Indonesia Kecam Insiden Penyerangan Sekolah di Gaza, Kemlu RI: Israel Harus Tanggung Jawab

Indonesia juga mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk melakukan investigasi menyeluruh.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 11 Agu 2024, 14:15 WIB
Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (Liputan6.com/ Benedikta Miranti T.V)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mengecam serangan udara yang dilakukan oleh Israel dan menyerang sekolah para pengungsi Palestina di Gaza, hingga menewaskan lebih dari 100 orang.

"Indonesia mengutuk keras pembantaian lebih dari 100 warga Palestina di Sekolah Al-Taba’een di Gaza oleh Israel pada 10 Agustus 2024," bunyi pernyataan tersebut seperti dikutip dari X Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) @kemlu_ri.

Menyusul kejadian tersebut, Indonesia mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk melakukan investigasi menyeluruh, serta dunia internasional untuk mendesak Israel menghentikan kejahatan kemanusiaan.

Israel, tegas Indonesia, harus bertanggung jawab atas semua bentuk kejahatan yang dilakukannya selama ini.

"Israel harus bertanggung jawab atas semua kejahatan tersebut. Segala bentuk impunitas harus dihentikan," lanjut pernyataan itu.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan, sekolah al-Taba’een berfungsi sebagai fasilitas militer Hamas yang kemudian dibantah Hamas.

Serangan itu dikritik oleh negara-negara Barat, serta negara-negara regional yang mengatakan bahwa hal itu menunjukkan Israel tidak memiliki keinginan untuk mencapai gencatan senjata atau mengakhiri perang Gaza.


Serangan oleh Israel

Pasukan cadangan tempur dan tank Israel mengambil bagian dalam latihan di front Lebanon di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel, Kamis (4/1/2024). (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Israel telah menyerang beberapa tempat perlindungan seperti itu di Gaza dalam beberapa minggu terakhir.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 477 dari 564 gedung sekolah di Gaza telah terkena serangan langsung atau rusak hingga 6 Juli, dengan lebih dari selusin menjadi sasaran sejak saat itu.

Sekolah Al-Taba’een menampung lebih dari 1.000 orang - baru-baru ini menerima puluhan orang yang mengungsi dari kota Beit Hanoun, setelah tentara Israel memerintahkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka.

Bangunan itu juga berfungsi sebagai masjid dan serangan Israel terjadi saat salat subuh, kata para saksi.

Jaafar Taha, seorang siswa yang tinggal di dekat sekolah itu, mengatakan kepada BBC bahwa suara pengeboman itu diikuti oleh teriakan dan kebisingan.

"Selamatkan kami, selamatkan kami, mereka berteriak," katanya.

"Pemandangannya mengerikan. Ada potongan tubuh di mana-mana dan darah mengenai dinding."


Tanggapan PBB

Tentara Israel mengendarai kendaraan pribadi lapis baja dekat perbatasan dengan Lebanon, Rabu (11/10/2023). Tank-tank Israel dikerahkan ke perbatasan Lebanon di tengah kekhawatiran meluasnya konflik menyusul penembakan yang menewaskan tiga militan Hizbullah.(AP Photo/Ariel Schalit)

Salim Oweis, juru bicara badan anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan kepada BBC bahwa serangan itu benar-benar keterlaluan.

"Semua sekolah itu benar-benar penuh dengan warga sipil, anak-anak, ibu-ibu dan keluarga, yang berlindung di tempat kosong mana pun, baik itu sekolah atau masjid, apa pun itu, bahkan di halaman rumah sakit."

Sebuah pernyataan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Badan Keamanan Israel mengatakan "sedikitnya 19 teroris Hamas dihilangkan dalam serangan itu.

Pernyataan sebelumnya oleh IDF mengatakan, sekitar 20 militan Hamas telah beroperasi di kompleks itu.

Infografis Militer Israel Perluas Serangan ke Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya