Liputan6.com, Missouri - Pada 9 Agustus 2014, oknum polisi Amerika Serikat (AS) bernama Darren Wilson menembak dan menewaskan seorang remaja kulit hitam bernama Michael Brown di Ferguson, Missouri, pinggiran kota St. Louis.
Usai kejadian tersebut, protes dan kerusuhan terjadi secara meluas ke seluruh AS.
Advertisement
Dilansir History, ada banyak cerita berbeda tentang insiden penembakan tersebut, termasuk dari kesaksian Wilson dan teman Brown, Dorian Johnson, yang bersama Brown saat kejadian.
Meski cerita tersebut muncul dalam berbagai versi, namun sebagian besar mengungkapkan bahwa polisi Wilson melihat Brown dan Johnson tengah berjalan kaki dan meminta mereka untuk naik ke trotoar. Wilson lalu menghentikan mobil polisi yang di depan mereka untuk menghadang mereka.
Polisi Wilson dan Brown pun bertengkar melalui jendela mobil yang terbuka, hingga akhirnya Wilson melepaskan tembakan dua kali.
Brown dan Johnson pun mencoba pergi, namun Wilson keluar dari mobilnya dan mengejar mereka. Kemudian, ketika Brown berbalik untuk melawan Wilson yang pada akhirnya melepaskan 12 tembakan --enam di antaranya mengenai Brown.
Picu Kemarahan Masyarakat Luas
Polisi Wilson mengklaim dia melepaskan tembakan untuk membela diri saat Brown menyerangnya. Hal ini kemudian dibantah Johnson yang bersama Brown saat kejadian.
Seorang saksi mata mengklaim bahwa Wilson memperingatkan Brown bahwa ia akan melepaskan tembakan, dan Brown menanggapi dengan berkata, "Jangan tembak!" sebelum ia terbunuh, meskipun hal itu tidak didukung oleh bukti balistik dan DNA serta pernyataan saksi mata lainnya.
Masyarakat luas pun langsung meluapkan reaksi amarah atas kematian remaja 18 tahun itu.
Penembakan itu lalu memicu ketegangan yang telah lama membara antara penduduk Ferguson yang mayoritas berkulit hitam dengan polisi setempat, yang sebagian besar berkulit putih.
Advertisement
Perlakuan Terhadap Minoritas
Meskipun opini publik terbagi tajam, protes dan kerusuhan serta tanggapan dari polisi Ferguson yang sangat termiliterisasi menunjukkan sejauh mana hubungan antara ras minoritas di AS dan polisi telah memburuk.
Namun pada bulan November 2014, dewan juri agung menolak untuk mendakwa Petugas Wilson, dan kemudian, Departemen Kehakiman menyimpulkan bahwa Wilson bertindak karena membela diri, dan dibenarkan untuk membunuh Brown.
Namun, penyelidikan Departemen Kehakiman yang sama menemukan bahwa Departemen Kepolisian Ferguson secara rutin melanggar hak-hak sipil penduduk keturunan Afro Amerika.