Kamala Harris Serukan Gencatan Senjata di Gaza Sebelum Israel Serang Sekolah yang Tewaskan 100 Warga Palestina

Hal itu dikatakan Kamala Harris pada pengunjuk rasa pro Palestina yang menghadiri kampanyenya di Phoenix, negara bagian Arizona pada Jumat, 9 Agustus 2024 waktu setempat.

oleh Henry diperbarui 11 Agu 2024, 10:22 WIB
Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Amerika Serikat (Wapres AS) Kamala Harris menyebut ingin menyepakati gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina untuk membebaskan para sandera. Hal itu dikatakan Kamala Harris pada pengunjuk rasa pro Palestina yang menghadiri kampanyenya di Phoenix, negara bagian Arizona pada Jumat, 9 Agustus 2024 waktu setempat.

Menurut laporan Aljazeera, Sabtu, 10 Agustus 2024, Harris menyampaikan pernyataan itu ketika menanggapi teriakan massa "Bebaskan Palestina" selama kampanye pemilu presiden AS.

"Saya sudah tegaskan bahwa sekarang lah saatnya untuk menyepakati gencatan senjata dan menyelesaikan kesepakatan penyanderaan,” ucapnya. Sambil menekankan bahwa Presiden AS Joe Biden maupun dirinya tengah berupaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata serta pemulangan para tahanan,

Harris menegaskan bahwa ia menghormati pandangan para pendukung Palestina. Harris resmi berkampanye sebagai calon presiden AS dari Partai Demokrat setelah Joe Biden mundur dari pencalonan untuk pemilihan presiden (pilpres) pada 5 November mendatang.

Israel sendiri terus melancarkan serangan di Gaza, meskipun pada Kamis, 8 Agustus 2024 para mediator termasuk Mesir, AS, dan Qatar menyerukan untuk menghentikan pertempuran, menyepakati gencatan senjata, dan pertukaran sandera. Yang terbaru,. Israel dilaporkan menyerang sebuah sekolah di kawasan Daraj, Kota Gaza, yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Serangan udara Israel terhadap sekolah Al Tabi’in yang menampung ribuan pengungsi tersebut terjadi pada Sabtu, “pada waktu shalat Subuh”. Kepresidenan Palestina menyatakan bahwa Amerika Serikat turut bertanggung jawab atas serangan brutal tersebut.

"Kami menganggap pemerintah AS bertanggung jawab atas pembantaian ini karena dukungan finansial, militer, dan politik mereka kepada Israel,” kata Kepresidenan Palestina dalam pernyataannya yang dipantau di media sosial pada Sabtum dikutip dari Antara,

Palestina memandang serangan tersebut sebagai bagian dari tindakan sistematis Israel untuk “memusnahkan” rakyat Palestina dengan pembantaian dan pembunuhan setiap hari. Apalagi, serangan tersebut terjadi tak lama setelah AS menyuntikkan dana tambahan sebesar 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp55,8 triliun) kepada militer Israel.

 


Palestina Kembali Desak AS

Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekolah Al-Zahra setelah dihantam serangan Israel, di lingkungan Shujaiya, Kota Gaza pada 8 Agustus 2024. (Omar AL-QATTAA/AFP)

"Bantuan tersebut dikucurkan pada saat yang sama dengan serangan parah ini, yang membuktikan keterlibatan AS dalam genosida yang sedang berlangsung,” tulis pernyataan itu. Untuk itu, Palestina kembali mendesak AS untuk menekan Israel agar menghentikan agresinya, berhenti membunuh warga Palestina yang tidak bersalah, dan mematuhi hukum dan norma internasional.

"AS harus segera mengakhiri dukungan tanpa syaratnya kepada Israel, yang menyebabkan tewasnya ribuan orang tak bersalah, termasuk anak-anak, wanita, dan lansia,” kata pernyataan itu. Israel mengakui serangan ke sekolah di Gaza tersebut, seraya berdalih bahwa gedung itu menjadi “markas militer” kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Selain menewaskan seratusan warga Palestina yang mengungsi di sekolah itu, serangan Israel tersebut melukai ratusan pengungsi lainnya. Sejak 7 Oktober 2023, serangan habis-habisan Israel di Jalur Gaza telah membunuh hampir 40.000 warga Palestina.

Agresi Israel juga menghancurkan 70 persen tempat tinggal dan infrastruktur lain serta menimbulkan bencana kelaparan yang mengancam jiwa warga yang masih bertahan di wilayah kantong Palestina itu. Israel juga telah meningkatkan serangannya ke Lebanon, menewaskan seorang pejabat Hamas di kota pesisir Sidon.Tel Aviv diketahui tengah mengantisipasi pembalasan Hizbullah atas pembunuhan komandannya Fuad Shukr di Beirut awal bulan ini.

Serangan pesawat nirawak Israel di kota pesisir Sidon sekitar 50 km (30 mil) dari perbatasan selatan Lebanon, pada hari Jumat (9/8/2024), menewaskan pejabat Hamas Samer al-Hajj – yang bermarkas di kamp pengungsi Palestina Ain al-Hilweh di dekatnya. Serangan Israel itu juga melukai dua warga sipil, menurut media Lebanon seperti juga dikutip dari Al Jazeera, Sabtu, mengutip kanal Global Liputan6.com.


Serangan Israel ke Lebanon

Seorang wanita Palestina bersama seorang anak berdiri di depan puing-puing rumah yang hancur akibat pengeboman Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 6 Maret 2024. (Foto oleh AFP)

Hamas memuji al-Hajj sebagai "martir" pada hari Jumat (9/8). Sementara militer Israel menggambarkannya sebagai komandan yang bertanggung jawab atas serangan terhadap Israel dari Lebanon. Lebanon National News Agency melaporkan bahwa protes dadakan terjadi di Sidon pada hari Jumat, 9 Agustus 2024 untuk mengecam pembunuhan al-Hajj.Israel juga melakukan serangan di kota-kota dan desa-desa perbatasan, termasuk di Kfar Kila dan Meiss el-Jabal, Markaba.

Serangan Israel terjadi saat pejabat Hizbullah mengatakan bahwa kelompok itu akan menanggapi pembunuhan Shukr, yang tewas bersama beberapa warga sipil dalam serangan udara Israel di Beirut pada akhir Juli. Iran juga diperkirakan akan melancarkan serangan balasannya sendiri terhadap Israel atas pembunuhan kepala Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.

Pada saat yang sama, Hizbullah terus melakukan bentrokan hampir setiap hari dengan Israel di seberang perbatasan. Pada Jumat, kelompok Lebanon itu mengklaim beberapa serangan terhadap Israel, termasuk menargetkan bangunan yang digunakan oleh pasukan di Kota Dovev dan al-Manara di Israel utara dan meluncurkan roket terhadap pangkalan militer di Kiryat Shmona.

Hizbullah mulai menyerang pangkalan militer di Israel utara sehari setelah pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, dalam apa yang disebutnya sebagai "front dukungan" untuk mendukung kelompok Palestina.


Imbauan Kemlu RI Tentang Situasi Timur Tengah

Lebih dari 100 orang tewas di pihak Lebanon sejak baku tembak dan saling serang terjadi di perbatasan kedua negara, menurut penghitungan AFP. Mayoritas korban tewas adalah milisi Hizbullah dan setidaknya 14 warga sipil, termasuk tiga jurnalis. (AP Photo/Hussein Malla)

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) kembali mengeluarkan imbauan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) terkait dengan situasi di Timur Tengah.

"Mencermati perkembangan kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini, demi keselamatan dan keamanan, kami mengimbau kepada WNI untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke Lebanon, Iran, dan Israel, sampai kondisi keamanan membaik," sebut pernyataan tertulis Kemlu RI pada Minggu, 4 Agustus 2024.

"Kami juga mengimbau kepada para WNI yang berada di wilayah tersebut untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti langkah-langkah kontingensi yang diarahkan oleh perwakilan RI."

Khusus WNI di wilayah Lebanon, Kemlu RI mengimbau agar dapat segera meninggalkan wilayah negara itu.Bagi WNI yang membutuhkan bantuan dapat menghubungi hotline:

• KBRI Beirut: +961 7 0817 3102.

• KBRI Tehran: +989 0 2466 88893.

• KBRI Amman: +962 7 7915 04074.

• Direktorat Pelindungan WNI: +62 812 9007 0027

Berdasarkan data lapor diri KBRI Beirut, terdapat 203 WNI yang menetap di Lebanon serta sekitar 1.232 personel TNI yang bertugas di UNIFIL."Komunikasi terus dijalin untuk memantau kondisi para WNI. Hingga saat ini mereka dalam keadaan baik, tenang dan selamat," ujar Kemlu RI dalam pernyataan pers pada Selasa, 30 Juli 2024.

"Terdapat 14 WNI yang menetap di wilayah Lebanon Selatan dan mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumah masing masing karena merasa situasi masih relatif aman." Sementara itu, di Iran terdapat 391 WNI dan Israel 37 WNI.

 

Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya