Transaksi Surat Utang di SPPA Sentuh Rp 124,4 Triliun hingga Juli 2024

BEI mencatat saat ini terdapat 37 pengguna jasa sistem penyelenggara pasar alternatif (SPPA) yang terdiri dari bank, perusahaan sekuritas, dan pialang pasar uang.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 09 Agu 2024, 18:34 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat transaksi surat utang di sistem penyelenggara pasar alternatif (SPPA) terus meningkat.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat transaksi surat utang di sistem penyelenggara pasar alternatif (SPPA) terus meningkat. Hingga Juli 2024, total nilai transaksi surat utang yang diperdagangkan melalui SPPA telah mencapai Rp 124,4 triliun.

Nilai per Juli 2024 meningkat sebesar 179,2% dari nilai transaksi per Juli 2023. Nilai transaksi tersebut dikontribusikan oleh transaksi bilateral melalui mekanisme request for order (rfo) sebesar 76,7% dan mekanisme order book serta request for quotation (rfq) sebesar 23,3%.

Pada Juli saja, total nilai transaksi bulanan di SPPA mencapai all time high (ATH) yaitu sebesar Rp 34,4 triliun bulan. Rekor tertinggi sebelumnya pernah dicatatkan pada November 2023 yaitu sebesar Rp 30,63 triliun bulan. 

Hingga Juli 2024, market share atau pangsa pasar SPPA sudah mencapai 13,7% jika dibandingkan total seluruh nilai transaksi Surat Utang Interdealer Domestik oleh Pengguna Jasa SPPA. Market share ini meningkat hampir dua kali lipat jika dibandingkan dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Bersamaan dengan itu, terdapat peningkatan sebanyak 4 pengguna jasa baru SPPA. Sehingga saat ini terdapat 37 pengguna jasa SPPA yang terdiri dari bank, perusahaan sekuritas, dan pialang pasar uang.

"Jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan value added yang ditawarkan SPPA dalam transaksi EBUS," kata Direktur BEI Jeffrey Hendrik dalam keterangan resmi, Jumat (9/8/2024).

Peningkatan nilai transaksi dan jumlah pengguna jasa SPPA tersebut dimotivasi oleh beberapa penyempurnaan yang dilakukan pada SPPA.

 


Jawab Kebutuhan Pelaku Pasar

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penyempurnaan tersebut antara lain peningkatan batasan nilai minimum trading limit, risk management terkait acuan harga perdagangan, koreksi, dan pembatalan transaksi yang dilakukan langsung melalui SPPA, sekaligus penyempurnaan laporan aktivitas perdagangan yang dapat terintegrasi dengan sistem dealer pengguna jasa SPPA dan Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE).

Selain itu, pada tahun ini BEI juga telah mengadakan forum yang dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan sinergi antara Pengguna Jasa SPPA, seperti Focus Group Discussion, Dealer Gathering serta One on One Discussion. Kegiatan ini dilakukan agar Pelaku Pasar Surat Utang di Indonesia dapat melakukan transaksi Surat Utang dengan lebih efisien, efektif dan straight through processing (STP) dengan menggunakan SPPA.

“SPPA dirancang sedemikian rupa untuk menjawab kebutuhan pelaku pasar EBUS di Indonesia, sehingga seluruh penyempurnaan yang dilakukan berorientasi kepada kemudahan dan kenyamanan Pengguna Jasa SPPA. Kami berharap agar SPPA dapat berperan lebih baik dan lebih cepat lagi dalam peningkatkan likuiditas dan efisiensi perdagangan EBUS Indonesia” ungkap Jeffrey.

 


Kinerja Perdagangan SPPA Membaik

Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jeffrey menyampaikan, kinerja perdagangan SPPA yang terus membaik ini sebagai hasil dari kolaborasi yang sangat baik antara BEI sebagai penyelenggara dengan para pelaku pasar EBUS, Dealer Utama, dan Asosiasi terkait, seperti Perhimpunan Pedagang Surat Utang (HIMDASUN) serta Regulator antara lain Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Republik Indonesia, guna terus menyediakan kemudahan dalam bertransaksi surat utang.

Siapkan SPPA untuk Repo

Saat ini BEI juga dalam proses mempersiapkan SPPA agar dapat memberikan layanan transaksi repurchase agreement (Repo) dengan menggunakan underlying surat utang.

Perluasan layanan ini akan meliputi segmen Pengguna Jasa SPPA, agar para pelaku pasar dapat memperoleh benefit untuk melakukan transaksi pasar uang di SPPA.

"Hal ini juga akan melengkapi fitur transaksi Surat Utang yang sudah berjalan saat ini. Setidaknya ditargetkan 40 Pengguna Jasa SPPA dapat memanfaatkan layanan transaksi Repo Surat Utang pada saat diluncurkan akhir 2024 nanti," kata Jeffrey.

 


Penguatan Infrastruktur

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Digitalisasi dan penguatan Infrastruktur Pasar Keuangan yang diinisiasi oleh Bank Indonesia dalam blueprint Pengembangan Pasar Uang tahun 2025 memberikan kesempatan yang lebih besar kepada SPPA untuk dapat menjadi bagian dari sistem perdagangan terintegrasi yang dapat digunakan oleh para Pelaku Pasar Surat Utang dan Pasar Uang.

Dengan sistem yang andal serta layanan yang lebih lengkap, SPPA diharapkan dapat menjadi pilihan utama baik dari para pelaku pasar perdagangan EBUS Indonesia maupun pelaku perdagangan di pasar uang. Tidak hanya itu, BEI berkomitmen untuk terus meningkatkan peran SPPA baik dalam ekosistem Perdagangan EBUS maupun ekosistem perdagangan pasar uang di Indonesia.

"Dengan komunikasi dan koordinasi yang telah dilakukan, kami percaya bahwa SPPA dapat memiliki peran yang lebih strategis sebagai bagian dari platform Infrastruktur Pasar Keuangan” pungkas Jeffrey.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya