Teka-teki Pilihan Menteri Prabowo, dari Politik atau Ahli?

Ekonom menilai Presiden terpilih Prabowo Subianto akan memilih menteri dengan dua pertimbangan.

oleh Tira Santia diperbarui 11 Agu 2024, 12:00 WIB
Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka terpilih pada Pemilu 2024 dengan perolehan suara sebanyak 96.214.691 suara atau 58,59 persen dari total suara sah nasional dan memenuhi sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di 38 provinsi di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Prabowo Subianto rencananya akan mengumumkan susunan kabinetnya pada 21 Oktober 2024. Pengumuman ini akan dilakukan sehari setelah pelantikan Prabowo sebagai Presiden terpilih Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024.

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita, menilai Presiden terpilih Prabowo Subianto akan memilih menteri dengan dua pertimbangan.

Pertama, pertimbangan politik, karena koalisi yang menopang kemenangannya cukup besar, termasuk gerbong baru yang masuk setelah terjadi rekonsiliasi pasca pemilihan kemarin, misalnya Nasdem dan PKB.

"Jadi tidak bisa tidak, konfigurasi politik koalisi akan menjadi "political backround" dari kabinet beliau nanti," kata Ronny kepada Liputan6.com, Minggu (11/8/2024).

Harus Ada Chemistrynya

Kedua, personal compatibility and chemistry atau kecocokan personal. Prabowo, sebagaimana pemimpin lainya, tentu hanya bisa bekerja dengan orang-orang yang memiliki kecocokan dengannya.

Jika chemistrynya tak ada, tentu nanti akan sulit untuk bekerja sama dan akan terjadi banyak friksi dalam memandang serta dalam menyelesaikan persoalan.

Gambaran sederhananya, Prabowo yang akrab dikenal dengan karakter tegas, tentu agak sulit bekerja sama dengan calon menteri lamban dan "complicated minded".

"Hal itu tak lepas dari latar militer seorang Prabowo. Jadi calon yang memiliki track record lamban dan rumit, nampaknya akan sulit mendapat tempat," ujarnya.

Di sisi lain, pribadi yang ruwet dan rumit juga akan dipandang mempersulit nantinya di kabinet. Sementara prinsip militer biasanya lebih cenderung menyederhanakan yang sulit. Di militer Amerika dikenal dengan motto, "KISS", alias Keep It Simple, Stupid!

 


Punya Visi Kuat

Diberitakan sebelumnya, bakal calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto telah mengumumkan secara langsung nama pendampingnya sebagai calon wakil presiden dari KIM pada Minggu 22 Oktober 2023 di Rumah Kertanegara Jakarta. Nama tersebut adalah Gibran Rakabuming Raka. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Adapun pertimbangan terakhir, adalah kapasitas calon menteri dikaitkan dengan visi misi Prabowo-Gibran. Sebagaimana diketahui, Prabowo memiliki visi yang kuat untuk membuat Indonesia segera menjadi negara maju dengan dukungan SDM yang handal.

Visi ini bisa diupayakan jika kursi menteri-menterinya diduduki oleh orang-orang yang juga punya visi kuat yang sama, di satu sisi dan mampu menerjemahkannya ke dalam program-program kerja departemental dan ministrial yang linier dengan visi tersebut di sisi lain.

"Nah, soal orang-orang Prabowo yang dicurigai akan didudukan di dalam kabinet, saya kira, selama itu memenuhi kriteria di atas, nampaknya tak masalah bagi Prabowo. Yang jelas, tentu itu tak salah selama jatah tersebut adalah jatah Gerindra, misalnya," ujar Ronny.

Lalu selama calon menteri tersebut juga dianggap oleh Prabowo bisa bekerjasama dengannya secara baik, dan berkemampuan di bidang terkait tentunya akan berkesempatan menduduki kursi menteri.

 


Butuh Waktu

Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan Gibran Rakabuming Raka saat memberi pernyataan penutup Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (4/2/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lantas, perkara apakah akan efektif terkait pemilihan menteri dengan pertimbangan tersebut. Menurut Ronny, tentu perlu waktu untuk membuktikan.

"Dan akan lebih baik juga Prabowo memberikan semacam tantangan kepada calon-calon menterinya, dengan KPI tertentu dan jangka waktu tertentu. Jika itu tak tercapai, konsekuensinya di reshuflle, misalnya. Tak salah juga begitu, jika Prabowo memang ingin kabinetnya efektif," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya