Korea Utara Dilanda Banjir, Kim Jong Un Perintahkan Evakuasi 15.000 Warga ke Pyongyang

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bersikeras upaya evakuasi harus dilakukan secara mandiri, meskipun ada tawaran bantuan dari luar negeri.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Agu 2024, 16:07 WIB
Kim Jong Un melintasi banjir di Korea Utara. (Rodong Sinmun)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara akan mengevakuasi lebih dari 15.000 korban banjir ke ibu kota, kata media pemerintah Korut pada Sabtu (10/8).

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bersikeras upaya pemulihan harus dilakukan secara mandiri, meskipun ada tawaran bantuan dari luar negeri.

Pyongyang minggu lalu mengatakan, hujan lebat membanjiri tempat tinggal, dan merendam sebagian besar lahan pertanian milik warga di wilayah utara dekat China.

Dalam kunjungan ke Uiju, Kim mengatakan bahwa pemerintah berencana untuk mengevakuasi sekitar 15.400 korban banjir dari wilayah utara di fasilitas-fasilitas di ibu kota sampai rumah mereka yang hancur dibangun kembali.

Rencana tersebut akan mencakup bantuan makanan dan medis serta dukungan pendidikan bagi ribuan siswa dan akan menjadi "prioritas utama negara," kata Kim.

Tawaran dukungan internasional telah mengalir sejak berita tentang bencana banjir pertama kali muncul, termasuk dari Korea Selatan, yang menawarkan bantuan kemanusiaan melalui Palang Merah Korea meskipun hubungan kedua negara tegang.

 


Tawaran dari Negara Asing

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjalan saat pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjabat tangan dengan delegasi Rusia saat pertemuan mereka di Bandara Internasional Pyongyang, Selasa (18/6/2024). (Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Moskow telah mengajukan tawaran serupa, menurut Pyongyang, sementara kantor berita Yonhap di Seoul melaporkan bahwa Tiongkok dan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengisyaratkan kesediaan mereka untuk membantu.

Namun, Kim mengatakan bahwa upaya pemulihan negara itu akan sepenuhnya didasarkan pada kemandirian, menurut KCNA.

Namun, ia menyampaikan "terima kasih kepada berbagai negara asing dan organisasi internasional atas tawaran dukungan kemanusiaan mereka," kata laporan itu.

Di sisi lain, media Korea Selatan melaporkan bahwa jumlah korban tewas dan hilang di Korea Utara bisa mencapai 1.500 orang.

Tetapi Kim menepis laporan tersebut dan menyebutnya sebagai aksi provokasi dan penghinaan terhadap orang-orang yang dilanda banjir.

Kim Jong Nam, kakak tiri penguasa Korea Utara, Kim Jong Un, tewas dibunuh (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya