Kolang-Kaling Tinggi Kalsium tapi Rendah Lemak, Cocok Jadi Camilan Orang yang Diet

Kolang-kaling rendah lemak, sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh orang yang sedang menurunkan berat badan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 12 Agu 2024, 14:00 WIB
Kolang-Kaling, Opsi Dapatkan Asupan Kalsium tanpa Takut Tambah Berat Badan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kolang-kaling adalah buah dari pohon aren yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh.  

Menurut dosen departemen gizi masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB), dr Karina Rahmadia Ekawidyani, dalam 100 gram kolang-kaling ada sekitar 90 mg kalsium. Kandungan kalsium di kolang-kaling tidak berbeda jauh dengan kandungan kalsium dalam susu yakni 125 mg.

Buah berwarna bening dan berair ini juga rendah lemak, sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh orang yang sedang menurunkan berat badan.

“Kolang-kaling ini rendah protein dan lemak, jadi kalau orang yang lagi diet makan kolang-kaling, dia bisa mendapat manfaat kalsium tapi kalori yang masuk ke dalam tubuhnya lebih sedikit ketimbang susu,” kata Karina dalam keterangan video di saluran Youtube IPB TV, dikutip Senin (12/8/2024).

Kolang-kaling semakin mendukung program diet seseorang lantaran banyak mengandung serat.

“Serat ini bermanfaat memberikan rasa kenyang yang lebih lama dan mencegah terjadinya konstipasi atau susah buang air besar. Itu sangat baik ya, dan dalam jangka panjang bisa mencegah penyakit kanker kolon atau kanker usus besar.”

Lebih lanjut disampaikan bahwa konsumsi kolang-kaling dapat membawa manfaat bagi tubuh termasuk:


Manfaat Kolang-Kaling Berikutnya

Melansir laman Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, kolang-kaling memiliki berbagai manfaat lain, termasuk:

Mencegah Penuaan Dini

Senyawa galaktomanan pada kolang kaling mampu menghambat munculnya bintik-bintik hitam pada kulit. Galaktomanan dapat melawan radikal bebas yang memicu penuaan dini.

Menjaga Kesehatan Tulang

Kalsium dan fosfor yang tinggi pada kolang kaling sangat baik untuk kesehatan dan kekuatan tulang. Kalsium dan fosfor dapat mencegah osteoporosis atau penurunan kepadatan tulang setelah menopause pada wanita.


Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Vitamin C dalam kolang-kaling berfungsi sebagai antioksidan dengan menangkap radikal bebas, sehingga daya tahan tubuh meningkat.

Menghidrasi Tubuh

Kadar air serta vitamin dan mineral kolang-kaling mampu membantu menghidrasi tubuh. Selain dengan memperbanyak asupan air putih, kolang-kaling dapat juga memberikan cairan bagi tubuh.

Mencegah Kegemukan

Kadar pati yang tinggi mampu memberikan rasa kenyang dan menghentikan nafsu makan. Kolang-kaling dipercaya cocok untuk dikonsumsi sebagai makanan saat diet.

Mencegah Anemia

Zat besi pada kolang-kaling bermanfaat dalam pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi mampu mengatasi rasa lelah akibat anemia atau kekurangan zat besi.


Manfaat Kolang-Kaling untuk Terapi Osteoarthritis

Sebelumnya, Penelitian di Universitas Brawijaya (UB) berhasil menggali potensi kolang-kaling menjadi obat terapi nyeri sendi atau osteoarthritis.

Ditemukan bahwa kolang-kaling memiliki manfaat besar bagi gerak tubuh yang kaku akibat osteoarthritis.

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit persendian degeneratif yang menyebabkan perubahan patologis pada struktur sendi. Sehingga menimbulkan rasa sakit yang mengarah pada disfungsi sendi, inflamasi yang muncul sewaktu-waktu, hingga disabilitas fisik.

Terapi OA umumnya menggunakan Non-Streoid Anti Inflammation Drugs (NSAID’s), aspirin, dan berbagai obat analgesik. Namun, obat-obatan tersebut memiliki efek samping toksik terhadap liver, ginjal, gastrointestinal dan mengganggu metabolisme kartilago.

Kolang-kaling memiliki komponen dominan berupa karbohidrat (91,9 persen). Karbohidrat tersebut sebagian besar berupa galaktomanan, yaitu senyawa polisakarida yang memiliki fungsi analgesik dan anti-inflamasi untuk OA.

Peneliti, Raehana Saria Gahari, Khusnul Khotimah dkk, mengubah kolang-kaling menjadi ekstrak galaktomanan kemudian diubah menjadi produk pangan nutrasetikal berbentuk minuman jelly.

Penelitian tersebut dilakukan dengan metode in vivo, menggunakan tikus percobaan dengan berbagai perlakuan ekstrak galaktomanan dari kolang-kaling.

Tikus dibuat seolah-olah mengalami inflamasi kronik yang merupakan indikator OA dengan induksi asam asetat glasial dan Complete Freund’s Adjuvant (CFA).

Setelah diinduksi asam asetat glasial pada bagian intraperitonial, tikus mengalami geliat (gerak tidak normal) kemudian bersamaan dengan itu diinduksikan pangan nutrasetikal berbasis galaktomanan kolang-kaling secara oral dan diamati gerak tidak normal selama 70 menit.

Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa ekstrak galaktomanan kolang-kaling memberikan efek yang lebih signifikan dalam menterapi dibandingkan dengan kontrol dan obat Na-Diklofenak.

“Kami berharap penelitian ini bermanfaat bagi penderita OA sebagai terapi sehat menggantikan obat komersial yang cenderung memberi efek gangguan bagi kesehatan dan lebih mahal,” ujar Khusnul.

Infografis 5 Alasan Diet Tidak Berjalan Lancar. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya