Liputan6.com, Ciamis - Harga komoditas cengkeh di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat anjlok, di saat tengah berlangsung panen raya di tingkat petani. Kehadiran Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang diterapkan pemerintah mulai medio tahun 1990-an diduga menjadi penyebabnya.
“Sekarang harga di tingkat petani Rp 60 ribu per kilo, jelas rugi, untuk upah pekerja, buruh yang naik pohon saja habis, harian (upah) itu Rp 100 ribu,” ujar Usin Sudiawan (67) salah satu petani komoditas cengkeh Ciamis.
Advertisement
Warga Cieurih, Kecamatan Cipatu itu meradang, harga cengkeh anjlok justru di saat petani panen raya. “Dengan harga Rp 100 ribu cengkeh kering per kilogram saja sudah tipis,” ujar dia sambil menghela nafas panjang.
Dengan penurunan itu, animo masyarakat untuk menanam salah satu komoditas unggulan rempah-rempah itu kian berkurang. “Harganya murah kurang menjanjikan,” kata dia. Usin mengenang, pada media 1980-an, petani komoditas cengkeh Ciamis pernah menikmati masa kejayaan salah satu produk unggulan perkebunan itu.
“Dulu harga satu kilogram cengkeh sama dengan satu gram emas murni,” kata dia.
Namun, perlahan dengan pasti masa keemasan itu justru memudar, seiring dengan terus melemahnya harga jual komoditas cengkeh. “Kalau sekarang dengan harga Rp 60 ribu per kilo, sangat jauh dari harga emas yang justru terus naik,” kata dia.
Dugaan Permainan Harga
Ia tidak mengetahui secara pasti penurunan harga cengkeh secara teratur itu, namun sejak hadirnya Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang dibentuk tahun 1990-an, kondisi penurunan itu cukup dirasa.
“Saya sempat menyimpan cengkeh sampai 5 tahun karena harga anjlok, kemudian baru dijual saat harga naik agar tidak merugi,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Darisman, petani sekaligus pengepul komoditas cengkeh. Menurutnya penurunan harga terjadi dalam waktu yang cukup singkat, tanpa mengetahui secara pasti faktor penyebabnya.
“Dua bulan lalu harga cengkeh masih sekitar Rp 100 ribu per kilo cengkeh kering, sekarang murah sekali hanya Rp 60 ribu,” kata dia.
Menurutnya, minimnya informasi harga yang diterima petani, menyebabkan harga panen komoditas cengkeh di wilayah Ciamis sulit diprediksi. “Memang cengkeh itu seperti simpanan, sekali panen raya biasanya sampai tiga kuintal,” kata dia.
Di tengah melimpahnya komoditas cengkeh, ia berharap ada pembeli yang datang dengan harga yang bagus, sehingga memberikan manfaat bagi petani.
“Alhamdulillah dari cengkeh saya bisa membiaya hidup, sekolah anak dan kebutuhan lain,” kata dia.
Advertisement