara atas peran mereka dalam kerusuhan yang disertai kekerasan di Southport dan Liverpool.
Suasana yang sebagian besar damai pada Rabu sore menimbulkan pertanyaan apakah penangkapan dan hukuman penjara sebelumnya, dan keinginan orang lain untuk menentang kekerasan, berdampak pada siapa pun yang berniat memulai kerusuhan baru.
Di Walthamstow, London utara, ribuan orang meneriakkan "Jalan siapa? Jalan kami" dan "pengungsi diterima di sini", sementara seorang pria menabuh genderangnya dengan antusias. Beberapa orang memegang spanduk bertuliskan "Hancurkan ekstrem kanan".
Sekitar 1.500 massa tandingan berkumpul di Bristol. Jalan-jalan di kota itu dipenuhi oleh anggota serikat pekerja, anti-fasis, dan anggota komunitas kulit hitam dan Asia.
Di Brighton, delapan orang berkumpul di luar sebuah gedung yang mereka yakini sebagai kantor pengacara yang mengkhususkan diri dalam hukum kewarganegaraan dan pengungsi.
Mereka dikepung oleh 2.000 massa tandingan dan dipaksa berlindung di sebuah gedung yang dikelilingi oleh sekelompok polisi.
Di Newcastle, sekitar 1.000 massa tandingan, sebagian besar muslim, mengambil alih trotoar di depan Beacon Centre, tempat bisnis layanan imigrasi berada. Massa meneriakkan "pengungsi selamat datang" dan "Geordies bersatu tidak akan pernah terkalahkan".
Imam setempat mengatakan mereka takut datang setelah kekerasan minggu ini, tetapi mereka ingin menunjukkan sisi Newcastle yang sebenarnya dan merasa yakin dengan kehadiran begitu banyak orang.
Sebagian besar massa telah bubar pada pukul 21.30 waktu setempat setelah mencapai tujuan mereka - untuk merebut kembali jalan-jalan.
Bentrokan di Sejumlah Titik
Di Liverpool, ratusan orang berkumpul di luar kantor layanan suaka, yang jendelanya ditutup sebagai tindakan pencegahan, untuk mendukung para pengungsi dan imigran.
Di luar Balai Kota Accrington di Lancashire, sekitar 100 orang berkumpul, dengan seorang pria memegang megafon yang mengatakan bahwa semua orang diterima. Satu video yang terverifikasi di media sosial menunjukkan para pengunjung pub memeluk muslim di jalan-jalan kota.
"Itu adalah ekspresi solidaritas dan dukungan yang murni," kata Haddi Malik (25) yang tinggal di dekat Manchester dan merekam video tersebut.
Di Southampton, antara 300 dan 400 orang berkumpul di Grosvenor Square, meneriakkan "rasis pulanglah" dan "rasisme pergi dari jalanan kami".
Sekitar 10 orang anti-imigran juga tiba di daerah tersebut, dengan kedua kelompok dipisahkan oleh polisi. Satu orang ditangkap.
Perkelahian singkat antara dua kubu bertentangan dilaporkan terjadi di Aldershot, yang mendorong petugas polisi untuk bergerak memisahkan kedua belah pihak.
Di Portsmouth, sekitar 200 orang anti-imigran berkumpul di luar gedung yang digunakan oleh layanan imigrasi dan berulang kali mengganggu lalu lintas dengan berdiri di jalan. Satu orang ditangkap.
Di Tamworth, sekitar empat mil dari tempat massa menyerang hotel yang menampung pencari suaka pada hari Minggu, 30 hingga 40 orang berkumpul di lokasi yang tercantum sebagai tempat kemungkinan protes. Satu orang membawa spanduk bertuliskan "Hentikan Invasi". Hingga pukul 20.30 protes berlangsung damai dan tidak ada aksi tandingan.
Protes anti-rasisme di North Finchley - daerah dengan populasi Yahudi yang cukup besar - menuai beberapa kritik.
Anggota parlemen setempat, Sarah Sackman, menulis di platform X bahwa konstituen telah membagikan unggahan yang terkait dengan kelompok di balik aksi tandingan yang dia gambarkan sebagai "jelas anti-semit". Dia mengatakan telah melaporkan unggahan tersebut ke polisi.
Sackman menambahkan: "Baik itu ekstrem kanan maupun ekstrem kiri, tidak ada toleransi untuk anti-semitisme, Islamofobia, atau rasisme dalam bentuk apa pun."
Kekacauan dilaporkan terjadi di Croydon, yang menurut Kepolisian Metropolitan bertujuan untuk menimbulkan kekacauan. Sekitar 50 orang berkumpul, melemparkan benda-benda di sepanjang jalan dan botol-botol ke arah petugas. Delapan orang ditangkap.
Polisi juga diserang di Belfast, di mana api dinyalakan dan benda-benda dilemparkan ke arah petugas.
Advertisement
Bukan Demo tapi Premanisme
Pada hari Rabu pula, Wakil Perdana Menteri Angela Rayner mengunjungi Holiday Inn Express di Rotherham, hotel yang menampung pencari suaka yang diserang oleh perusuh pada hari Minggu (4/8).
Rayner berjanji bahwa mereka yang terlibat dalam kerusuhan "akan berhadapan dengan hukum" dan mendesak orang-orang untuk "menjauh darinya".
Ketika ditanya apakah massa anti-imigran memiliki aspirasi yang sah tentang imigrasi, dia menjawab, "Turun ke jalan, melemparkan rudal ke polisi, menyerang hotel seperti ini bukanlah demo yang sah. Itu bukan cara kita berpolitik di negara ini. Dan tidak seorang pun seharusnya membenarkan itu. Ini adalah premanisme. Ini adalah kekerasan."
Polisi antihuru-hara diperkirakan akan tetap bersiaga untuk "masa mendatang" termasuk sepanjang akhir pekan dan seterusnya.
Raja Charles III terus diberi informasi terbaru tentang kekacauan publik di seluruh negeri, menurut Istana Buckingham, tetapi diperkirakan tidak akan melakukan intervensi atau kunjungan segera ke tempat-tempat yang bermasalah.