Liputan6.com, Jakarta - Marah, amarah merupakan emosi alami yang sering kali muncul dalam kehidupan sehari-hari manusia. Ini adalah reaksi spontan terhadap situasi atau peristiwa yang dianggap mengancam, menyakitkan, atau mengecewakan.
Marah bisa timbul dari berbagai faktor, seperti ketidakadilan, kekecewaan, atau rasa frustasi ketika harapan tidak terpenuhi.
Meskipun marah adalah bagian dari pengalaman manusia yang normal, bagaimana seseorang mengekspresikan kemarahan ini dapat sangat bervariasi.
Ekspresi kemarahan bisa bermacam-macam, mulai dari tindakan verbal seperti berteriak hingga tindakan fisik yang lebih ekstrem.
Cara seseorang mengelola kemarahan sering kali dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, dan pengalaman hidupnya. Penting untuk mengenali tanda-tanda awal kemarahan agar dapat dikelola sebelum mencapai tingkat yang merugikan.
Sebenarnya, marah tidak selalu berdampak buruk jika dikelola dengan baik. Ketika diekspresikan dengan cara yang konstruktif, kemarahan dapat menjadi dorongan untuk memperbaiki keadaan, menyelesaikan masalah, atau menuntut keadilan.
Lalu, bagaimana Rasulullah saat marah?
Sebagai manusia tentunya memiliki rasa tersebut, Namun sebagai manusia mulia beliau punya cara yang pasti bisa ditiru oleh manusia dan dijadikan pedoman untuk mengelola marah di dera saat ini.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Ini yang Dilakukan Rasulullah
Mengutip Islampos.cm, Rasulullah SAW melarang umatnya untuk marah, namun jika marah, Nabi telah banyak mencontohkan bagaimana seharusnya mengendalikan rasa amarah. Berikut beberapa cara untuk meredam kemarahan, sesuai petunjuk Rasulullah SAW ,
1. Membaca Ta’awwudz
Rasulullah bersabda “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR. Bukhari Muslim).
2. Berwudlu
Rasulullah bersabda, “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah.” (HR. Abu Dawud).
3. Mengubah posisi
Dalam sebuah hadits dikatakan, “Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah.” (HR. Abu Dawud).
4. Diam
Dalam sebuah hadits dikatakan, “Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah.” (HR. Ahmad).
Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda,
“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat oleh Allah sebagai tabungan dosa bagi ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
Advertisement
Bersujud, Cara yang DIlakukan Rasulullah
Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Di saat kesadaran kita berkurang, di saat nurani kita tertutup nafsu, jaga lisan baik-baik, jangan sampai lidah tak bertulang ini, menjerumuskan anda ke dasar neraka.
5. Bersujud, artinya sholat sunnah mininal dua rakaat
Dalam sebuah hadits dikatakan “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. Tirmidzi).
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)
Hadis dari Ibnu Umar,
Siapa yang menahan emosinya maka Allah akan tutupi kekurangannya. Siapa yang menahan marah, padahal jika dia mau, dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat. (Diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Qadha Al-Hawaij, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul