Liputan6.com, Dhaka - Bangladesh tengah dilanda demo besar dan mematikan. Diawali protes kuota PNS dan merembet pada tuntutan mundurnya sang perdana menteri (PM).
Massa menggeruduk kediaman resmi PM Sheikh Hasina pada Senin (5/8) sehingga membuatnya dievakuasi dengan helikopter ke India. Kabarnya militer Bangladesh mengumumkan bahwa ia telah mengundurkan diri, menjadi penanda berakhirnya kekuasaan Hasina selama 15 tahun secara dramatis di negara dengan populasi 170 juta jiwa tersebut.
Advertisement
Setelahnya, presiden Bangladesh menunjuk peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus (84) menggantikan posisinya.
Yunus mengambil sumpah jabatan sebagai kepala pemerintahan sementara Bangladesh pada hari Kamis (8/8) malam, setelah unjuk rasa yang dipimpin mahasiswa membuat PM Sheikh Hasina (76) mengundurkan diri dan kabur ke India setelah terjadinya pemberontakan yang menewaskan sekitar 300 orang, banyak di antaranya adalah pelajar.
Laporan VOA Indonesia yang dikutip Minggu (11/8/2024) menyebut putra dan penasihat Sheikh Hasina menyatakan pada Sabtu (10/8) pagi bahwa mantan PM Bangladesh itu tidak mengundurkan diri dari jabatannya sebelum melarikan diri ke India pekan ini. Meskipun saat itu pengunjuk rasa antipemerintah sedang berdemo di kediaman resminya.
"Ibu saya tidak pernah secara resmi mengundurkan diri. Dia tidak sempat melakukannya," kata putra Hasina, Sajeeb Wazed, kepada Reuters dari Washington.
"Dia telah merencanakan untuk membuat pernyataan dan mengajukan pengunduran diri. Namun, kemudian para pengunjuk rasa mulai berdemo di kediaman perdana menteri. Dan tidak ada waktu. Ibu saya bahkan belum sempat berkemas. Sejauh menyangkut konstitusi, dia masih perdana menteri Bangladesh."
Wazed mengatakan bahwa meskipun presiden telah membubarkan parlemen setelah berkonsultasi dengan panglima militer dan politisi oposisi, pembentukan pemerintahan sementara tanpa pengunduran resmi perdana menteri "dapat ditantang di pengadilan."
Partai Sheikh Hasina Akan Ikut Pemilu Lagi
Putra Hasina, Sajeeb Wazed, juga mengatakan partai Hasina, Liga Awami, akan ikut serta dalam pemilihan berikutnya, yang menurutnya harus diadakan dalam waktu tiga bulan.
"Saya yakin Liga Awami akan berkuasa. Jika tidak, kami akan menjadi oposisi. Apa pun pilihannya, tidak apa-apa," katanya.
Ia mengaku terdorong oleh pernyataan terbaru dari Khaleda Zia, pemimpin utama oposisi dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan rival Hasina, yang menyatakan bahwa tidak boleh ada balas dendam setelah Hasina melarikan diri.
"Saya sangat senang mendengar pernyataan Nyonya Khaleda Zia bahwa masa lalu biarlah berlalu," kata Wazed. "Mari kita lupakan masa lalu. Jangan kita mengejar politik balas dendam. Kita harus bekerja sama, baik itu pemerintahan persatuan atau tidak."
Ia menyatakan bahwa ia "siap bekerja sama dengan BNP untuk mengadakan pemilihan umum yang demokratis di Bangladesh, memulihkan demokrasi, dan memastikan bahwa ke depannya akan ada pemilihan umum yang bebas dan adil dalam suasana yang damai."
"Saya percaya bahwa politik dan negosiasi sangat penting," katanya. "Kita dapat berdebat. Kita dapat sepakat untuk tidak setuju. Dan kita selalu dapat menemukan kompromi."
Advertisement
Putra Mantan PM Hasina Bakal Gantikan Posisinya di Partai?
Ketika ditanya apakah Sajeeb Wazed akan menjadi kandidat perdana menteri Liga Awami, ia berkata: "Ibu saya akan pensiun setelah masa jabatan ini. Jika partai menginginkan saya, mungkin. Saya pasti akan mempertimbangkannya."
Ia mengatakan bahwa ibunya siap untuk diadili di negaranya, seperti yang dituntut oleh para mahasiswa yang memimpin pemberontakan.
"Ancaman penangkapan tidak pernah menakutkan ibu saya sebelumnya," katanya. "Ibu saya tidak melakukan kesalahan. Hanya karena orang-orang di pemerintahannya melakukan hal-hal ilegal, bukan berarti ibu saya memerintahkannya. Itu tidak berarti ibu saya bertanggung jawab atas hal itu."
Sajeeb Wazed tidak mengatakan siapa di pemerintahan yang bertanggung jawab atas penembakan terhadap orang-orang selama protes.
"Pemerintah itu sangat besar dan kompleks," kata Wazed. "Mereka yang harus bertanggung jawab harus diadili. Ibu saya tidak pernah memerintahkan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Polisi berusaha menanggulangi kekerasan, namun ada beberapa petugas yang menggunakan kekerasan secara berlebihan."
Muhammad Yunus Perdana Menteri Sementara Bangladesh
Peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus (84) mengambil sumpah jabatan sebagai kepala pemerintahan sementara Bangladesh pada hari Kamis (8/8/2024) malam, setelah unjuk rasa yang dipimpin mahasiswa membuat Perdana Menteri Sheikh Hasina (76) mengundurkan diri dan kabur ke India.
Tugas utama Yunus sekarang adalah memulihkan perdamaian di Bangladesh dan mempersiapkan pemilu.
Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin mengambil sumpah jabatan Yunus untuk perannya sebagai penasihat utama, yang setara dengan perdana menteri, di hadapan diplomat asing, anggota masyarakat sipil, pengusaha papan atas, dan anggota partai oposisi di istana presiden di Dhaka. Tidak ada perwakilan dari partai Hasina, Liga Awami, yang hadir.
16 orang lainnya telah dimasukkan dalam kabinet sementara dengan anggota yang sebagian besar berasal dari masyarakat sipil dan termasuk dua pemimpin dari mahasiswa. Anggota kabinet dipilih melalui diskusi yang melibatkan mahasiswa, perwakilan masyarakat sipil, dan militer.
Hasina mengundurkan diri pada hari Senin (5/8), setelah demonstrasi menuntut reformasi sistem kuota pegawai negeri sipil (PNS) yang dimulai pada bulan Juli berkembang dengan kacau. Sistem kuota PNS sebelumnya dinilai lebih menguntungkan orang-orang yang memiliki hubungan dengan Liga Awami.
Jauh sebelum Hasina mundur, Mahkamah Agung Bangladesh telah mengumumkan perubahan pada sistem kuota, yakni mengurangi jatah bagi keluarga veteran dari 30 persen menjadi 5 persen, 93 persen akan didasarkan pada prestasi, dan 2 persen lainnya diperuntukkan bagi anggota etnis minoritas, transgender, dan penyandang disabilitas.
Namun, unjuk rasa tidak berakhir dan berubah menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahan Hasina selama 15 tahun kekuasaannya karena lebih dari 300 orang termasuk mahasiswa tewas menyusul respons keras oleh aparat keamanan. Kepemimpinan Hasina ditandai dengan pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, tuduhan kecurangan pemilu, dan tindakan keras brutal terhadap lawan.
Adapun Yunus, yang dianugerahi Nobel Perdamaian 2006 atas sepak terjangnya mengembangkan pasar kredit mikro, berada di ibu kota Prancis untuk menjalani prosedur medis kecil saat dia dipilih menjadi perdana menteri sementara atas usulan para mahasiswa. Dia mendarat di Dhaka pada Kamis (7/8) pagi dengan pengamanan ketat di bandara.
Dalam jumpa pers pertamanya di Dhaka, Yunus mengatakan dalam bahwa prioritasnya adalah memulihkan ketertiban.
"Bangladesh adalah sebuah keluarga. Kita harus menyatukannya," kata Yunus, diapit oleh para mahasiswa, seperti dilansir AP, Jumat (9/8).
Pada Rabu (7/8) di Paris, Yunus menyerukan ketenangan dan diakhirinya semua kekerasan.
Presiden sendiri telah membubarkan parlemen pada Selasa (6/8), sehingga membuka jalan bagi pemerintahan sementara.
Advertisement