Gunung Semeru 12 Kali Erupsi pada Jumat Kemarin, Visual Letusan Tidak Teramati

Berdasarkan catatan petugas, Gunung Semeru erupsi sebanyak 12 kali sejak pukul 00:00 hingga pukul 19:10 WIB yang sebagian besar visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut, namun masih terekam di seismograf.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 10 Agu 2024, 08:24 WIB
Gunung Semeru kembali erupsi pada Jumat (14/6/2024), pukul 07.42 WIB. (Liputan6.com/ Dok PVMBG)

Liputan6.com, Lumajang - Gunung Semeru di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, mengalami beberapa kali erupsi dengan amplitudo (getaran) maksimum hingga 23 milimeter (mm) pada Jumat 9 Agustus 2024.

Erupsi pertama gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu terjadi pada pukul 00:34 WIB, namun visual letusan tidak teramati dan erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm selama 158 detik.

"Erupsi kembali terjadi pada pukul 01:31 WIB. Visual letusan tidak teramatI, namun erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 102 detik," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Ghufron Alwi.

Berdasarkan catatan petugas, Gunung Semeru erupsi sebanyak 12 kali sejak pukul 00:00 hingga pukul 19:10 WIB yang sebagian besar visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut, namun masih terekam di seismograf.

Tercatat hanya satu kali erupsi Semeru yang teramati visualnya yakni pukul 03:24 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati kurang lebih 400 meter di atas puncak atau 4.076 mdpl. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah selatan, erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 102 detik.

Erupsi Semeru ke-12 kalinya terjadi pukul 19:08 WIB, namun lagi-lagi visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut dan saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung.

Ghufron mengatakan status Gunung Semeru masih pada Level II atau Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh delapan km dari puncak (pusat erupsi).


Waspada Awan Panas dan Aliran Lahar

Gunung Semeru di perbatasan Lumajang dan Malang. (Istimewa)

Kemudian di luar jarak tersebut, lanjutnya, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.

Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

Selain itu perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Infografis Riwayat Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya